Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 757 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jilia Roza
"HIV merupakan penyebab penyakit infeksi yang akan diderita seumur hidup. Tidak semua orang yang terinfeksi HIV memiliki jangka waktu yang sama dalam menunjukkan gejala klinisnya, sehingga transmisi masih dapat terjadi selama penderita dalam periode asimptomatik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan status HIV klien VCT (Voluntary Counselling and Testing) di RSUD Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2012. Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data rekam medis klinik VCT HIV pada 897 orang klien VCT HIV di RSUD Mandau. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi form VCT menggunakan lembar daftar tilik. Hasil penelitian ini mendapatkan 4,2% klien VCT yang terinfeksi HIV dan pekerjaan berhubungan dengan status HIV, dimana klien yang pekerjaannya terkait dengan faktor risiko hampir 16 kali untuk terinfeksi HIV dibandingkan klien yang pekerjaannya tidak terkait dengan faktor risiko. Perlunya perhatian, pencegahan serta penanggulangan dari seluruh pihak baik pemerintahan, tenaga kesehatan maupun masyarakat.

HIV is a cause of disease infection that will be suffered a lifetime. Not all people with HIV have the the same timeframe in the showing symptoms clinicayl, so that the transmission may still occur during the patients in the period of asymptomatic. This research was aimed to determine the factors associated with HIV status VCT clients (Voluntary Counseling and Testing) at RSUD Mandau Bengkalis In 2012. This study is a further analysis of the medical records of HIV VCT clinic at 897 people with HIV VCT clients in RSUD Mandau. The data was collected through observation VCT form using the checklist sheet. Results of this study get 4.2% of VCT clients infected with HIV and work related with HIV status, where clients who work associated with risk factors nearly 16 times for HIV infection than clients who work not associated with risk factors. Need more concern, prevention and suppression of all parties, including government, health workers, and society."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Juwita Nelwan
Depok: Badan Penerbit FK UI, 2017
616.97 ERN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Veronika Jenny
"Kasus AIDS semakin banyak terjadi di Indonesia dan diperburuk dengan berbagai macam penyakit infeksi komorbidnya. Hasil penelitian 108 pasien diperoleh 50,9% memiliki infeksi komorbid hepar. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional analitik dengan data sekunder rekam medik pasien rawat inap RSCM pada tahun 2010. Hasil beberapa faktor yang diteliti adalah responden laki-laki terbanyak (51 orang), rentang usia terbanyak 25-49 tahun (52 orang), dan faktor resiko penularan pada penggunaan jarum suntik (22 orang). Dengan chi-square diperoleh hubungan bermakna pada jenis kelamin (p<0,05). Ditinjau dari nilai index massa tubuh diperoleh rerata nilainya adalah 18,6 kg/m2, dan nilai rerata hitung CD4+ absolute sebesar 46 sel/dL, namun hanya nilai CD4+ absolute memiliki hubungan bermakna pada uji mann-whitney (p<0,05).

AIDS cases are increasing in Indonesia and this infections are so bad with comorbid infections. From the result of this study, there are 50.9% in 108 patients that have comorbid hepar infection. This study was designed by cross-sectional analytic metode by using medical records of patients hospitalized in RSCM in 2010. From the factors that studied, the results are respondents with hepar infection, most are male sex (51 people), in the range 25-49 years (52 people), and the risk factor in intravena drug using (22 people). With chi-square, sex is related with hepar infection in respondents (p<0,05). In Body Mass Index of the respondents, the mean of the value is 18,6 kg/m2, and the mean of CD4+ absolute value is 46 cells/dL, but only the value of CD4+ absolute has related with hepar infection in mann-whitney test (p<0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roslina Susilawati
"Angka HIV meningkat di Indonesia terutama di kalangan LSL, salah satu cara efektif menurunkan infeksi HIV adalah melalui perubahan perilaku dengan meningkatkan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Pada data tahun 2007 persentase LSL yang pernah melakukan tes HIV sebanyak 37 % di Jakarta, Medan, Batam, Bandung, Malang dan Surabaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya testing HIV pada LSL dan setelah dianalisis, variabel-variabel yang berhubungan dengan testing HIV pada LSL adalah umur, starus pernikahan, pendidikan, persepsi, pengetahuan, dukungan petugas, keterpaparan informasi. Hasil analisis 34,9% LSL yang melakukan praktik Testing HIV, faktor yang paling berhubungan dengan testing HIV adalah keterpaparan informasi dengan p value 0,000 dan OR= 13,8.

The HIV rates increasing in Indonesia, especially among MSM. One effective way of lowering HIV infection is through a change in behavior by increasing knowledge about HIV-AIDS. In the 2007, the percentage of MSM who had an HIV test as much as 37% in Jakarta, Medan, Batam, Bandung, Malang and Surabaya. The purpose of this study was to determine the factors associated with low HIV testing in MSM and after analysis, the variables associated with HIV testing in MSM were age, infection status of marriage, education, perception, knowledge, support personnel, exposure information. Results of analysis MSM who practice HIV Testing is 34.9% , the most associated factor with HIV testing is exposure information with p value of 0.000 and OR = 13.8."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsuridjal Djauzi
"HIV exposure among health workers is still quite rare, including in Indonesia. Nevertheless, with the increase in new HIV cases due to intravenous drug abuse, there should be more health workers caring for HIV cases. To avoid exposure, universal precaution has to be implemented. If exposure occurs, the HIV stale of the patient, as the source of body fluid should be determined, while the exposed health care worker needs to undergo counseling. Anti retroviral agents should be administered prior to 36 hours following exposure. Sero-conversion monitoring must be performed during exposure, also 3 months, 6 months, and 12 months following exposure- There have been 9 cases of HIV exposure due to accidents among health workers reported to the Working Group on AIDS (Kelompok Studi Khusus - Pokdiksus AIDS) Faculty of Medicine of the University of Indonesia - Cipto Mangunkusumo General Central National Hospital. Six of them received AZT prophylactic treatment, while the remaining 3 chose not to use any prophylactic treatment. After six months following exposure, all anti HIV test were negative
The number of HIV cases in the last two years has shown a tremendous increase. AT the end of February 2002, the Department of Health recorded 2/50 cases of HIV/AIDS in Indonesia.1 As new cases increase among intravenous drug abuse, the number of HIV cases is estimated to increase further in the future, bearing in mind that experts have estimated that number of drug abusers in Indonesia have reached 2 million people. Those infected with HIV, especially those already in the AIDS stage, often require hospitalization for treatment of opportunistic infections. Thus, health workers have to prepare themselves to face the increasing problem of HIV infection.
To avoid contagion of HIV, Hepatitis B, and Hepatitis C thai may reside in the patient's body fluids to another person, the Center for Disease Control (CDC> recommends universal precaution. This guideline from C DC should be continuously distributed to allow health workers to continue to work with a feeling of security.
Nevertheless, there is still the possbility of accidents among health workers at work in the form of needle prick or direct exposure to body fluids from an HIV-infected individual.
"
2002
AMIN-XXXIV-1-JanMar2002-33
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hadhimulya Asmara
"Jumlah pengidap virus HIV di Indonesia terus meningkat dari jenis penularannya, lebih banyak melalui cairan genital daripada plasma darah. Deteksi HIV diperlukan untuk pencegahan dan pengobatan. Teknik yang lazim digunakan adalah amplifikasi DNA dengan metode PCR. Penelitian ini bertujuan menerapkan teknik amplifikasi DNA metode LAMP yang baru-baru ini dikembangkan sebagai ganti PCR karena lebih spesifik, sensitif dan efisien. LAMP menggunakan pasangan primer yang unik, sepasang primer forward dan sepasang backward yang masing-maing terdiri dari primer panjang untuk polimerisasi DNA dem sepasang primer pendek untuk melepas rantai baru DNA sehingga reaksi bisa dilakukan pada suhu tetap. Reaksi LAMP menggunakan enzim Bst DNA polymerase pada suhu 65°C dilakukan
terhadap isolat genom RNA HW sudah dikonfirmasi keberadaannya dengan metode PCR."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Vitriawan
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T24844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
616.979 DAD g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Mutia A.
"Di Indonesia, jumlah kasus HIV-AIDS dari tahun ke tahun melaju cepat dan tidak pernah menunjukkan penurunan. Hingga Maret 2008 silam, jumlah kasus HIVAIDS di Indonesia mencapai 17.998 kasus (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2008). Sementara itu pada tahun 2007 sendiri terdapat 3874 kasus HIV-AIDS, dari jumlah tersebut 80% nya adalah pria dan 90% nya berada di usia produktif antara 20-49 tahun (Ditjen PPM & PL Depkes RI, 2007). Dapat diperkirakan sebagian besar penderita HIV-AIDS dari kelompok usia produktif ini merupakan para pekerja yang berada di tempat-tempat kerja seperti perusahaan, pabrik, pelabuhan, terminal, dsb. Para pekerja yang termasuk ke dalam kategori mobile migrant population merupakan salah satu kelompok pekerja yang berisiko terhadap penularan HIVAIDS.
Karena tuntutan pekerjaan, mereka biasanya sering berpindah-pindah, menetap di suatu tempat dalam waktu yang relatif singkat, serta jauh dari pasangan atau keluarga. Buruh bangunan merupakan salah satu sektor pekerjaan yang termasuk ke dalam kategori mobile migrant population ini, dimana biasanya buruh bangunan berasal dari luar daerah, jauh dari pasangan atau keluarga, serta pada umumnya kurang informasi mengenai HIV-AIDS.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual berisiko terkait HIV-AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada buruh bangunan di proyek P perusahaan konstruksi K, Jakarta tahun 2008. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan jenis penelitian kuantitatif, rancangan penelitian yang digunakan yaitu Cross Sectional.
Penelitian dilakukan terhadap buruh bangunan di proyek P perusahaan konstruksi K, Jakarta yang diambil secara acak dengan metode simple random sampling (SRS) pada Mei 2008. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer menggunakan alat bantu kuesioner. Data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program statistik komputer (EpiData dan SPSS) serta dianalisis secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapat bahwa 18% buruh bangunan yang menjadi responden melakukan perilaku seksual berisiko. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square belum menunjukkan hubungan yang signifikan antara informasi, motivasi, ketrampilan berperilaku, umur, pendidikan, status pernikahan, frekuensi pulang ke daerah asal, dan keterpaparan terhadap penyuluhan dengan perilaku seksual responden. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah sampel penelitian tidak terlalu besar, walaupun begitu sudah terlihat kecendrungan hubungan diantara beberapa variabel tersebut.
Perilaku seksual berisiko pada para pekerja, terutama buruh bangunan, ini perlu mendapat perhatian yang serius karena dapat menjadi jembatan penyebrangan HIV dari kelompok yang berisiko tinggi (PSK) ke kelompok yang berisiko rendah (ibu rumah tangga dan anak-anak). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penyebarluasan informasi yang benar dan jelas mengenai HIV-AIDS secara luas dan berkesinambungan dengan melibatkan semua pihak yang terkait. Selain itu penyuluhan akan pentingnya penggunaan kondom dan ketrampilan untuk menggunakannya juga dapat dilakukan untuk mengurangi perilaku seksual berisiko yang memungkinkan penyebaran HIV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S5300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Jayanti
"Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, sampai dengan September 2006 secara kumulatif jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus, tersebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota. Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk 6 propinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO telah memasuki tingkat terkonsentrasi. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial bagi klien yang memanfaatkannya. Walaupun begitu, masih rendah tingkat pemanfaatkannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV berdasarkan tempat layanan tes HIV dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007. Penelitian ini termasuk ke dalam disain penelitian deskriptif dan analitik. Deskripsi tentang pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dan menganalisis dengan jenis penelitian potong lintang, dalam hal ini mempelajari faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penasun akan berisiko untuk HIV positif sebesar 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan lainnya setelah dikontrol dengan factor kelompok umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan cara penularan, dengan 95% CI (2,9 ? 13,7), nilai p<0,001.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok berisiko dari kalangan penasun memiliki pengaruh yang paling besar terhadap status HIV seseorang dan memiliki risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berisiko lainnya.
Dari penelitian ini disarankan agar penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan memperkuat pendekatan kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promosi kesehatan, diagnosis dini, pengobatan segera, sampai rehabilitasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>