Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Ramadianti Fitria
"Halitosis merupakan bau mulut yang sebagian besar sumbernya berasal dari rongga mulut. Volatile Sulfur Compound(VSC) merupakan penyebab halitosis dan produksinya berhubungan dengan aktifitas periodontobacteria termasuk Tannerella forsythia. Periodontitis dan diabetes memiliki hubungan dua arah. Diabetes adalah faktor predisposisi periodontitis. Tujuan pemelitian ini adalah menetapkan hubungan antara kadar metil merkaptan (CH3SH) dan hidrogen sulfida (H2S) dengan proporsi T. forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes mellitus.Metode yang digunakan adalah subjek periodontitis (n=20) dikelompokkan berdasarkan kadar glukosa darah : periodontitis dan normoglikemik, n = 8; periodontitis dan DM, n = 8, kontrol sehat, n = 4. Diagnosis periodontitis didasarkan pada parameter klinik. Pengambilan sampel mikrobiologis dari cairan krevikular gingiva dan tongue coating. Kadar CH3SH dan H2S ditetapkan dengan menggunakan Oral Chroma™. Proporsi T. forsythia dianalisis menggunakanmetoda quantitative real time-PCR (qPCR). Data dianalisis dengan uji Mann Whitney dan Spearman. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna kadar H2S pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus, namun tidak terdapat perbedaan kadar CH3SH dan T. forsythia pada pasien periodontitis disertai halitosis dengan dan tanpa diabetes melitus. Terdapat korelasi positif kadar H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa diabetes melitus, tetapi tidak terdapat korelasi kadar CH3SH pada permukaan tongue coating pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus. Pada cairan krevikular gingiva, tidak terdapat korelasi antara CH3SH dan H2S dengan proporsi T.forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus. Kesimpulan yang didapat pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa diabetes melitus terdapat korelasi positif sangat kuat antara kadar H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating dan pada pasien periodontitis dengan halitosis dan diabetes melitus tidak terdapat korelasi kadar CH3SH dan H2S dengan proporsi T. forsythia pada permukaan tongue coating. Pada cairan krevikular gingiva, tidak terdapat korelasi antara CH3SH dan H2S dengan proporsi T.forsythia pada pasien periodontitis dengan halitosis tanpa dan dengan diabetes melitus.

Halitosis is bad breath which is mostly sourced from the oral cavity. Volatile Sulfur Compound (VSC) is a cause of halitosis and its production is related to the activity of periodontobacteria including Tannerella forsythia. Periodontitis and diabetes have a two-way relationship. Diabetes is a predisposing factor for periodontitis. The aim of this study was to determine the relationship between methyl mercaptan (CH3SH) and hydrogen sulfide (H2S) with the proportion of T. forsythia in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. The methods used Periodontitis subjects (n = 20) were grouped based on blood levels: periodontitis and normoglycemic, n = 8; periodontitis and DM, n = 8, healthy controls, n = 4. The diagnosis of periodontitis is based on clinical parameters. Microbiological sampling of gingival crevicular fluid and tongue coating. CH3SH and H2S levels are determined using Oral Chroma ™. The proportion of T. forsythia was analyzed using quantitative real time-PCR (qPCR) methods. Data were analyzed by Mann Whitney and Spearman test. There were differences of H2S in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus, but there were no differences in the levels of CH3SH and T. forsythia in periodontitis halitosis patients with and without diabetes mellitus. Positive correlation of H2S by comparison of T. forsythia on the tongue coating in periodontitis patients with diabetes mellitus, but it is not related to CH3SH on the tongue coating in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. In gingival crevicular fluid, showed no correlation between CH3SH and H2S with the proportion of T.forsythia in periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus. The conclusion of this study is in periodontitis patients with halitosis without diabetes mellitus showed a very strong positive correlation between H2S with the proportion of T. forsythia on the tongue coating. There was no correlation between CH3SH and H2S with proportion of T. forsythia on the tongue coating in periodontitis patients with halitosis and diabetes mellitus. In gingival crevicular fluid, there was no correlation between CH3SH and H2S with the proportion of T.forsythiain periodontitis patients with halitosis without and with diabetes mellitus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Nadya Salsabila
"TPA Cipayung Depok kini sudah mencapai masa overload karena sudah melebihi kapasitas untuk menampung sampah. Timbunan sampah yang terus meningkat di TPA dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan berisiko terhadap kesehatan manusia. Dampak dari pencemaran yang ditimbulkan dari TPA salah satunya adalah penyakit bawaan udara atau airborne disease. Penyakit tersebut disebabkan oleh adanya sampah organik yang membusuk oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan gas hidrogen sulfida (H2S) dan gas metana (CH4) yang memiliki sifat toksik bagi tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh pajanan gas hidrogen sulfida terhadap anak-anak yang tinggal di sekitar TPA Cipayung, Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif pendekatan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Pengukuran konsentrasi H2S dilakukan pada pagi hingga sore hari pada 3 titik lokasi dalam radius kurang dari 1 km dan pengambilan data antropometri serta riwayat kesehatan anak dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Konsentrasi gas H2S tertinggi diperoleh sebesar 0,005 ppm dan terendah sebesar 0,004 ppm. Tingkat risiko untuk pajanan berdasarkan pola aktivitas (aktivitas istirahat, aktivitas ringan, aktivitas sedang, dan aktivitas berat) dan pajanan realtime diperoleh nilai RQ < 1 yang berarti belum memiliki risiko kesehatan terhadap anak-anak. Namun, pada pajanan lifespan diperoleh nilai RQ > 1, yaitu sebesar 1,028 yang berarti anak-anak memiliki risiko terkena efek kesehatan nonkarsinogenik sehingga diperlukan adanya manajemen risiko untuk mengurangi pajanan gas H2S. Riwayat gejala gangguan kesehatan yang berhubungan dengan efek kesehatan akibat pajanan H2S, yaitu ISPA dan iritasi mata diperoleh sebanyak 74 anak (82,2%) mengalami gejala ISPA dan 48 anak (53,3%) mengalami gejala iritasi mata. Hasil analisis Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata asupan realtime anak-anak yang mengalami gejala ISPA dan gejala iritasi mata dengan anak yang tidak mengalami gejala tersebut. Meskipun paparan H2S belum berisiko dalam jangka pendek, diperlukan manajemen risiko untuk mengurangi paparan H2S di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan TPA, seperti pengolahan sampah secara modern, serta menanam pohon atau tanaman yang dapat menyerap H2S.

Cipayung Landfill in Depok has now reached an overload period because it has exceeded its capacity to accommodate waste. The ever-increasing accumulation of waste in landfills can cause environmental pollution and pose a risk to human health. One of the impacts of pollution resulting from landfills is airborne disease. This disease is caused by organic waste rotting by microorganisms, producing hydrogen sulfide gas (H2S) and methane gas (CH4) which are toxic to the human body. This study aims to determine the level of health risks posed by exposure to hydrogen sulfide gas in children living around the Cipayung TPA, Depok City. This research uses a quantitative method, Environmental Health Risk Analysis (EHRA) approach. H2S concentration measurements were carried out from morning to evening at 3 location points within a radius of less than 1 km and anthropometric data and the child's health history were collected using interviews and questionnaires. The highest concentration of H2S gas was 0.005 ppm and the lowest was 0.004 ppm. The risk level for exposure based on activity patterns (rest activity, light activity, moderate activity and heavy activity) and real-time exposure obtained an RQ value < 1, which means there is no health risk to children. However, for lifespan exposure, an RQ value > 1 of 1.028 was obtained, which means that children are at risk of developing non-carcinogenic health effects, so risk management is needed to reduce exposure to H2S gas. A history of symptoms of health problems related to health effects due to H2S exposure, acute respiratory infections (ARI) and eye irritation, was obtained from 74 children (82.2%) experiencing symptoms of ARI and 48 children (53.3%) experiencing symptoms of eye irritation. The results of the Mann-Whitney Test analysis showed that there was no significant difference between the average real-time intake value of children who experienced ARI symptoms and eye irritation symptoms and children who did not experience these symptoms. Although exposure to H2S is not yet a risk in the short term, risk management is needed to reduce exposure to H2S in the future. This can be done by improving landfill management, such as modern waste processing, as well as planting trees or plants that can absorb H2S."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shofi Sari Azima
"ABSTRAK
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas penyumbang bau yang sangat menyengat dari proses bakteri timbunan sampah di TPA Cipeucang. Apabila konsentrasi gas H2S tersebut melebihi baku mutu dan terhirup oleh anak-anak maka akan berdampak langsung pada kesehatan anak-anak yang bermukim di Pemukiman TPA Cipeucang. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan anak-anak akibat pajanan gas H2S. Untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi H2S, dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pada anak-anak yang bermukim di pemukiman TPA Cipeucang. Konsentrasi H2S dianalisis menggunakan alat pompa hisap dan spektrofotometer air sampler (HVS). Sementara itu, sebanyak 69 responden diobservasi untuk dilakukan estimasi mengenai tingkat risiko kesehatan akibat pajanan H2S. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata H2S di pemukiman TPA Cipeucang telah melebihi baku mutu yaitu 0,024 ppm (baku mutu: 0,02 ppm). Nilai rata-rata CDI H2S pada anak-anak adalah 0,0025 mg/kg/hari. Nilai RQ pada anak-anak diatas >1 yaitu 1,28. Sementara gejala kesehatan pada beberapa responden menunjukan adanya gejala kelebihan asupan H2S, meskipun belum diketahui apakah gejala tersebut hanya disebabkan oleh H2S atau oleh risk agent lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pajanan H2S pada anak-anak berisiko terhadap kesehatan karena RQ>1.

ABSTRACT
Hydrogen sulfide (H2S) is a gas contributor dreadful stench from the landfill waste in the landfill bacteria Cipeucang. If the H2S gas concentrations exceed the quality standards and be inhaled by children will have a direct impact on the health of children who live in the landfill Cipeucang. This study aims to estimate the risk to children's health due to exposure to H2S gas. To estimate the health risks from inhalation exposure to H2S, an analysis of environmental health risks to children living in enclaves Cipeucang landfill. H2S concentrations were analyzed using a suction pump and spectrophotometer air samplers (HVS). Meanwhile, as many as 69 respondents were observed to estimate the level of health risks from exposure to H2S. Laboratory test results showed that the average concentration of H2S in the settlement TPA Cipeucang quality standard that has exceeded 0,024 ppm (quality standard: 0,02 ppm). The average value of H2S CDI in children is 0,0025 mg/kg/day. RQ value in children over> 1 is 1.28. While health symptoms at some respondents showed any symptoms of excess intake of H2S, although it is not yet known whether the symptoms are only caused by H2S or by another agent risk. Based on these results, we can conclude that exposure to H2S at-risk children to health because RQ> 1.
"
2016
S65337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Urip Riyadi
"ABSTRAK
Kandungan biogas tidak hanya CH4 tetapi juga mengandung CO2, H2O, dan H2S yang merupakan pengotor. Salah satu pengotor yang paling umum adalah hidrogen sulfida. Meskipun secara komposisi jumlahnya relatif tidak dominan, keberadaan hidrogen sulfida dapat memicu korosi. Oleh karena itu, diperlukan pengurangan kadar hidrogen sulfida dari biogas yang dihasilkan agar nilai kalornya meningkat, tingkat korosi menurun, dan selanjutnya dapat dimanfaatkan dengan lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik media steel wool serta mengetahui efisiensi media mengurangi kadar H2S dalam biogas hasil pengolahan Anaerobic Digestion. Penelitian dilakukan secara adsorpsi kimiawi menggunakan steel wool pada kolom PVC berukuran diameter 2 rdquo; 6 cm . Analisis gas H2S dilakukan menggunakan metode SNI 19-7117.7-2005. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa media steel wool yang digunakan mengandung unsur aktif berupa Fe dan Zn dengan jumlah total mencapai 97,5 massa dan efisiensi penghilangan H2S hingga 100 rata-rata 95 pada ketinggian kolom 100 cm, serta hingga 100 pula rata-rata 97 pada laju aliran 0,1 L/menit.

ABSTRACT
The biogas content is not only CH4 but also contains CO2, H2O, and H2S which are impurities. One of the most common impurities is hydrogen sulphide. Although the amount is relatively non dominant, the presence of hydrogen sulphide can trigger corrosion. Therefore, it is necessary to reduce the hydrogen sulphide content of the biogas produced so that the calorific value increases, the corrosion rate decreases, and furthermore can be utilized better. The purpose of this research is to identify characteristic of steel wool media and to know efficiency of media to reduce H2S level in biogas result of Anaerobic Digestion processing. The research was carried out by chemical adsorption using steel wool on PVC column of 2 6 cm diameter. H2S gas analysis is done using SNI 19 7117.7 2005 method. The result of the research shows that the steel wool media used contains the active elements of Fe and Zn with total amount reaching 97.5 mass and H2S removal efficiency up to 100 95 average at 100 cm column altitude, and also up to 100 97 average at flowrate 0,1 L minute."
2017
S69300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esty Maulidyasti F.
"Gas H2S merupakan gas berbahaya yang banyak dihasilkan oleh sebagian besar proses industri seperti kilang petrokimia, proses pengolahan air limbah, industri makanan, industri manufaktur pulp dan kertas, serta dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Gas H2S memiliki karakteristik bau yang sangat menyengat dan bila terhirup oleh saluran pernafasan pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar industry membuang limbah gas yang mengandung H2S diambang batas aman, seperti limbah gas industri pulp dan kertas yang memiliki konsentrasi H2S sebesar 18,1 ppm ataupun seperti limbah gas industri karet remah yang mengandung konsentrasi H2S sebesar 12 ppm. Sedangkan kandungan gas H2S yang dibuang ke udara bebas tidak boleh melebihi dari batas aman yang diperbolehkan di udara, yaitu 10 ppm.
Salah satu metode yang terbukti lebih efisien dibandingkan metode-metode konvensional untuk mereduksi kandungan H2S adalah dengan biofilter. Sistem biofiltrasi ini sendiri secara luas telah digunakan untuk mereduksi gas polutan pada berbagai industri dan memperoleh sambutan yang baik di banyak negara. Hal ini dikarenakan biofiltrasi memiliki kelebihan utama yaitu biaya perawatan dan operasional yang rendah, serta efisiensi proses yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari biofilter yang menggunakan zeolit alam sebagai bahan pengisi biofilter yang diinokulasikan dengan bakteri Thiobacillus thioparus, melalui uji degradasi selama 24 jam. Pengujian dilakukan dengan menguji adsorbansi dari zeolit alam Lampung dengan menggunakan kontaminan Na2S2O3 1 M dan gas H2S dengan konsentrasi 32,674 ppm. Keduanya dilakukan dengan laju alir 8,46 L/jam. Kemudian dilakukan uji degradasi dengan menggunakan zeolit yang diinokulasi oleh bakteri Thiobacillus thioparus dengan kondisi operasi yang sama.
Analisis dilakukan dengan titrasi Iodometri untuk mengetahui persentase reduksi dari proses degradasi yang telah dilakukan. Hasil dari penelitian ini adalah zeolit alam Lampung dapat digunakan sebagai media immobilisasi bakteri Thiobacillus thioparus. Terjadi peningkatan degradasi H2S dengan penggunaan zeolit yang diinokulasi oleh bakteri Thobacillus thioparus, yaitu peningkatan persentase reduksi H2S sebesar 33,54 %, persentase reduksi H2S maksimal mencapai 98,87 % dan terjadi peningkatan nilai kapasitas penghilangan sulfur yaitu dari 1,25 - 1,43 g-S/kg zeolit kering menjadi sebesar 8,23 - 8,79 g-S/kg zeolit kering.

H2S is a dangerous gas which produced by most industrial process like petrochemical plant, waste water treatment facilities, food industrial, pulp and paper manufactur, and also from emission of fossil fuel combustion. H2S have a characteristic odour which is very sting and if breathed by human exhalation in high concentration can cause death. Most of industry generated the gas waste that contain H2S out of the safe environmental level. Like pulp and paper industrial gas waste containing H2S concentration at 18,1 ppm and or like crumb rubber industry gas waste containing H2S concentration at 12 ppm. While the regulation of H2S gas content into the air may not exceed from 10 ppm.
One of the proven method that more efficient compared to conventional method to reduce H2S content is with biofilter. This biofiltration system have been used widely in many country to reduce polutan gas at various industry. This matter because of biofiltrasi have especial advantages that is low cost for operational and treatment expense, and also high process efficiency.
This research is conducted to know the effectiveness of biofilter using natural zeolite as biofilter filler which inoculated with Thiobacillus thioparus bacterium, from degradation test during 24 hour operation. Examination conducted with adsorbtion test to natural zeolite by using Na2S2O3 1M and H2S gas with concentration 32,674 ppm. Both are execute with same flow rate 8,46 L/hour. Next step is degradation test by using zeolite which inoculated with Thiobacillus thioparus bacterium with same operation condition.
Analysis are using Iodometri titration to know the percentage reduce from degradation process which have been done. The result of this research is natural zeolite can be used as Thiobacillus thioparus inoculated medium. The percentage reduce of H2S are significantly increase with usage of zeolite which inoculated with Thobacillus thioparus bacterium, that is make-up equal to 33,54 %, maximal percentage reduce of H2S reach 98,87 % and have a significant point increase of sulphur removal capacity that is from 1,25 - 1,43 g-S / kg dry zeolite increase to 8,23 - 8,79 g-S / kg dry zeolite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sungging Hidayat
"Pemilihan proses Tail Gas Treatment yang tepat dan efisien menjadi permasalahan bagi pabrik pengolahan gas alam. Superclaus, salah satu proses sulfur recovery, menjawab permasalahan tersebut dengan mengeliminasi proses Tail Gas Treatment pada skema SRU konvensional. Input proses Superclaus adalah acid gas 2,54 MMSCFD dengan kandungan hidrogen sulfida mencapai 41% berhasil memperoleh kembali sulfur lebih dari 96% dan kemurnian sulfur mencapai 99,9%. Kadar H2S di gas buang dapat diturunkan hingga 0 ppm. Kapasitas produksi adalah 52,96 ton per hari. Biaya modal untuk SRU Superclaus sebesar 101,5 milyar rupiah dan biaya operasional sebesar 15,6 milyar rupiah per tahun.

Selection of an appropiate and cost effective Tail Gas Treatment is a challenge for natural gas plant. Superclaus, one of sulfur recovery process, able to solve this problem by eliminating Tail Gas Treatment process at SRU conventional scheme. Feed stream of Superclaus is acid gas 2.54 MMSCFD with hydrogen sulfide 41% mole able to recover sulfur more than 96% and sulfur purity reach 99.9%. Levels of H2S in flue gas can be reduced to 0 ppm. Production capacity is 52.96 tonne per day. Capital expenditure for SRU Superclaus is 101.5 billion IDR and operational expenditure is 15.6 billion IDR per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43617
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Satrya Alfandi, Author
"ABSTRAK
Hidrogen sulfida merupakan gas beracun yang terkandung pada instalasi
produksi associated gas suatu industri eksplorasi minyak dan gas. Skripsi ini
merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif menggunakan
data sekunder perusahaan dan literature serta observasi lapangan yang kemudian
dianalisis menggunakan perangkat lunak Areal Location Hazardous Atmosphere
(ALOHA). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsekuensi yang terjadi
berdasarkan jangkauan dispersi gas, dan populasi berisiko terpajan dari skenario
kebocoran instalasi produksi associated gas yang sudah dirancang.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa skenario worst case (ruptur dan
tidak terkendali) pada pipa gas berukuran 10 inch memiliki dispers gas paling
luas. Dalam satu jam, dispersi gas H2S terjauh dengan AEGL-1 0.51 ppm (60
min) mencapai 3.6 km dengan populasi berisiko mencakup penduduk yang tinggal
di sekitar area station produksi PT. X. Selain itu didapatkan gambaran
pengetahuan populasi berisiko terpanajan mengenai bahaya kebocoran gas serta
gambaran sistem keselamatan kebocoran gas yang tersedia di PT.X

ABSTRACT
Hydrogen sulfide is a toxic gas that is contained on the installation of
associated gas production of an oil and gas exploration industry. This thesis is a
descriptive study with a semi-quantitative approach using secondary data from the
company, literature and field observations. Then, these data are analyzed using the
software Areal Location of Hazardous Atmosphere (ALOHA). The purpose of
this study was to determine the consequences that occur based on the range of gas
dispersion, and population at risk to exposed of leakage scenarios that have been
designed at the associated gas production installations.
The results of this study found that the worst case scenario (uncontrolled
rupture) in a 10 inches gas pipeline has the most extensive gas dispersion. Within
an hour, the farthest H2S gas dispersion with AEGL-1 0.51 ppm (60 min) reached
3.6 km with a population at risk include people living in the surrounding area of
production station. Moreover, other results from this study were the level of
knowledge from population at risk about the dangers from gas leaks and gas leaks
safety systems overview that available in PT.X."
Universitas Indonesia, 2014
S54963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maulani Kartikasari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko kesehatan akibat pajanan gas hidrogen sulfida terhadap anak-anak di sekitar TPA Galuga, Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai RQ < 1 untuk efek pajanan realtime, pajanan lifespan, dan pajanan pola aktivitas singkat aktivitas istirahat atau tidur, aktivitas ringan, aktivitas sedang, aktivitas berat . Hasil perhitungan menunjukkan nilai RQ < 1 berarti pajanan H2S tidak memiliki risiko yang berarti untuk anak-anak yang berada di pemukiman penduduk di sekitar TPA Galuga. Namun, anak-anak memiliki gangguan kesehatan yang berhubungan dengan efek kesehatan yang dapat ditimbulkan pajanan gas H2S, yaitu gangguan ISPA sebanyak 43 anak 48,3 dan iritasi mata sebanyak 21 anak 23,6 . Hasil analisis uji T pada riwayat gangguan ISPA dan gangguan iritasi mata dengan intake individu menyatakan tidak ada perbedaan signifikan rata-rata intake realtime kelompok responden yang tidak mengalami gangguan kesehatan dengan kelompok responden yang mengalami gangguan kesehatan. Hal ini dikarenakan pengukuran kejadian hanya dilihat berdasarkan kejadian sesaat bukan dalam suatu periode.Kata kunci : Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan, Hidrogen Sulfida, Pemukiman di sekitar TPA Galuga.

ABSTRACT
This study aims to determine the level of health risks due to exposure of hydrogen sulfide gas to children around Galuga landfill, Bogor. This research uses environmental health risk analysis approach. The results showed that the RQ "
2017
S69707
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fascal Muhammad Feisal
"ABSTRAK
Pada tahun 2013, penduduk sekitar TPA Burangkeng melakukan aksi penutupan jalan masuk menuju TPA Burangkeng. Hal tersebut disebabkan banyak keluhan warga akibat pencemaran dari TPA yang masih menggunakan sistem Open Dumping. Menurut dinas lingkungan hidup pada tahun 2017 mengatakan bahwa TPA Burangkeng mengalami over kapasitas atau overload dalam penampungan sampah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang sekarang dijadikan TPA Burangkeng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko dan pengaruh pajanan H2S terhadap kesehatan anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data primer dan desain studi deskriptif analitik yang menggunakan desain studi cross sectional dan metode pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan ARKL . Lokasi penelitian adalah pemukiman sekitar TPA sampah Burangkeng, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Total responden adalah 89 responden dengan purposive sampling yang kemudian akan dilanjutkan dengan menggunakan Snowball sampling untuk sisa sampel pada titik tersebut. Setiap titik akan mendapatkan besar sampel yang sama Proportional . Sampel manusia memiliki kriteria inklusi berupa orang tua yang memiliki anak berusia sekolah 5-12 tahun yang bermukin di sekitar TPA Burangkeng dalam radius kurang dari 1 km. Pengambilan data akan dilakukan dengan wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel udara di ke 3 titik. Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata konsentrasi H2S dalam udara ambien di ketiga titik masih memenuhi baku mutu yang berlaku yaitu < 0,02 ppm. Sedangkan, untuk rata-rata berat badan anak melebihi standar pengukuran US-EPA. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai RQ < 1 untuk pajanan realtime,dan pajanan jangka singkat. Sedangkan pada pajanan lifespan nilai RQ > 1 yang berarti anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng berisiko terkena efek nonkasinogenik H2S dalam jangka waktu 30 tahun. Sedangkan, untuk gejala gangguan akibat asupan H2S yaitu ISPA yang dimiliki anak-anak sebanyak 71 78,9 anak memiliki gejala gangguan ISPA. Bila dilakukan Uji Mann Whitney U Test untuk melihat hubungan antara asupan realtime dengan gejala yang dimiliki anak didapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata median asupan realtime antara anak yang memiliki gejala gangguan ISPA dengan yang tidak memiliki.

ABSTRACT
Residents around the Burangkengs landfill are closing the entrance. This is due to many residents complaints due to pollution from landfill that still use the Open Dumping system. According to the environmental agency in 2017 said that the Burangkengs landfill experiencing over capacity or overload in the garbage disposal. This is due to the limited land that is now used as Burangkengs landfill. The purpose of this study was to determine the level of risk and the influence of H2S exposure on the health of children living around the Burangkeng TPA by 2018.This study uses primary data and analytic descriptive study design that uses a cross sectional study design and methods of environmental health risk analysis approach. The location of the research is settlement around TPA waste of Burangkeng, Setu Sub district of Bekasi Regency. Total respondents were 89 respondents with purposive sampling which then will be continued by using Snowball sampling for the rest of the sample at that point. Each point will get the same large sample Proportional . Human samples have inclusion criteria in the form of parents who have school aged children 5 12 years old who engraved around the Burangkeng TPA within a radius of less than 1 km. The data collection will be done by interview, anthropometry measurement and air sampling at 3 points. The results showed that the average concentration of H2S in ambient air in all three points still meet the applicable quality standard that is."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>