Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dave Jason Satria
"Ulkus peptik, yang disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori (H. pylori), merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi yang cukup tinggi, termasuk di Indonesia. Klaritromisin adalah salah satu obat yang dipakai untuk mengatasi infeksi bakteri ini sebagai bagian dari regimen tiga obat. Sediaan konvensional klaritromisin hanya bertahan 1-3 jam di lokasi aksi. Oleh karena itu, klaritromisin dibuat menjadi granul gastroretentif mukoadhesif dengan bantuan polimer untuk meningkatkan waktu singgah obat yang meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi insidensi resistensi. Polimer yang dipilih, yaitu hidroksietil selulosa (HEC), hidroksipropil selulosa (HPC), dan polimetakrilat mempunyai rekam jejak yang baik dalam aktivitas mukoadhesinya, namun masih belum ada studi yang mempelajari polimer berikut untuk sediaan mukoadhesi gastroretentif. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi granul gastroretentif dengan sifat fisik yang baik dan profil pelepasan obat, serta daya mukoadhesi granul secara in vitro. Granul dengan konsentrasi 1:1 tiap polimernya dibuat dengan metode granulasi basah yang dievaluasi dari karakterisasi fisiknya, fungsional, kadar, profil pelepasan, dan mekanisme pelepasannya. Hasil granul Klaritromisin : HEC (F1) = 1:1 menghasilkan hasil yang paling baik diantara ketiga formula. Granul yang dihasilkan memiliki rendemen 93,25% dan sifat alir excellent. Granul mengembang hingga 822,69%, mampu bertahan hingga 12 jam pada uji mukoadhesi in-vitro, dan daya adhesi yang terbaik dari ketiga formula. Dari uji disolusi, granul F1 memiliki kadar 77,58% dan profil pelepasannya adalah orde 0 difusi disolusi yang terdapat fenomena lag release. Oleh karena itu, granul F1 dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut seperti pada uji in vivo.

Peptic ulcer, caused by Helicobacter pylori (H. pylori) infection, is a global health issue with a significant prevalence, including in Indonesia. Clarithromycin is one of the drugs used to treat this bacterial infection as part of a triple therapy regimen. Conventional clarithromycin formulations only remain active for 1-3 hours at the site of action. Therefore, clarithromycin was formulated into gastroretentive mucoadhesive granules using polymer assistance to prolong drug residence time, enhance therapeutic effectiveness, and reduce resistance incidence. The selected polymers hydroxyethyl cellulose (HEC), hydroxypropyl cellulose (HPC), and polymethacrylate have shown good track records in mucoadhesive activity, yet there are no studies on the latter polymer for gastroretentive mucoadhesive formulations. This research aims to formulate gastroretentive granules with good physical properties and drug release profiles, as well as in vitro mucoadhesive properties. Granules with a 1:1 concentration of each polymer were prepared using wet granulation method and evaluated for their physical and functional characteristics, drug content, release profile, and release mechanism. Among the three formulations, the Clarithromycin:HEC (F1) granules at a 1:1 ratio showed the most promising results. The resulting granules had a yield of 93.25% and excellent flow properties. They expanded up to 822.69%, could sustain for up to 12 hours in in-vitro mucoadhesion tests, and exhibited the best adhesion capability compared to the other formulations. Dissolution testing showed that F1 granules had a drug content of 77.58% and followed a zero-order release with lag release phenomenon. Hence, F1 granules are suitable for further research, such as in vivo studies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Hermawan
"Spirulina platensis merupakan nutrasetika sebagai sumber nutrisi dan protein lengkap yang mengandung fikosianin atau pigmen biru yang berfungsi sebagai antioksidan. Tablet Spirulina platensis memiliki kekurangan dikarenakan bau dan rasa yang kurang menyenangkan sehingga dibuat menjadi tablet salut lapis tipis dengan penyalut pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan hidroksipropil selulosa (HPC). Tablet inti dibuat secara kempa langsung dan konsentrasi penyalut yang digunakan adalah PPS 5%, HPC 5%, PPS-HPC (2:1) 3%, dan PPS 3%. Evaluasi sediaan tablet salut lapis tipis meliputi penampilan fisik, keseragaman bobot dan ukuran, ketebalan salut, kenaikan bobot, uji waktu hancur, dan uji disolusi. Hasil evaluasi tablet salut lapis tipis menunjukan bahwa proses penyalutan tablet Spirulina platensis sudah dapat menutupi rasa dan bau.
Berdasarkan penampilan tablet salut lapis tipis Spirulina platensis diketahui bahwa formula larutan penyalut kombinasi F3 PPS-HPC (2:1) 3% memberikan hasil penyalutan yang baik. Hasil penyalutan F3 memberikan kenaikan bobot tablet sebesar 4,71 %, ketebalan lapisan penyalut 312 μm, dan waktu hancur 9,43 menit. Selain itu, kadar Spirulina platensis dalam tablet salut F3 dan disolusi selama 2 jam dievaluasi dengan hasil berturut-turut sebesar 86,48 dan 101,76 %. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Spirulina platensis dapat dijadikan tablet salut lapis tipis untuk menutupi rasa dan baunya yang kurang menyenangkan.

Spirulina platensis is a nutraceutical with a complete source of nutrients and proteins that contain phycocyanin or blue pigment known as antioxidants. Spirulina platensis tablets had the lacks of unpleasant odor and taste. Therefore, the aim of this study was to prepare and evaluate film coated tablets of Spirulina platensis. In this study, pregelatinized cassava starch (PCS) and hydroxypropyl cellulose (HPC) were used as coating polymers. The core tablets containing Spirulina platensis were prepared by direct compression method, then coated by 3% PCS, 5% PCS, 5% HPC, and 3% PCS-HPC (2:1). The coated tablets evaluation showed that the coating process could overcome the unpleasant odor and taste of Spirulina platensis.
The results showed that Spirulina platensis tablets which were coated with PCS-HPC (2:1) 3% (F3) indicated the best criteria for film coated tablets. Futhermore, the weight increasing, coating thickness and disintegration time of F3 tablets were 4.71%, 312 μm and 9.43 minutes, respectively. Moreover, the Spirulina platensis contents in coated tablets and release cumulative amounts of Spirulina platensis during 2 hours were 86.48 and 101.76 %, respectively. Based on the results, Spirulina platensis could be prepared as film coated tablets dosage form, thus they might be a marketable and acceptable nutraceutical product.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42055
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library