Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatma Kurniasari
Abstrak :
PT CX merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Sebesar 32% kecelakaan kerja yang ada di Indonesia terjadi di sektor konstruksi. Pekerjaan di ketinggian merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang besar, Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada proses pemasangan tower monopole (erection tower) yang dilakukan di ketinggian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko keselamatan kerja pada proses pemasangan tower monopole (erection tower) di ketinggian dengan mengacu pada metode analisis risiko semikuantitatif AS/NZS 4360:2004. Desain penelitian yang dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif.Pengumpulan data didapatkan dari hasil observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian diketahui risiko keselamatan kerja tertinggi pada proses pemasangan tower monopole (erection tower) adalah terjatuh. Sedangkan risiko yang lain, adalah tergores, terpeleset, terbentur, dan kejatuhan material. Pengendalian yang direkomendasikan antara lain, penyedian scaffolding dengan platform, dan penyediaan APD lengkap.
PT CX is one of the companies engaged in the construction field. 32% of workplace accidents in Indonesia occurred in the construction sector. Working at height is one of the jobs that have a great risk of workplace accidents, therefore this research is done on the installation process monopole tower (tower erection) conducted in height. This research aims to determine the risk level of safety in the installation process monopole tower (tower erection) in height with reference to the semi- quantitative risk analysis methods AS / NZS 4360: 2004. Design research conducted with descriptive analysis approach. The collection of data obtained from observations and interviews. The survey results revealed the highest safety risk in the installation process monopole tower (tower erection) is falling. Whereas other risks are etched, slip, stumble, and fall of the material. Control recommended, among others, provision of scaffolding with a platform, and the provision of complete PPE.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kandita Iman Khairina
Abstrak :
ABSTRAK
Perubahan pertumbuhan penduduk Indonesia ke arah usia yang lebih tua. Seiring bertambahnya usia, tubuh manusia mengalami perubahan salah satunya adalah perubahan jaringan tulang. Salah satu tulang yang terlibat dalam kedokteran gigi adalah tulang mandibula. Gambaran radiogoraf panoramik dapat melihat tinggi tulang mandibula secara radiografis. Tujuan: Mengetahui nilai rata-rata tinggi tulang mandibula pasien rentang usia 45-75 tahun secara radiografis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengukuran tinggi tulang mandibula pada tiga titik referensi spesifik pada 136 radiograf panoramik digital pasien usia 45-75 tahun menggunakan software Digora for Windows 2.5 R1 Tuusula Finland. Tiga titik referensi tersebut yaitu A, C, dan F. Tinggi A merupakan tinggi mandibula pada daerah sudut dalam mandibula, Tinggi F merupakan tinggi pada daerah foramen mental, dan C merupakan tinggi di antara tinggi A dan F. Hasil: Nilai rata-rata tinggi tulang mandibula pasien rentang usia 45-75 tahun yang diperoleh 32.27 mm dengan nilai rata-rata tertinggi pada titik referensi F. Nilai rata-rata tinggi tulang mandibula tertinggi terdapat pada kelompok usia 45-55 tahun, sedangkan terendah pada kelompok usia 66-75 tahun. Kesimpulan: Nilai rata-rata tinggi tulang mandibula menurun pada kelompok usia 66-75 tahun. Usia bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tinggi tulang mandibula.
ABSTRACT
Indonesia rsquo s population growth is increasing in older group. As the age is increasing, human body undergoes some changes. One of the changes that happens is osseous tissues changes. One of bones in human body that is involved in dentistry is mandible. Dental panoramic radiograph can be used to see the heigh of mandible bone radiographically. Objective To obtain the average value of mandibular height in 45 75 year old patiesnts in digital panoramic radiograph. Method This study is a descriptive cross sectional study.Mandibular height at three specific references in 136 digital panoramic radiograph of 45 75 year old patients were measured using Digora for Windows 2.5 R1 Tuusula Finland software. The three specific references are, mandibular height A which is the height of mandible in inner angle of mandible region, F is the height of mandible in foramen mental region, and C is the height of mandible between them. Results The average value of mandibular height in 45 75 year old patients that has been obtained is 32.272 mm with the highest average value at specific reference F. The age group with the highest average value is 45 55 age group, while the lowest is 66 75 age group. Conclusion The average value of mandibular height is lower in 66 75 age group.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adianty Kartika
Abstrak :
Latar belakang: Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan kepada ibu hamil dengan salah satu asuhan yang dilakukan adalah pemantauan pertumbuhan janin. Salah satu modalitas pemantauan pertumbuhan janin yang sederhana dan memiliki sensitivitas tinggi adalah pengukuran tinggi fundus uteri secara serial. Berbagai studi internasional tentang normogram tinggi fundus uteri sesuai populasi tertentu telah dilakukan dan diaplikasikan sebagai pemantauan pertumbuhan janin. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian nomogram tinggi fundus uteri dengan populasi normal di Jakarta agar mendapatkan normogram tinggi fundus uteri sebagai salah satu modalitas pemantauan pertumbuhan janin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain longitudinal yang dilakukan pada ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di 4 Rumah Sakit dan 4 Pusat Kesehatan Masyarakat di DKI Jakarta selama bulan Juli 2020 sampai April 2021. Pemeriksaan tinggi fundus uteri dilakukan pada usia kehamilan 16 sampai 42 minggu berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) dan pengukuran CRL trimester I. Nomogram tinggi fundus uteri dipresentasikan dalam model regresi quadratic dengan persentil 10, 50, 90. Hasil: Sebanyak 947 pengukuran tinggi fundus uteri dari 321 subjek penelitian dilakukan analisis dan diolah menjadi nomogram tinggi fundus uteri dengan persentil 10, 50, 90. Dan didapatkan rumus persamaan regresi kuadrat TFU (cm) = -9,355 – 0.008(usia kehamilan)2 + 1.4(usia kehamilan) dengan R Square 0.912 (p < 0.05). Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan nomogram tinggi fundus uteri pada populasi normal di Jakarta dengan persentil 10, 50 dan 90 yang diharapkan dapat menjadi salah satu modalitas untuk memantau pertumbuhan janin dan mendeteksi kelainan pertumbuhan janin. Kata kunci: nomogram, tinggi fundus uteri, usia kehamilan. ......Background: Antenatal care (ANC) is a health care service provided by health workers to pregnant women, including monitoring fetal growth. Serial measurement of the fundal height (FH) is simple and sensitive modality for monitoring fetal growth. International studies on FH nomograms according to certain populations have been carried out and applied for monitoring of fetal growth. Therefore, it is necessary to conduct a research on FH nomogram with normal population in Jakarta as one of modality for monitoring fetal growth. Objective: To obtain a nomogram of FH according to gestational age in uncomplicated pregnant women based on the normal population in Jakarta. Methods: A descriptive observational study with a longitudinal design was conducted on pregnant women who met the inclusion but not exclusion criteria at 4 Hospitals and 4 Public Health Centers in Jakarta from July 2020 to April 2021. FH measurements were carried out from pregnant women with gestational age 16 to 42 weeks based on the first day of last menstrual period (LMP) and 1st trimester CRL measurement. The nomogram for FH was presented in a quadratic regression model with 10th, 50th, 90th percentiles. Results: FH nomogram with the 10th, 50th, 90th percentiles were derived from 947 measurements of 321 subjects. The quadratic regression equation formula is FH (cm) = -9.355 - 0.008 (gestational age)2 + 1.4 (gestational age) with R Square 0.912 (p <0.05). Conclusion: It was found that the fundal height nomogram of the normal population in Jakarta is expected to be one of the modalities for monitoring and detecting fetal growth abnormalities. Keywords: nomogram, fundal height, gestational age
Jakarta: Fakultas Kedokteran, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrati Tjiptobroto
Abstrak :
ABSTRAK
Pengukuran tinggi muka bawah (TMB) dari beberapa pasien anak-anak yang mempunyai gigitan dalam dengan rasio "upper face height terhadap lower face height" (rasio UFH/LFH) didapatkan nilai yang bervariasi. Padahal TMB merupakan salah satu faktor dalam tata laksana gigitan dalam dan pemilihan jenis alat retensi. Maka penelitian ini bertujuan apakah pada gigitan dalam tidak selalu dijumpai TMB yang menurun dan apakah sudut palatomandibular (sudut PP-MP) yang lebih kecil dari normal menunjukkan TMB yang menurun.

Penelitian ini berdasarkan analisa vertikal dari sefalometri ronsenografik lateral, yang dilakukan pada anak-anak Indonesia yang datang di Klinik Pasca Sarjana FKG-Ul. Kriteria sampel adalah anak-anak dengan tumpang gigit lebih dari 50%, hubungan molar satu K1. I Angle dan belum pernah dirawat ortodonsi.

Uji statistik terhadap rasio UFH/LFH dan sudut PP-MP dengan chi kuadrat didapatkan nilai xa sebesar 0,51 dan 0,183 pada p=0,05 dan df=1. Pengujian terhadap kelompok sudut yang normal dan menurun dimana masing--masing kelompok didapati nilai rasio UFH/LFH normal dan meningkat didapatkan nilai x2' sebesar 15,384 dan 9,782 pada p.=:0,05 dan df=1.

Hasil penelitian menunjukkan pada gigitan dalam didapati TMB yang 'normal dan menurun. Penafsiran TMB menurut rasio UFH/LFH selalu sama dengan sudut PP-MP. Dan sudut PP-MP yang kurang dari normal menunjukkan TMB yang menurun. Kedua parameter ini cukup sensitif dan konsisten dalam menggambarkan TMB. Dengan penggunaan kedua parameter ini diharapkan pengukuran TMB lebih akurat.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginanjar Wibowo
Abstrak :
[Dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) periode tahun 2000 dan 2007, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari program subsidi beras untuk orang miskin (Raskin) terhadap kesehatan anak Indonesia. Indikator kesehatan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tinggi dan berat badan anak yang telah dinormalisasi dengan umur masing-masing anak, atau dikenal dengan istilah height-for-age dan weight-for-age. Sebagai kontrol variable, penelitian ini juga menggunakan karakteristik anak, orang tua dan rumah tangga. Hasil dari penelitian ini adalah program Raskin berpengaruh positif terhadap tinggi badan anak yang berasal dari keluarga penerima Raskin. Akan tetapi, penelitian ini tidak menemukan cukup bukti tentang manfaat program Raskin terhadap berat badan anak. Hasil penting lainnya dari penelitian ini adalah, dalam jangka panjang, status gizi anak yang berasal dari keluarga penerima Raskin tidak berbeda dengan mereka yang tidak menerima Raskin. Penelitian ini menemukan bahwa manfaat dari program Raskin yang diberikan di masa lampau, tidak lagi berpengaruh pada kesehatan anak setelah tujuh tahun kemudian;Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000 and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin) program in improving child health. In this paper, the health status of children is indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age) anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is that the Raskin program positively affects height of children living in eligible households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program in the past has no impact on child health seven years later.;Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000 and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin) program in improving child health. In this paper, the health status of children is indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age) anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is that the Raskin program positively affects height of children living in eligible households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program in the past has no impact on child health seven years later., Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000 and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin) program in improving child health. In this paper, the health status of children is indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age) anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is that the Raskin program positively affects height of children living in eligible households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program in the past has no impact on child health seven years later.]
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanaria Putri Sari Effrianto
Abstrak :
Pendahuluan: Berbagai pilihan produk braket dan kawat ortodonti tersedia di pasaran sehingga para ortodontis harus lebih cermat dalam melakukan seleksi terhadap produk braket dan kawat yang digunakan. Ukuran tinggi slot braket dan dan diameter kawat ortodonti yang tercantum pada label kemasan dapat berbeda dengan ukuran hasil pengukuran. Hal ini dapat mempengaruhi hasil pergerakan gigi yang terjadi selama perawatan ortodonti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ukuran tinggi slot braket dan diameter kawat sebenernya dari produk 3M/Unitek, Ormco, dan Dentaurum serta menganalisis perbedaannya dengan ukuran yang tertera pada kemasan. Metode: Sampel penelitian terdiri dari 30 braket gigi insisif atas slot 0.022 inci dan 45 kawat ukuran 0,019 x 0,025 inci yang terdiri dari merk 3M/Unitek, Ormco, dan Dentaurum. Pengukuran tinggi slot braket dan diameter kawat ortodonti dilakukan menggunakan Mikroskop Stereoskop Discovery V12 (Carl Zeiss Microimaging GmbH, Jerman) disertai perangkat komputer dan AxioCam. Hasil: Nilai rerata ukuran tinggi slot braket Ormco hasil pengukuran adalah 0,488 mm, 3M/Unitek adalah 0,491 mm, Dentaurum adalah 0,538 mm. Nilai rerata ukuran diameter kawat Ormco berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan lebar kawat hasil pengukuran adalah 0,496 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat 3M/Unitek berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,413 mm dan lebar kawat hasil pengukuran adalah 0,500 mm, nilai rerata ukuran diameter kawat Dentaurum berupa tinggi kawat hasil pengukuran adalah 0,419 mm dan lebar kawat hasil pengukuran adalah 0,510 mm. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna rerata ukuran tinggi slot braket dan diameter berupa tinggi dan lebar kawat ortodonti produk 3M/Unitek, Ormco, dan Dentaurum pada hasil pengukuran dengan ukuran pada kemasan. ......Introduction: A wide selection of orthodontic brackets and wire products are available so orthodontists must be more careful in selecting the bracket and wire products used. The height of the bracket slot and the diameter of the orthodontic wire indicated on the packaging label may differ from the result of the real measurement. This can affect tooth movement that occurs during orthodontic treatment. The purpose of this study was to determine the size of the bracket slot height and wire diameter of the 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum products and to analyze the difference with the sizes listed on the packaging. Method: The research sample consisted of 30 incisor brackets which have 0.559 mm (0.022 inch) slot and 45 wires which have 0,48 x 0,64 mm (0.019 x 0.025 inch) diameter consisting of the 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum brands. The measurement of the bracket slot height and the diameter of the orthodontic wire was carried out using the Discovery V12 Stereoscopic Microscope (Carl Zeiss Microimaging GmbH, Germany) along with a computer and an AxioCam. Results: The mean value of the measured Ormco bracket slot height measurement is 0.488 mm, 3M/Unitek is 0.491 mm, Dentaurum is 0.538 mm. The average value of the Ormco wire diameter in measured wire height is 0.413 mm and the measured wire width is 0.496 mm, the mean value of 3M/Unitek wire diameter in measured wire height is 0.413 mm and the measured wire width is 0.500 mm, the mean value the diameter of the Dentaurum wire in measured wire height is 0.419 mm and the measured wire width is 0.510 mm. Conclusions: There is a significant difference in the mean diameter size in the form of height and width of the orthodontic wire of 3M/Unitek, Ormco, and Dentaurum products measured by the size on the packaging.
2019: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arinda Veratamala
Abstrak :
Tinggi badan seseorang dipengaruhi berbagai faktor mulai dari masa kehamilan sampai remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan TB/U pada remaja perempuan usia 15-17 tahun. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang dilakukan terhadap 135 siswi kelas X di SMA Negeri 2 Depok pada bulan April-Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran tinggi badan dan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Uji statistik yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat (uji chi-square), dan analisis multivariat (uji regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 17% responden yang termasuk pendek (TB/U <2 SD). Terdapat hubungan yang bermakna antara berat lahir (pvalue = 0,015), panjang lahir (p-value = 0,001), frekuensi konsumsi sumber protein hewani (p-value = 0,036), frekuensi konsumsi sumber protein nabati (p-value = 0,043), dan tinggi badan ibu (p-value = 0,036) dengan TB/U remaja perempuan. Hasil analisis multivariat menunjukkan panjang lahir sebagai faktor dominan terhadap TB/U remaja perempuan, setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, tinggi badan ayah, berat lahir, frekuensi konsumsi sumber protein hewani, dan frekuensi konsumsi sumber protein nabati. ...... Height is affected by many factors, from pregnancy to adolescence. This study is purposed to determine the dominant factor that related to height-for-age in adolescent girls around 15-17 years old. The method used in this study is crosssectional design which was conducted with 135 girl student in X class of 2nd State Senior High School Depok on April-Mei 2015. Data were collected by height measurement and self-administrative questionnaire. This study use univariate analysis, bivariate analysis (chi-square test), and multivariate analysis (double logistic regression) as a statistical test. The result in this study showed that 17% respondent are stunting (height-for-age <-2 SD). There was a statistically significant relationship between birth weight (p-value = 0,015), birth length (pvalue = 0,001), consumption frequency of animal protein (p-value = 0,036), consumption frequency of vegetable protein (p-value = 0,043), and maternal height (p-value = 0,036) with height-for-age of adolescent girls. The result of multivariate analysis showed that birth length as dominant factor of height-for-age of adolescent girls, after controlled variable maternal height, paternal height, birth weight, consumption frequency of animal protein, and consumption frequency of vegetable protein.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeshika Febi Kusumawati
Abstrak :
Pada anak usia sekolah, pertumbuhan linier ditentukan berdasarkan kriteria kurva pertumbuhan WHO/2007 dan CDC/2000 serta persentase tinggi badan menurut Waterlow/1977. Perbedaan kriteria yang digunakan akan menimbulkan perbedaan prevalens perawakan pendek. Penentuan kejar tumbuh anak juga masih mengalami perdebatan karena parameter kejar tumbuh dapat dinilai secara relatif (height-age z-score) dan absolut (height-age-differences). Kejar tumbuh linier yang terutama terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan dinilai dapat terus terjadi hingga usia sekolah. Studi potong lintang dilakukan pada 302 anak usia sekolah di Jakarta Barat. Semua anak diukur tinggi badan sewaktu penelitian dan saat subyek berusia 7 tahun. Perawakan pendek ditentukan dengan menggunakan kriteria WHO/2007, CDC/2000, dan persentase Waterlow/1977. Setiap kelompok usia diukur perbedaan nilai height-age z-score (HAZ) dan height-age-differences (HAD) dalam dua waktu pengukuran yang berbeda untuk melihat kejar tumbuh. Prevalens perawakan pendek pada anak usia sekolah berdasarkan kriteria WHO/2007 adalah 8,55%, berdasarkan CDC/2000 sebesar 13,75%, dan berdasarkan Waterlow/1977 sebesar 7,80%. Nilai Kappa WHO/2007 dan CDC/2000 adalah 0,5, WHO/2007 dan Waterlow/1977 adalah 0,8, sedangkan CDC/2000 dan Waterlow/1977 adalah 0,7. Nilai HAZ anak perempuan adalah -1,78 SD dan anak lelaki -1,44 SD. Nilai HAD anak perempuan adalah -10,83 cm untuk anak lelaki adalah -8,83 cm. Kesesuaian perawakan pendek anak WHO/2007 dan CDC/2000 memberikan hasil yang sama sebanyak 50%, WHO/2007 dan Waterlow/1977 memberikan hasil yang sama sebanyak 80%, sedangkan CDC/2000 dan Waterlow/1977 memberikan hasil yang sama sebanyak 70%. Kesan terdapat kejar tumbuh pada anak usia sekolah di Jakarta Barat berdasarkan adanya perbaikan nilai HAZ dan HAD pada pengukuran kedua dibandingkan dengan pengukuran pertama. ......Linear growth in school children is determined by using WHO/2007 and CDC/2000 growth chart, also height-age persentage as Waterlow/1977 criteria. Those classification resulted in different prevalence of short stature. Linear catch-up growth is considered to continue beyond the first thousand days of life, at least until school age. It could be relatively (height-age z score) or absolutely (height-age difference) assessed. A cross-sectional study was conducted in 302 school age children in West Jakarta. Body height was measured at 7 years old and at the time of study. Short stature was defined by using WHO/2007, CDC/2000, and height-age persentage as Waterlow/1977 criteria. Height-age z score (HAZ) and height age differences (HAD) was measured in each group to assess catch-up growth. The prevalence of short stature in school children was 8.55%, 13.75%, and 7.80%, according to WHO/2007, CDC/2000, and height-age persentage as Waterlow/1977 criteria, respectively. Kappa values were 0.5, 0.8, and 0.7, between WHO/2007-CDC/2000, WHO/2007-Waterlow/1977, and CDC/2000-Waterlow/1977, respectively. HAZ was -1.78 and -1.44 SD in female and male subjects, respectively. HAD was -10.83 and -8.83 cm in female and male subjects, respectively. WHO/2007 and Waterlow/1977 has the highest agreement, while WHO/2007 and CDC/2007 has the lowest agreement. Linear catch-up growth was observed among our subjects as determined by HAZ and HAD improvement compared to the first measurement.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrul Firdaus
Abstrak :
Dalam pembangunan suatu negara, sektor konstruksi merupakan sektor yang sangat penting, menurut data "Oxford Economic", sektor konstruksi ini seluruh dunia akan mengalami peningkatan 3,9 persen per tahun hingga tahun 2030. Selama proses konstruksi, ada risiko keselamatan yang menjadi penting untuk diperhatikan. Di beberapa negara telah terjadi kecelakaan serius dan fatal pada sektor konstruksi yang disebabkan oleh kejadian terjatuh dari ketinggian. Beberapa penyebab yang dapat berkontribusi pada kecelakaan fatal karena jatuh dari ketinggian adalah masalah keuangan, kurangnya prosedur kerja, lubang atau tepi yang tidak dilakukan pemasangan pelindung atau pengaman, tidak sabar untuk menyelesaikan pekerjaan, faktor usia, jenis kelamin, lama pengalaman kerja, dan penggunaan alat pelindung diri. Penelitian ini bersifat analitik kuantitatif dengan desain potong lintang (cross sectional) dengan dengan menggunakan konsep theory of planned behavior dan pengumpulan data melalui kuesioner dengan 422 responden dengan kurun waktu April sampai dengan Juni 2023. Hasil dari penelitian ini variabel sikap, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku secara simultan berhubungan dengan intensi perilaku 100% tie-off pada pekerja dengan menyumbang 72,9 % variasi dari intensi dengan signifikansi 0,000. Variabel sikap penilaian positif/negative memiliki hubungan paling tinggi terhadap intensi melakukan “100% tie-off dengan nilai β sebesar 0,398 diikuti oleh variabel norma subjektif (motivasi) dengan nilai β sebesar 0,243, variabel presepsi kontrol perilaku dengan nilai β sebesar 0,218, variabel sikap kepercayaan terhadap konsekuensi dengan nilai β sebesar 0,080, dan variabel norma subjektif (kepercayaan normatif) dengan nilai β sebesar - 0,076. ......In the development of a country, the construction sector is a very important sector, according to "Oxford Economic" data, this construction sector worldwide will experience an increase of 3.9 percent per year until 2030. During the construction process, there are safety risks that are important to pay attention to . In several countries there have been serious and fatal accidents in the construction sector caused by falling from heights. Some of the causes that can contribute to fatal accidents due to falling from a height are financial problems, lack of work procedures, holes or edges that are not installed with protection or safety, impatient to finish the job, age, gender, length of work experience, and use of tools. self protection. This research is a quantitative analytic study with a cross-sectional design using the theory of planned behavior concept and collecting data through a questionnaire with 422 respondents from April to June 2023. The results of this study are attitude, subjective norm, and perception variables. Behavioral control is simultaneously related to behavioral intention with a 100% tie-off in workers by contributing 72.9% of the variation of intention with a significance of 0.000. The positive/negative attitude variable has the highest relationship to the intention to do a "100% tie-off with a β value of 0.398 followed by the subjective norm variable (motivation) with a β value of 0.243, the perception variable of behavior control with a β value of 0.218, the attitude variable belief in consequences with a β value of 0.080, and subjective norm variables (normative beliefs) with a β value of -0.076.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>