Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Tatang Barlian
Jakarta: Dapur Buku, 2016
297.24 TAT j
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jangouk Heo
"
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk melihat efek keneradaan penonton pada performa individu melalui perspektif hambatan sosial dan menggunakan teori distraksi. Penelitian sebelumnya telah menggunakan metode distraksi dari sumber nonsosial untuk melihat apakah konflik atensi yang muncul dapat mengarah pada dorongan untuk meningkatkan atau menurunkan performa seseorang. Penelitian ini menggunakan manusia hologram 3D untuk melihat apakah ada efek distraksi yang sama. Sampel acak yang diambil dari mahasiswa (N = 40) dikumpulkan untuk melalukan English Paragraph Typing Test, dan performa mereka diukur menggunakan Net Word Per Minute (WPM). Partisipan juga dibagi ke dalam dua kelompok: Kelompok dengan penonton & kelompok tanpa penonton. Pada kelompok dengan penonton, partisipan diminta untuk menyelesaikan tugas dalam ruangan dengan manusia hologram 3D, sedangkan pada kelompok tanpa penonton, partisipan diminta mengerjakan tugas sendirian tanpa hologram tersebut. Untutk melihat signifikansi dari kedua kelompok, data dianalisis menggunakan t-test. Hasil menunjukan hal yang berlawanan dengan penelitian sebelumnya, yaitu kelompok tanpa penonton berperforma lebih baik daripada kelompok dengan penonton serta tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam tingkat distraksi. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menambah jumlah sampel dan sesi dengan tingkat kesulitan yang berbeda, tapi untuk menghindari efek kelelahan, disarankan melakukan tiga sesi dengan jeda waktu tertentu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yusrandihardja
"An experiment demonstrating the principle of mode recognition has been performed. In the experiment, a He-Ne laser with phase synchronized TEMo1 mode is used. This laser has two stable (bistable) states corresponding to be emission of a right- and left- hand helical waves. Injection of light of one state can switch the laser emission to this state. A hologram is used to convert an image to the state of the laser and in turn irradiation of the image into the hologram produces radiation corresponding to the state. Injection of this radiation into a second laser causes the laser switch to the respective state and remain in that state. A second hologram convert the laser states into two images and using the second hologram, the two images can be recognized, distinguished and stored."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ranti Fitria Anugrah Yuliandi
"Pengalaman imersif merupakan sebuah pengalaman ruang yang dapat hadir dengan adanya integrasi teknologi di museum, salah satunya teknologi MR (Mixed Reality). Teknologi tersebut memanfaatkan cahaya hologram sebagai medianya yang ditembakan di lingkungan fisik. Hologram MR memiliki dua impresi untuk menciptakan immersiveness; realism (realisme) dan vividness (kejelasan) agar dapat dipersepsikan sebagai ilusi yang nyata. Maka dari itu, studi ini bertujuan untuk memahami strategi baik pencahayaan virtual maupun pencahayaan di ruang fisik museum agar persepsi tersebut dapat tercipta dalam membentuk pengalaman imersif di museum. Studi literatur menunjukkan teknik pencahayaan virtual yang mendukung realisme adalah teknik common illumination dengan tipe cahaya natural (directional light, point light), teknik relighting (fill light, key light, back light), serta iluminasi lain seperti penggunaan vignette yang dapat menciptakan persepsi hologram sebagai sesuatu yang realistis. Di sisi lain, pencahayaan pada ruang fisik, mencakup tidak adanya cahaya natural, tingkatan pencahayaan 200-500 lux, juga permukaan ruang yang cenderung gelap, dapat menghasilkan kualitas hologram yang memiliki resolusi lebih tinggi sehingga dapat dilihat secara jelas dan lebih realistis. Komparasi pada strategi pencahayaan di tiga museum menunjukkan pencahayaan untuk pengalaman imersif di Museum hanya ditemukan di Kennin-Ji Museum yang juga didukung faktor non-teknis pembentukan pengalaman imersif. Strategi pencahayaan pada museum tersebut mencakup penggunaan teknik common illumination dengan tipe cahaya yang natural, penggunaan seluruh sumber cahaya untuk teknik relighting, serta penggunaan vignette yang mendukung realisme. Selain itu, didukung permukaan ruang yang gelap juga pencahayaan pada ruang juga berada pada tingkatan yang direkomendasikan yaitu 300 lux, hologram dapat dilihat dan dipersepsikan secara jelas dan realistis.
Immersive experience is a spatial experience that presents as a result of integration of technology in a museum, among them is MR technology (Mixed Reality). The technology makes use of light as the media to project holographic light. Hologram and MR have two impressions to create immersiveness; realism and vividness, to be able to be perceived as real illusion. Therefore, this study is designed to understand strategy be it from virtual lighting or physical space of a museum for the perception to be manifested to create an immersive experience in the museum. Literature study and case study in three museums shows that virtual lighting technique that supports realism are; common illumination technique with natural lighting type (directional, point light), relighting technique (fill light, key light, back light), and other illumination technique such as vignette can help create perception of hologram as realistic. On the other hand, lighting in a physical space covers the absence of natural light, 200-500 lux lighting level, and also the room surfaces that are relatively dim, can create holographic images with higher quality that evokes realism. Comparison of the three museums shows that lighting for immersive experience in museums can only be found in Kennin-Ji Museum that is also supported by non-technical factors that shape immersive experience.The lighting strategy of that museum includes the use of common illumination technique with natural type of lighting, the use of all light sources for relighting, and the use of natural looking vignette. Moreover, supported by its physical surfaces of the space which are dark and also the level of physical lighting within the recommended range which is 300 lux, the hologram could be seen and perceived vividly and realistically."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library