Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenny
"Latar Belakang: Hingga saat ini belum pernah dilakukan studi untuk menganalisis parameter dosimetri diantara teknik Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3D-CRT), Intensity Modulated Radiotherapy-Step and Shoot (IMRT-SS), IMRT-Helical Tomotherapy (HT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) pada kanker prostat di Departemen Radioterapi RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode: Studi eksperimental eksploratorik dengan melakukan intervensi pada 10 data CT plan pasien kanker prostat yang diradiasi di Departemen Radioterapi RSUPN-CM. Dosis 78 Gy diberikan pada PTV dalam 39 fraksi.
Hasil: rerata V75Gy rektum dan buli antara teknik 3D-CRT dengan tiga teknik lainnya, seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang bermakna (p <0,05). Rerata V5Gy RVR antara teknik 3D-CRT vs VMAT dan HT, IMRT-SS vs HT dan VMAT vs HT bermakna secara statistik dengan nilai p<0,0001. Rerata durasi penyinaran paling tinggi didapatkan dengan teknik HT (rerata 4,70±0,84 menit).
Kesimpulan: Angka V75Gy Rektum dan buli antara teknik 3D-CRT berbeda signifikan dibandingkan dengan tiga teknik lainnya. Teknik IMRT-SS menggunakan 5 arah sinar ko-planar mampu memberikan distribusi dosis yang baik terhadap PTV dan organ kritis meskipun tidak superior dibandingkan dengan teknik HT dan VMAT. Teknik HT memiliki konformitas yang lebih inferior dibandingkan dengan teknik VMAT. Durasi penyinaran terpendek dengan menggunakan teknik VMAT, berbeda signifikan dibandingkan dengan 3 teknik lainnya.
Background: There is limited study comparing dosimetry parameters between four different techniques; Three Dimentional Conformal Radiotherapy (3D-CRT), Intensity Modulated Radiotherapy-Step and Shoot (IMRT-SS), IMRT-Helical Tomotherapy (HT) and Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) in relation to prostate cancer in Radiotherapy Department RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Method: Experimental study with intervention on 10 prostate cancer patients' CT planning data. All the subjects underwent radiation in radiotherapy department RSUPN-CM. 78 Gy dose in 39 fractions was given for PTV. Results: The mean V75Gy rectum and bladder between 3D-CRT and the other three above mentioned techniques all showed significant results (p <0.05). V5Gy RVR between 3D-CRT vs VMAT and HT, IMRT-SS vs HT and VMAT vs HT is statistically significant (p <0.0001). The longest radiation time was done with HT (mean 4.70±0.84 minutes).
Conclusion: V75Gy rectum and bladder between 3D-CRT is statistically significant compared with the other three techniques. Even though, it is not superior compared to HT and VMAT, IMRT-SS using 5 co-planar beams are able to provide good dose distribution for PTV and critical organs. HT have inferior conformity compared to VMAT. Shortest radiation time was done using VMAT (statistically significant compared to three other techniques)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Sagung Ari Lestari
"Latar Belakang: Radiasi kraniospinal adalah metode radiasi yang sering digunakan pada kasus keganasan sistem saraf pusat yang menyebar ke cairan cerebrospinal, sehingga area radiasinya sangat luas meliputi seluruh otak dan canalis spinalis. Akibat daerah radiasi yang luas, area radiasi harus dibagi menjadi beberapa lapangan yang menghasilkan kesulitan dalam mengatasi junction antar lapangan tersebut.Kesulitan lain adalah banyaknya organ kritis yang terlibat dan usiapasien yang mayoritas anak-anak. Saat ini belum terdapat data penelitian yang menganalisis radiasi kraniospinal dengan teknik Three Dimentional Conformal Radiotherapy 3D-CRT, Intensity Modulated Radiotherapy IMRT, dan IMRT-Helical Tomotherapy HT di Indonesia.
Metode: studi eksperimental eksploratorik dengan melakukan intervensi planning terhadap 10 data CT plan pasien kraniospinal yang diradiasi di Departemen Radioterapi RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dosis 36 Gy diberikan dalam 20 fraksi.Cakupan PTV kranial dan spinal dievaluasi menggunakan indeks konformitas CI dan indeks homogenitas HI.Dilakukan pencatatan parameter organ kritis lensa mata, mata, kelenjar parotis, kelenjar submandibula, tiroid, paru-paru, jantung, ginjal, testis dan ovarium, serta paparan radiasi pada seluruh tubuh.Selain itu juga dilakukan pencatatan jumlah MU dan durasi sinar beam on time.
Hasil: Teknik HT adalah teknik terbaik dalam pencapaian angka HI dan CI serta perlindungan terhadap organ kritis, namun memiliki paparan radiasi seluruh tubuh tertinggi dibandingkan teknik 3D CRT dan IMRT selain nilai MU tertinggi dan durasi penyinaran terlama sehingga harus dipertimbangkan penggunaannya pada pasien anak-anak karena resiko secondary malignancy yang tinggi. Teknik 3D CRT dengan arah sinar opposing lateral untuk lapangan kranial dan dari posterior untuk lapangan spinal memiliki nilai HI dan CI terburuk dengan keterbatasan kemampuan melindungi organ kritis namun memiliki paparan radiasi seluruh tubuh dan MU terendah serta durasi penyinaran terpendek.

Background: Craniospinal radiation is a method of radiation that is often used in cases of malignancy of the central nervous system that spread to cerebrospinal fluid, so that the area of ??radiation is very broad covering the entire brain and spinal canal. Due to the large area of radiation, the radiation area must be divided into several fields that produce difficulty in overcoming the inter-field junction. In addition, the number of critical organs involved and the age of patients with the majority of children result in separate considerations in the choice of craniospinal radiation techniques. Currently there is no research data that analyzes craniospinal radiation with Three Dimentional Conformal Radiotherapy 3D-CRT, Intensity Modulated Radiotherapy-Step and Shoot IMRT-SS, and IMRT-Helical Tomotherapy HT techniques in Indonesia.
Method: exploratory experimental study by planning intervention on 10 CT plan data of craniospinal patients radiated in Radiotherapy Department of Cipto Mangunkusumo General Hospital. Dose 36 Gy is given in 20 fractions. Cranial and spinal PTV coverage was evaluated using the conformity index CI and homogeneity index HI. Performed recording of critical organ parameters of lens, eye, parotid gland, submandibular gland, thyroid, lung, heart, kidney, testis and ovary, and exposure to radiation throughout the body. In addition, also recorded the number of MU and the duration of the beam.
Results: The HT technique is the best technique for achieving HI and CI figures and protection of critical organs, but has the highest body-wide radiation exposure compared to CRT and IMRT 3D techniques in addition to the highest MU values and longest exposure duration so should be considered in children high risk of secondary malignancy. 3D CRT technique with opposite lateral beam direction for the cranial field and from the posterior to the spinal field has the worst HI and CI values with limited ability to protect critical organs but has the lowest total body radiation and MU exposure as well as the shortest duration of irradiation. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Nurhadi
"Latar Belakang: Radiasi eksterna seringkali digunakan untuk mengurangi gejala dari metastasis otak. Teknik radiasi paliatif Whole Brain masih merupakan terapi standar bagi pasien kanker dengan metastasis otak, namun teknik radiasi ini dapat menyebabkan penurunan fungsi neurokognitif yang diakibatkan oleh inflamasi akibat radiasi pada daerah hipokampus. Hal ini memicu penggunaan Hippocampal Sparing Whole Brain Radiotherapy (HS-WBRT) untuk mengurangi efek samping penurunan neurokogntif yang terkait hipokampus. Thesis ini membahas perbandingan dosimetri teknik radiasi Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT), Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT), dan Helical Tomotherapy (HT) pada Hippocampal Sparing Whole Brain Radiotherapy (HS-WBRT) untuk menilai apakah ada perbedaan parameter dosimetri dari ketiga teknik radiasi tersebut. Penelitian ini merupakan studi eksperimental eksploratif dengan melakukan intervensi pada data CT-plan pasien metastasis otak secara in silico. Parameter dosimetri yang dinilai adalah Conformity Index, Homogenity Index, Treatment Time, D98% PTV, D2% PTV, D50% PTV, D100% Hipokampus, dan Dmax Hipokampus. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan secara statistik dalam parameter Homogenity Index, D98% PTV, D2% PTV, dan D50% PTV pada semua kelompok data teknik radiasi, dimana Helical Tomotherapy (HT) memiliki nilai rerata yang paling baik dibandingkan kedua teknik radiasi lainnya. Untuk parameter yang lainnya baik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) maupun Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) memiliki nilai rerata yang tidak berbeda bermakna, kedua teknik radiasi tersebut masih memungkinkan sebagai tehnik pilihan dalam HSWBRT. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar guna menilai dengan baik teknik radiasi mana yang paling unggul untuk digunakan dalam perencanaan HS-WBRT serta menghasilkan perencanaan radiasi yang lebih baik.

Background: Radiation therapy is still a standard treatment in brain metastases cases. Whole brain radiation therapy is widely used to reduce debilitating symptoms, on the other hand this treatment could decrease neurocognitif function due to radiationinduced inflammation of the hippocampus. This is the ground reason to apply Hippocampal Sparing Whole Brain Radiotherapy (HS-WBRT), in order to reduce hippocamus related side effects. The focus in this study is to analyze dosimetric parameter between Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT), Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT), and Helical Tomotherapy (HT) in Hippocampal Sparing Whole Brain Radiotherapy (HS-WBRT) to asses any differences in dosimetric values. This study is an experimental study on CT and delivered treatment planing data, recalculated in silico as a hippocampal sparing treatment planning to be compared. The dosimetric parameter that were used in this study are Conformity Index, Homogenity Index, Treatment Time, D98% PTV, D2% PTV, D50% PTV, D100% Hippocampus, dan Dmax Hippocampus. The dosimetric comparisons between the three modalities resulted in statistically significant differences in Homogenity Index, D98% PTV, D2% PTV, D50% PTV, D100% where Helical Tomotherapy (HT) has a better mean value among the rest of the group. In other dosimetric comparisons, Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) and Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT) does not have any significant differences, as such both modalities allows for sparing of the hippocampus with acceptable means value in many dosimetric parameters. Further research is nedeed, particularly with larger sample to assess superiority in HS-WBRT modalities, as such to increase efficacy in its treatment planning."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmasari
"Latar Belakang: Radioterapi baik sebagai terapi tunggal maupun sebagai terapi kombinasi, memegang peranan yang penting dalam penatalaksanaan kanker payudara kiri. Eskalasi dosis dikatakan mampu meningkatkan kontrol dan menurunkan angka kekambuhan namun di sisi lain dapat meningkatkan angka toksisitas. Hingga saat ini masih terus dilakukan studi untuk menganalisis parameter dosimetri diantara teknik Three Dimensional Conformal Radiotherapy-Field and Field, Volumetric Modulated Arc Therapy, dan Helical Tomotherapy pada kanker payudara di departemen Radioterapi RSUPN-CM.
Metode: Studi eksperimental eksploratorik dengan melakukan intervensi pada 10 data CT plan pasien kanker payudara kiri yang diradiasi di Departemen Radioterapi RSUPN-CM. Dosis 50 Gy diberikan pada PTV dalam 25 fraksi. Cakupan PTV dievaluasi menggunakan Indeks konformitas CI dan indeks homogenitas HI. Menilai perbandingan PTV lokal D98, D95, D2, D50 dan supraklavikula dan menilai organ kritis sekitar target seperti paru kiri ipsilateral V20 le; 30, paru kanan contralateral V5 le; 50, jantung V25 le;10, payudara kanan contralateral Dmean < 5Gy.
Hasil: Dari hasil analisis statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara 3DCRT-FIF, VMAT maupun HT dalam mencapai dosis D98 dan D95, pada D50 terdapat perbedaan yang bermakna antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,000, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,000, namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara VMAT dengan HT p=0,508. Dalam hal ini, ketiga teknik mampu memberikan cakupan dosis minimal yang baik pada volume target, meskipun begitu dari hasil penelitian ini teknik HT mampu memberikan nilai rerata D95 yang superior. Untuk D50 lokal ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di 3 kelompok yang ada yaitu antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,000, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,000, maupun VMAT dengan HT p=0,005. Didapat teknik HT memiliki nilai rerata D50 yang paling baik 50.01 0.25. Untuk D2 dari hasil analisis statistik ditemukan adanya perbedaan yang bermakna di 3 kelompok yang ada yaitu antara 3DCRT-FIF dengan VMAT p=0,005, 3DCRT-FIF dengan HT p=0,005, maupun VMAT dengan HT p=0,005.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata D98 dan D95, namun terdapat perbedaan bermakna pada cakupan dosis D2 dan D50 antara teknik 3DCRT-FIF vs VMAT, 3DCRT-FIF vs HT, dan VMAT vs HT, seluruhnya memperlihatkan perbedaan yang bermakna p < 0,05 . Rerata durasi penyinaran paling tinggi didapatkan dengan teknik HT dan paling rendah pada 3DCRT-FIF.

Background: Radiotherapy as a main or combination therapy, holds an important role in the management of left breast cancer. Dose escalation is said to increase control and lower recurrence rate. On the other hand, dose escalation increases toxicity. Until now there is many study comparing dosimetry parameters between three different techniques; Three Dimensional Conformal Radiotherapy ndash; Field and Field 3DCRT-FIF, Volumetric Modulated Arc Therapy VMAT and Helical Tomotherapy HT and in relation to left breast cancer in radiotherapy department RSUPN-CM.
Method: This is an experimental study with intervention on 10 left breast cancer patients, CT planning data. All the subjects underwent radiation in radiotherapy department RSUPN-CM. 50 Gy dose in 25 fractions was given for PTV. Afterwards, PTV coverage was evaluated using conformity index CI and homogeneity index HI . Comparison of critical organs was evaluated using Dmax le; 50 Gy spinal cord, V25 le; 10 heart, V20 le; 30 lung ipsilateral and V5 le; 30 lung contraleteral and Dmean < 5 Gy right breast.
Results: From the statistical analysis there is no difference between 3DCRT-FIF, VMAT and HT in achieving D98 in local PTV. At the D95 value there is a difference between 3DCRT- and VMAT p = 0.022, 3DCRT-FIF with HT p = 0.005, but no value exists between VMAT and HT p = 0.508. In this case, one of the techniques employed gives a good minimum amount of volume targets, although the results of this technique HT are able to provide a superior D95% average. For D50% locally found, there are three groups that exist between 3DCRT-FIF with VMAT p = 0,000, 3DCRT-FIF with HT p = 0,000, and VMAT with HT p = 0,005. HT technique has the highest mean D50 50.01 0.25. For D2 of the analysis results found there were significant differences in 3 groups that existed between 3DCRT-FIF with VMAT p = 0,005, 3DCRT-FIF with HT p = 0,005, and VMAT with HT p = 0,005.
Conclusion: There is no D98% and D95%, but there is still a difference with D2% and D50% between 3DCRT-FIF vs VMAT, 3DCRT-FIF vs HT, and VMAT vs HT, all significant differences (p <0.05). The highest average duration of exposure with HT and lowest on 3DCRT-FIF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinambela, Aurika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Stereotactic Radiosurgery (SRS) merupakan salah satu modalitas non invasif dalam tatalaksana kasus schwannoma vestibular. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang membandingkan parameter dosimetri antara tiga teknik SRS yaitu Intensity-Modulated Radiotherapy Step and Shoot IMRT-SS , Volumetric-Modulated Arc Therapy VMAT , dan Helical Tomotherapy HT pada kasus schwannoma vestibular. Metode: Dilakukan planning IMRT-SS, VMAT, dan HT pada sebelas data CT plan kasus schwannoma vestibular. Dosis tepi yang diberikan adalah 12 Gy dengan fraksi tunggal. Hasil: Rerata ukuran tumor 8,23 cm 5,08 cm3. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada rerata CI, GI, V100 , dan V50 antara ketiga teknik. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata dosis maksimal pada batang otak, cochlea ipsilateral, chiasma opticum, nervus opticus ipsilateral dan kontralateral antara ketiga teknik. Terdapat perbedaan bermakna rerata dosis maksimal pada cochlea kontralateral antara teknik IMRT-SS dan VMAT. Rerata durasi penyinaran terpanjang didapatkan dengan teknik HT yaitu 1209,18 390,20 detik, diikuti teknik IMRT-SS yaitu 665,05 73,40 detik, dan yang terpendek dengan teknik VMAT yaitu 362,87 24,55 detikTerdapat perbedaan bermakna rerata MU dan durasi penyinaran antara teknik IMRT-SS vs VMAT, VMAT vs HT, serta IMRT-SS vs HT. Kesimpulan: Teknik VMAT dapat dijadikan pilihan untuk tatalaksana SRS kasus schwannoma vestibular mengingat dapat memberikan konformitas dan gradient index sama baik dengan teknik IMRT-SS dan HT, dengan menyelamatkan cochlea kontralateral lebih baik dibandingkan dengan teknik IMRT-SS, dan terutama karena memberikan durasi penyinaran yang jauh lebih singkat dibandingkan IMRT-SS dan HT. ABSTRACT
Background: Stereotactic Radiosurgery SRS is non-invasif modality in management of vestibular schwannoma. There is limited study comparing dosimetric parameters between three techniques SRS in vestibular schwannoma cases, thus Intensity-Modulated Radiotherapy Step and Shoot IMRT-SS , Volumetric-Modulated Arc Therapy VMAT , and Helical Tomotherapy HT . Method: Treatment planning with IMRT-SS, VMAT, and HT on eleven CT plan data for schwannoma vestibular cases. The marginal dose is 12 Gy with single fraction. Results: Mean tumor size was 8.23 ?? ??cm 5.08 cm3. No significant difference were found in the mean CI, GI, V100 , and V50 among the three techniques. There were no significant difference in maximal dose to brainstem, ipsilateral cochlea, optic chiasm, ipsilateral and contralateral optic nerve between the three techniques. There was significant difference of maximum dose on contralateral cochlea between IMRT-SS and VMAT techniques. The longest beam-on time was done with HT technique 1209,18 390,20 second , followed by IMRT-SS technique 665,05 73,40 second , and the shortest was with VMAT technique 362,87 24,55 second . There was significant difference in mean MU and beam on time between IMRT-SS vs. VMAT, VMAT vs HT, and IMRT-SS vs HT. Conclusion: VMAT technique could be an option for SRS of vestibular schwannoma cases to provide conformity and gradient index as well as IMRT-SS and HT techniques, with better rescue to contralateral cochlea compared with IMRT-SS techniques, and provides much shorter beam-on time rather than IMRT-SS and HT."
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library