Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Tri Juli Edi
Abstrak :
Saat ini penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) sudah mencapai 415 juta dari seluruh penduduk dunia. Pengobatan yang tersedia masih memiliki banyak kelemahan sehingga dibutuhkan pengembangan obat-obat baru. Salah satu strategi pengobatan adalah dengan memperbaiki efek inkretin. Banyak fitofarmaka yang diketahui memiliki efek hipoglikemik. Ekstrak sambiloto sudah lama diketahui memiliki khasiat dalam pengobatan DMT2 dan digunakan secara tradisional di masyarakat. Studi ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak sambiloto dalam kaitannya memperbaiki efek inkretin. Studi ini merupakan uji klinis tersamar ganda menggunakan desain cross over pada subjek normal dan prediabetes yang diberikan intervensi ekstrak sambiloto selama 14 hari dibandingkan dengan plasebo. Dilakukan pemeriksaan kadar GLP-1, insulin puasa, insulin 2 jam pascabeban, HOMA-IR, glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam pascabeban, enzim DPP-4, dan glycated albumin sebelum dan sesudah intervensi. Dilakukan analisis bivariat dan analisis lajur. Tujuh puluh tiga subjek (normal 38 dan prediabetes 35) dianalisis per protokol. Didapatkan perbaikan efek inkretin yang ditandai dengan peningkatan kadar GLP-1 yang bermakna setelah pemberian ekstrak sambiloto selama 2 minggu pada subjek prediabetes. Ekstrak sambiloto tidak menghambat enzim DPP-4 pada kelompok normal dan prediabetes. Berdasarkan analisis lajur didapatkan bahwa ekstrak sambiloto dapat berperan dalam metabolisme glukosa melalui jalur GLP-1 dan jalur resistensi insulin. Ekstrak sambiloto meningkatkan kadar GLP-1 tanpa menghambat enzim DPP-4 pada subjek prediabetes. Berdasarkan analisis lajur ekstrak sambiloto dapat memperbaiki resistensi insulin pada subjek prediabetes. ......There are 415 million type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients in the world. Currently available antidiabetic drugs still have their own weakness so there is a need to develop better drugs. One of the newer strategies of diabetes therapy is through restoring the effect of incretin. Many phytochemicals have been known to have hypoglycemic effect. Sambiloto extract is known to have effect for T2DM therapy and has been used traditionally in the community. This study aims to discover the mechanism of sambiloto extract in restoring incretin effect. This study was a double blinded clinical trial using cross over design in normal and prediabetes subjects treated with sambiloto extract for 14 days compared with placebo. GLP- 1, fasting insulin, 2 hour postload insulin, HOMA-IR, fasting blood glucose, 2 hour postload blood glucose, DPP-4, and glycated albumin were measured before and after intervention. Bivariate and path analysis were applied to see the relationship. Seventy-three subjects (38 normal and 35 prediabetes) were analyzed according to protocol. Restoration of incretin effect was marked by significant increase of GLP-1 concentration after administration of sambiloto extract for 2 weeks in prediabetes subjects. Sambiloto extract did not inhibit DPP-4 enzyme in normal and prediabetes subjects. Path analysis had shown that sambiloto extract can affect glucose metabolism through GLP-1 pathway and insulin resistance pathway. Sambiloto extract increased GLP-1 concentration without inhibiting DPP-4 enzyme in prediabetes subjects. From path analysis showed that sambiloto extract can also ameliorate insulin resistance in prediabetes subjects.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yassir
Abstrak :
LATAR BELAKANG. Progresifitas penurunan sekresi insulin sudah terjadi sebelum individu didiagnosis sebaai DM tipe-2 baru karena kelelahan sel beta pankreas untuk mengatasi resistensi insulin. Efek glukotoksisitas, Iipotoksisitas dan amiloidosis pada sel beta pankreas menyebabkan proses tersebut terus berlanjut walaupun pasien telah diterapi dengan baik. Berbagai penelitian memperlihatkan sebagian besar penyandang DM tipe-2 baru ditemukan dengan fungsi sel beta pankreas yang sudah rendah. Populasi tersebut lebih cepat mengalami kegagalan terapi dibandingkan populasi dengan fungsi sel beta pankreas yang masih baik akibat progresifitas penurunan sekresi insulin yang lebih cepat, sedangkan resistensi insulin dalam tingkatan yang sama. Akibatnya prevalensi kegagalan mencapai kontrol glukosa darah yang baik menjadi tinggi pada populasi tersebut, dan merupakan salah satu penyebab komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular yang semakin meningkat. Di poliklinik diabetes RSCM dan berbagai puskesrnas di Jakarta, sebagian besar penyandang DM tipe-2 sulit untuk mencapai kontrol glukosa darah yang baik dan tingginya prevalensi komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular. Apakah populasi tersebut sudah berada dalam fungsi sel beta pankreas yang rendah? Penelitian ¡ni bertujuan untuk mengetahui gambaran fungsi sel beta pankreas melalui perhitungan HOMA-B dan resistensi insulin melalui perhitungan HOMA-IR pada subyek penyandang DM tipe-2 baru yang berobat di poliklinik diabetes RSCM. METODOLOGI. Dirancang studi potong lintang dengan analisis deskriptif. Prosedur yang dilakukan adalah subyek dipuasakan selama 10 jam lalu diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa dan insulin puasa. Dari hasil tersebut dilakukan penghitungan HOMA-B dan HOMA-IR. HASIL. Telah dilakukan pengambilan data terhadap 100 subyek. Nilai median usia 52 tahun. 51% dan subyek mempunyai riwayat keluarga DM dan sebagian besar subyek adalah obes sebanyak 54%. Sebagian besar subyek dalam kelompok nilai HOMA-B yang sangat rendah yaitu kurang dari 25 pmol/mmol sebanyak 55% dengan nilai median 17,14 pmol/mmol, dan dalam kelompok nilai HOMA-IR yang rendah yaitu kurang dari 3 pmol-mmol/l2 scbanyak 61% dengan niai median 245 pmol-mmol/l2. SIMPULAN. Sebagian besar penyandang DM tipe-2 baru di poliklinik diabetes RSCM adalah obes dan manpunyai riwayat keluarga DM. Sebagian besar subyek berada dalam kelompok fungsi sel beta pankreas dan resistensi insulin yang rendah.
BACKGROUND. The declining of insulin secretion already happened before the patent diagnosed type 2 diabetic, caused by beta cell pancreas failure in order to compensate insulin resistance. The glucotoxicity and lipotoxicity effect combined with amyloidosis onì beta cell pancreas caused continuing declining process progessiveIy even though the patient has been treated. Most of the previous studies showed that many new type 2 diabetic patients have already had low beta cell finction. This population failed to achieve targeted therapy faster than population with good beta cell function, because faster the declining of insulin secretion. However, innsulin resistance was almost constant. Because of that, prevalence of failed to achieve good blood glucose control were high and one of the mechanisms cause micro and macro vascular complication will increase. Many type 2 diabetic who attended in endocrine metabolic clinic in Cipto Mangunkusumo hospital and Primary Health Care in Jakarta failed to achieve good blood glucose control and there were high incidence of macro and micro vascular complication We hypothesized that many new type 2 diabetIc patients in endocrine metabolic clinic in Cipto Mangunkusumo have already had low beta cells function. We investigated the profile of beta cells function by calculated IIOMA-13 and insulin resistance by calculated ROMA-IR in new type 2 diabetic patients who attenckxl in endocrine metabolic clinic ¡n Cipto Mangunkusumo hospital. METHOD. A descriptive-cross sectional study was conducted. After 10 hours fasting, new type 2 diabetic patients were checked for fasting blood glucose and fasting insulin concentration. Based on those numbei, The HOMA-B and HOMA-IR were calculated. RESULT. Based on the results of 100 patients. Median value of age was 52 years old. 51% of the subjects had family history of diabetic and most of them were obese in 54% subjects. Most of the subjects were in lower HOMA-B value less than 25 Pmol/mmol in 55% of the subiects with median NOMA-B vahe was 17,14 pmol/mmol and wese in lower HOMA-IR less than 3 pmol-mmol,I2 in 61% of the subjects with median HOMA-ER value was 2,45 pmol-mmol/12 groups. CONCLUSION. Many new type 2 diabetic patients, who attended in endocrine metabolic Clinic in Cipto Mangunkusumo hospital, were obese and have already had family history of diabetic. Most of the subjects were in low pancreas beta cell function and insulin resistance groups.
2007
T23366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gery Dala Prima Baso
Abstrak :
Latar Belakang: Keadaan resistensi insulin dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah inflamasi kronik yakni periodontitis. Hubungan antara periodontitis dengan resistensi insulin yang dinilai dengan HOMA-IR telah dilaporkan sebelumnya, namun belum ada data hubungan antara derajat periodontitis dengan resistensi insulin pada populasi umum, khususnya di Indonesia.Tujuan: Mendapatkan perbandingan nilai HOMA-IR pada berbagai derajat periodontitis pada populasi umumMetode: Studi potong-lintang dilakukan pada 68 pasien Periodontitis di Poliklinik Periodontologi RSUPN CiptoMangunkusumo dan RSGM FKG-Universitas Indonesia, pada bulan April-Desember 2017. Anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan gigi dilakukan berdasarkan kriteria dan standar pelayanan medik. Pemeriksaan resistensi insulin dilakukan dengan metode pemeriksaan HOMA-IR. Analisis komparatif tidak berpasangan dilakukan untuk menemukan beda rerata pada berbagai derajat periodontitis..Hasil: Didapatkan bahwa nilai median HOMA-IR pada kelompok yang mengalami periodontitis berat lebih tinggi secara bermakna dibanding periodontitis tidak berat [2,85 1,1 ndash; 9 vs. 1,94 0,4-8 , p=0,038 ]. Nilai median HOMA-IR pada kelompok yang mengalami periodontitis menyeluruh juga lebih tinggi secara klinis dibanding kelompok yang mengalami periodontitis lokal [2,9 0,4 ndash; 9 vs. 2,15 0,4-7,6 , p=0,51] meskipun secara statistik tidak bermakna.Kesimpulan: Nilai HOMA-IR lebih tinggi secara bermakna pada periodontitis berat dibandingkan dengan periodontitis tidak berat. Nilai HOMA-IR tidak memberikan perbedaan nilai secara bermakna pada periodontitis lokal dibandingkan dengan periodontitis menyeluruh.
Background Insulin resistance induced by various factors, including chronic inflammation such as periodontitis. The correlation between periodontitis and insulin resistance assessed with HOMA IR has been reported before, but data about the correlation between degree of periodontitis with insulin resistance in general population, especially in Indonesia.Objective To compare HOMA IR score in various degree of periodontitis in general populationMethod A cross sectional study was performed on 68 periodontitis patients at Periodontology Clinic of Cipto Mangunkusumo National General Hospital and Dental Hospital of Faculty of Dentistry University of Indonesia during April December 2017. Anamnesis, physical examination, and dental examination were done according to medical service criteria and standards. Insulin resistance examination was done using HOMA IR method. Unpaired comparative analysis was done to find the mean difference among various degree of periodontitis.Result It was found that the median HOMA IR score of severe periodontitis group is significantly higher that non severe periodontitis group 2.85 1.1 ndash 9 vs. 1.94 0.4 8 , p 0.038 . Median HOMA IR score in general periodontitis group is also clinically higher compared to local periodontitis group 2.9 0.4 ndash 9 vs. 2.15 0.4 7.6 , p 0.51 although not statistically significant.Conclusion HOMA IR score is significantly higher in severe periodontitis compared to severe periodontitis. HOMA IR score is not significantly different between general and local periodontitis.
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek suplementasi probiotik pada masa kanak-kanak terhadap indeks resistensi insulin pada masa remaja. Studi ini merupakan studi tindak lanjut tahun ke-10 dari uji klinis pemberian probiotik dan kalsium pada anak-anak yang tinggal di daerah sosioekonomi rendah di Jakarta Timur, yang diadakan pada bulan Januari hingga Maret 2019. Studi ini melibatkan 154 remaja berusia 11-17 tahun, yang terbagi menjadi 3 kelompok berdasarkan intervensi terdahulu (kalsium regular (KR) sebagai kelompok kontrol, kelompok reuteri, dan kelompok casei). Luaran utama berupa perbedaan resistensi insulin yang dinilai dengan homeostatic model assessment for insulin resistance (indeks HOMA-IR) diantara ketiga kelompok sesudah dilakukan penyesuaian terhadap faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, status pubertas, status nutrisi, aktivtas fisik, dan pola asupan makanan. Studi ini memperoleh karakteristik subjek tidak berbeda bermakna diantara kelompok KR, casei, dan reuteri. Pola asupan makanan subjek juga tidak berbeda bermakna diantara kelompok RC, casei, dan reuteri. Rerata indeks HOMA-IR pada kelompok casei, reuteri, dan KR berturut-turut adalah 3,5 ± 1,9; 3,2 ± 1,7; 3,2 ± 1,6. Rerata indeks HOMA-IR tidak berbeda bermakna diantara kelompok casei dan RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), diantara kelompok reuteri dan RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) sesudah penyesuaian terhadap usia, jenis kelamin, status gizi, asupan serat, dana asupan lemak. Suplementasi probiotik selama 6 bulan pada masa kanak-kanak diduga tidak memengaruhi indeks resistensi insulin pada masa remaja. ......Objective: To investigate the effect of probiotic supplementation in the childhood toward insulin resistance index in adolescence. Methods: This study was a 10-year follow-up study on probiotic and calcium trial in children living in low-socioeconomic urban area of East Jakarta between January and March 2019. This study involved 154 adolescents aged 11-17 years, divided into 3 groups based on previous intervention (regular calcium as a control group, reuteri group, and casei group). Primary outcome was differences in insulin resistance that measured by homeostatic model assessment for insulin resistance (HOMA-IR index) between the three groups after adjustment of the confounding factor, such as age, gender, pubertal status, nutritional status, physical activity, and dietary intake patterns. Results: Subjects' characteristics were not significantly different among casei, reuteri, and RC. Subjects' dietary intake patterns also were not significantly different among casei, reuteri, and RC. The mean HOMA-IR in casei, reuteri, and RC were 3.5 ± 1.9, 3.2 ± 1.7, 3.2 ± 1.6, irrespectively. The mean HOMA-IR index were no significantly different between casei and RC (mean differences (MD): 1,10 [95% CI: 0.9-1.33]), between reuteri and RC (MD:0.99 [95% CI: 0.82-1.22]) after adjusted with age, gender, nutritional status, fiber intake, and fat intake. Conclusion: Probiotic supplementation for 6 months in childhood may not affect insulin resistance index in adolescence.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Rachmat Kurniawan
Abstrak :
Kekuatan otot adalah salah satu tanda vital yang dapat menentukan risiko fungsi fisik serta risiko mortalitas. Laju penurunan kekuatan otot terjadi lebih cepat dibandingkan dengan laju penurunan massa otot. Kami menghubungkan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penurunan kekuatan otot dengan fase awal diabetes, yang juga terkait dengan resistensi insulin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan nilai HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan pada wanita dewasa di Jakarta. Kami menggunakan metode cross sectional dan diperoleh 68 subjek. Data diperoleh melalui handgrip dynamometry, sampel darah, food recall 3 x 24 jam, pengukuran antropometri, dan kuesioner aktivitas fisik. Median nilai HOMA-IR 2,765 (0,62 – 6,12). Rerata kekuatan absolut genggaman tangan 25,32 ± 2,27 kg. Hasil kekuatan relatif genggaman tangan melalui perhitungan kekuatan absolut genggaman tangan dibagi berat badan diperoleh median 0,39 (0,22 – 0,61). Hasil uji statistik regresi linier dengan metode Enter menunjukkan tidak ada asosiasi yang signifikan antara HOMA-IR dengan kekuatan relatif genggaman tangan setelah dikontrol dengan IMT sebagai faktor perancu. ......Muscle strength is one of the vital signs that can determine the risk of physical function and overall mortality. The rate of decline in muscle strength occurs faster than the rate of decline in muscle mass. We relate one of the factors that can influence the decrease in muscle strength to the early phase of diabetes, which is also associated with insulin resistance. We aim to determine the association between HOMA-IR value and relative hand grip strength in adult women in Jakarta. We used a cross-sectional method and obtained 68 subjects. Data were obtained through handgrip dynamometry, blood samples, 3 x 24 hours food recall, anthropometric measurements, and IPAQ-SF questionnaires. The HOMA-IR value was obtained with a median of 2.765 (0.62 - 6.12). An average of 25.32 ± 2.27 kg resulted from absolute hand grip strength. While the results of the relative handgrip strength are dividing the absolute handgrip strength by body weight, a median of 0.39 (0.22 - 0.61) was obtained. The linear regression statistical test using the Enter method showed no significant relationship between HOMA-IR and relative hand grip strength after controlling for BMI as a confounding factor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gery Dala Prima Baso
Abstrak :
Latar Belakang: Keadaan resistensi insulin dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah inflamasi kronik yakni periodontitis. Hubungan antara periodontitis dengan resistensi insulin yang dinilai dengan HOMA-IR telah dilaporkan sebelumnya, namun belum ada data hubungan antara derajat periodontitis dengan resistensi insulin pada populasi umum, khususnya di Indonesia. Tujuan: Mendapatkan perbandingan nilai HOMA-IR pada berbagai derajat periodontitis pada populasi umum Metode: Studi potong-lintang dilakukan pada 68 pasien Periodontitis di Poliklinik Periodontologi RSUPN CiptoMangunkusumo dan RSGM FKG-Universitas Indonesia, pada bulan April-Desember 2017. Anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan gigi dilakukan berdasarkan kriteria dan standar pelayanan medik. Pemeriksaan resistensi insulin dilakukan dengan metode pemeriksaan HOMA-IR. Analisis komparatif tidak berpasangan dilakukan untuk menemukan beda rerata pada berbagai derajat periodontitis. Hasil: Didapatkan juga bahwa nilai median HOMA-IR pada kelompok yang mengalami periodontitis berat lebih tinggi secara bermakna dibanding periodontitis tidak berat [2,85 (1,1-9) vs. 1,94 (0,4-8), p=0,038). Nilai median HOMA-IR pada kelompok yang mengalami periodontitis menyeluruh juga lebih tinggi secara klinis dibanding kelompok yang mengalami periodontitis lokal [2,9 (0,4-9) vs. 2,15 (0,4-7,6), p=0,51) meskipun secara statistik tidak bermakna. Kesimpulan: Nilai HOMA-IR lebih tinggi secara bermakna pada periodontitis berat dibandingkan dengan periodontitis tidak berat. Nilai HOMA-IR tidak memberikan perbedaan nilai secara bermakna pada periodontitis lokal dibandingkan dengan periodontitis menyeluruh.
Background: Insulin resistance induced by various factors, including chronic inflammation such as periodontitis. The correlation between periodontitis and insulin resistance assessed with HOMA-IR has been reported before, but data about the correlation between degree of periodontitis with insulin resistance in general population, especially in Indonesia. Objective: To compare HOMA-IR score in various degree of periodontitis in general population. Method: A cross-sectional study was performed on 68 periodontitis patients at Periodontology Clinic of Cipto Mangunkusumo National General Hospital and Dental Hospital of Faculty of Dentistry University of Indonesia during April-December 2017. Anamnesis, physical examination, and dental examination were done according to medical service criteria and standards. Insulin resistance examination was done using HOMA-IR method. Unpaired comparative analysis was done to find the mean difference among various degree of periodontitis. Result: It was also found that the median HOMA-IR score of severe periodontitis group is significantly higher that non-severe periodontitis group [2.85 (1.1-9) vs. 1.94 (0.4-8), p=0.038). Median HOMA-IR score in general periodontitis group is also clinically higher compared to local periodontitis group [2.9 (0.4-9) vs. 2.15 (0.4-7.6), p=0.51) although not statistically significant. Conclusion: HOMA-IR score is significantly higher in severe periodontitis compared to-severe periodontitis. HOMA-IR score is not significantly different between general and local periodontitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Febriyanti
Abstrak :
Obesitas menjadi masalah besar dewasa ini terkait dengan lebih dari 3 juta kematian terjadi akibat komplikasinya. Diet seimbang dengan restriksi kalori, sebagai manajemen obesitas, perlu mempertimbangkan produksi makanan sustainable terkait isu perubahan lingkungan, ketahanan pangan, dan keanekaragaman hayati. Aplikasi seluler berpeluang menjadi strategi baru untuk meningkatkan efektivitas dan keberhasilan manajemen obesitas. Penelitian ini bertujuan menilai efek dari diet seimbang dan sustainable berbasis aplikasi dibandingkan dengan diet seimbang berbasis aplikasi terhadap resistensi insulin. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan terhadap 56 wanita obesitas usia 19 ndash;59 tahun dengan indeks massa tubuh ge;25 kg/m2 yang bekerja atau belajar atau tinggal di Jakarta Pusat dan/atau Kota Depok. Subjek dibagi secara randomisasi berstrata berdasarkan kelompok usia 0.05] dan perubahan asupan lemak [ -5.8 23.9 vs -6.4 22 , p >0.05] antar kelompok. Meskipun ada pengurangan nilai HOMA-IR pada kelompok intervensi, perbedaan rerata perubahan HOMA-IR antar kelompok tidak berbeda bermakna setelah dilakukan penyesuaian dengan Indeks Massa Tubuh [ -0.87 1.27 vs -0.29 1.21 , p >0.05]. Kesimpulan : Intervensi diet seimbang dan sustainable berbasis aplikasi selama 8 minggu tidak mengurangi nilai HOMA-IR dibandingkan dengan diet seimbang berbasis aplikasi. Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat dilakukan dengan periode yang lebih lama atau lebih banyak subjek dalam menerapkan diet yang seimbang dan sustainable. ...... Obesity is a major problem today related to more than 3 million deaths because of its complications. A balanced diet with caloric restriction, is known as obesity management, requires a novel ways of producing nutritious foods in a sustainable manner because of the issues of environment changes, food security, and biodiversity. Mobile application is a new strategy to improve the effectiveness and success of obesity management. We examine the effect of a balanced and sustainable dietary mobile application compared to a balance diet application on the change of insulin resistance as a common attribute for obesity and type 2 diabetes. A double blind randomized clinical trial was conducted involving 56 obese women aged 19 59 years with body mass index ge 25 kg m2 working or studying or residing in Central Jakarta and or Depok City. Subjects were selected randomly and stratified based on age group 0,05 and fat intake changes 5.8 23.9 vs 6.4 22 , p 0,05 were observed between groups. Although there was a significant reduction of HOMA IR within intervention group, the difference in the mean reduction of HOMA IR after intervention 0.87 1.27 vs 0.29 1.21 , p 0.05 between group was not significantly different after adjusted by Body Mass Index.Conclusion An 8 week of balanced and sustainable dietary application intervention did not reduce elevated HOMA IR level compared with a balanced diet application. Further research is expected to be performed with longer periode or more subject in applying a balanced and sustainable diet.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Araminta Ramadhania
Abstrak :
ABSTRAK
Resistensi insulin adalah kondisi yang mendasari terjadinya diabetes melitus. Prevalensi diabetes melitus kian meningkat dari tahun ke tahun, termasuk di Indonesia. Proporsi penderita diabetes melitus ditemukan lebih tinggi pada perempuan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi insulin dan resistensi insulin ini dapat bertahan hingga masa postpartum. Laktasi serta nutrien salah satunya seng, dapat memengaruhi resistensi insulin. Penelitian dengan desain potong lintang ini bertujuan menilai kadar seng serum dan korelasinya dengan resistensi insulin pada ibu laktasi di Jakarta. Pengambilan subjek dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara dan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan Februari-April 2019. Sebanyak 75 orang ibu laktasi pada 3-6 bulan postpartum yang berusia 20-40 tahun direkrut menjadi subjek penelitian ini. Sekitar 76% (n=57) subjek memiliki kadar seng rendah dengan rerata sebesar 62,33±11,89 µg/dL. Resistensi insulin dinilai dengan menggunakan HOMA-IR (homeostasis model assessment-insulin resistance). Median HOMA-IR adalah 0,54 (0,22-2,21). Sebanyak 13,3% (n=10) subjek diprediksi mengalami resistensi insulin. Dilakukan uji korelasi antara kadar seng serum dengan HOMA-IR. Tidak ditemukan adanya korelasi bermakna antara kadar seng serum dengan HOMA-IR (r=0,003, p=0,977).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livy Bonita Pratisthita
Abstrak :
Latar Belakang. Prevalensi sindrom metabolik (SM) semakin meningkat di daerah rural Indonesia. Kunci patogenesis SM adalah resistensi insulin yang dapat didiagnosis dengan Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR) dan Indeks Triglyceride/Glucose (TyG). Hingga saat ini, belum ada nilai titik potong optimal untuk indeks tersebut di Indonesia. Metode. Sebanyak 1300 subjek orang dewasa berusia 18-60 tahun dari studi Sugarspin di Nangapanda, Flores, Indonesia dibagi menjadi dua grup berdasarkan jenis kelamin. Penentuan nilai titik potong HOMA-IR dan Indeks TyG pada setiap grup dilakukan dengan kalkulasi persentil 75 (p75) dan 90 (p90) pada populasi sehat dan dengan metode receiver operating characteristics (ROC) pada populasi SM dan non-SM. Korelasi antara HOMAIR dan Indeks TyG dinilai dengan korelasi Spearman pada subjek laki-laki dan perempuan. Hasil. Berdasarkan kedua metode, titik potong HOMA-IR dan Indeks TyG berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan. Nilai titik potong HOMA-IR berdasarkan persentil pada laki-laki sehat adalah 0,9 (p75) dan 1,242 (p90); sedangkan pada perempuan adalah 1,208 (p75) dan 1,656 (p90). Berdasarkan ROC, titik potong HOMA-IR antara populasi SM dan non-SM pada laki-laki adalah 1,185 dan pada perempuan adalah 1,505. Nilai titik potong Indeks TyG pada laki-laki sehat adalah 8,590 (p75) dan 8,702 (p90); sedangkan pada perempuan adalah 8,448 (p75) dan 8,617 (p90). Berdasarkan ROC, titik potong Indeks TyG adalah 8,905 untuk laki-laki dan 8,695 untuk perempuan. Koefisien korelasi HOMA-IR dan Indeks TyG ialah 0,39 pada laki-laki dan 0,36 pada perempuan. Kesimpulan. Nilai titik potong HOMA-IR untuk resistensi insulin pada laki-laki adalah 0,9 (p75), 1,242 (p90), dan 1,185 (ROC); pada perempuan adalah 1,208 (p75), 1,656 (p90), dan 1,505 (ROC). Nilai titik potong Indeks TyG pada laki-laki adalah 8,59 (p75), 8,702 (p90), dan 8,905 (ROC); pada perempuan adalah 8,448 (p75), 8,617 (p90), dan 8,695 (ROC). Didapatkan hasil korelasi yang lemah antara HOMA-IR dan Indeks TyG. ......Background. Metabolic Syndrome (MS) prevalence is increasing in Indonesia's rural area. The key pathogenetic mechanism of MS is insulin resistance which can be diagnosed by Homeostasis Model Assessment of Insulin Resistance (HOMA-IR) and Triglyceride/Glucose (TyG) Index. There are no predefined cut-offs for these indexes in Indonesia. Methods. As many as 1300 adults aged 18-60 years from Sugarspin study in Nangapanda, Flores, Indonesia were divided into different groups based on sex. We determined the cutoff points of HOMA-IR and TyG Index in each group by calculation of the 75th (p75) and 90th percentiles (p90) in healthy subjects and by receiver operating characteristics (ROC) analysis of MS and non-MS subjects. Correlation between HOMA-IR and TyG Index was performed in both sexes by Spearman's correlation. Results. Using both methods, HOMA-IR and TyG Index cut-offs were different between males and females. The HOMA-IR cut-offs for healthy males were 0.9 (p75) and 1.242 (p90); for healthy females were 1.208 (p75) and 1.656 (p90). By ROC, the HOMA-IR cutoff for males was 1.185 and for females was 1.505. The TyG Index cut-offs for healthy males were 8.590 (p75) and 8.702 (p90); for healthy females were 8.448 (p75) and 8.617 (p90). The TyG Index ROC cut-offs were 8.905 for males and 8.695 for females. The correlation coefficients between HOMA-IR and TyG Index were 0.39 for males and 0.36 for females. Conclusion. The HOMA-IR cut-offs for males were 0.9 (p75), 1.242 (p90), and 1.185 (ROC); for females were 1.208 (p75), 1.656 (p90), and 1.505 (ROC). The TyG Index cutoffs for males were 8.590 (p75), 8.702 (p90), and 8.905 (ROC); for females were 8.448 (p75), 8.617 (p90), and 8.695 (ROC). The correlation between HOMA-IR and TyG Index was weak.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina
Abstrak :
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang disebabkan berkurangnya sekresi hormon insulin, menurunnya sensitivitas insulin atau kombinasi keduanya. DM tipe 2 merupakan salah satu jenis diabetes melitus yang paling banyak penyandangnya. Defisiensi vitamin D sering dikaitkan dengan kejadian DM tipe 2. Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang berpotensi untuk memperbaiki sintesis dan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh suplementasi vitamin D 5.000 IU/hari selama 3 dan 6 bulan terhadap fungsi sel beta pankreas yang dilihat dari penanda antioksidan (SOD), inflamasi (IL-6), PDX-1, HbA1c dan resistensi insulin (HOMA-IR) serta keamanan pemberian vitamin D yang dilihat dari peningkatan kadar 25-(OH)D dan ekspresi VDR. Penelitian ini menggunakan desain double blind randomized controlled trial mengikutsertakan 94 penyandang DM tipe 2 dengan usia 35‒80 tahun di Puskesmas Kecamatan Mampang Jakarta Selatan. Hasil randomisasi terdapat 47 subjek kelompok kontrol dan 47 subjek kelompok vitamin D. Kelompok kontrol mendapatkan plasebo sedangkan kelompok vitamin D mendapatkan plasebo dan vitamin D 5.000 IU selama 6 bulan. Studi dilakukan mulai bulan Januari─Desember 2022. SOD, IL-6, PDX-1, VDR, HbA1c, glukosa darah, insulin puasa, 25-(OH)D, HOMA-IR diperiksa pada awal penelitian, pascasuplementasi 3 dan 6 bulan. Analisis statistik dengan SPSS 20 menggunakan uji ANOVA general linear repeated measurement dan Mann Whitney. Karakteristik subjek penelitian pada kelompok vitamin D dan kelompok kontrol pada awal penelitian menunjukkan kedua kelompok setara baik pada karaktersitik demografis, laboratorium, dan asupan nutrien. Pascasuplementasi vitamin D selama 3 dan 6 bulan terdapat perbedaan bermakna kadar 25-(OH)D (p = 0,000), tidak terdapat perbedaan bermakna HbA1c dan glukosa darah (p = 0,360 dan p = 0,296) antara kelompok kontrol dan kelompok vitamin D. Terdapat perbedaan bermakna kadar insulin pasca suplementasi 3 dan 6 bulan (p = 0,034 dan p = 0,013) serta perbedaan bermakna HOMA-IR pasca suplementasi 3 dan 6 bulan (p = 0,033 dan p = 0,031) antara kelompok kontrol dan kelompok vitamin D. Kadar insulin pada kedua kelompok mengalami peningkatan tetapi peningkatan kadar insulin pada kelompok kontrol lebih tinggi. HOMA-IR pada kedua kelompok mengalami peningkatan tetapi peningkatan HOMA-IR pada kelompok kontrol lebih tinggi. Terdapatnya kadar insulin dan HOMA-IR yang lebih rendah pada kelompok vitamin D menunjukkan adanya perbaikan resistensi insulin.Untuk PDX-1 tidak terdapat perbedaan bermakna pasca suplementasi 3 dan 6 bulan (p = 0,464 dan p = 0,499) antara kelompok kontrol dan kelompok vitamin D. Vitamin D tidak terbukti meningkatkan SOD dan VDR serta tidak terbukti menurunkan IL-6. Simpulan: Suplementasi vitamin D 5.000 IU/hari selama 6 bulan dapat meningkatkan kadar 25-(OH)D dalam batas normal, serta dapat memperbaiki resistensi insulin melalui penurunan HOMA-IR dan penurunan sekresi insulin. Efek terhadap HbA1c, SOD, IL-6, PDX-1, dan VDR tidak terbukti. ......Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease that is caused by reduced insulin secretion, reduced insulin sensitivity, or a combination of the two. Type 2 DM is one of the types of diabetes mellitus with the greatest number of cases. Vitamin D deficiency is frequently associated with the incidence of type 2 DM. Vitamin D is one of the vitamins with the potential to improve insulin synthesis and secretion. This study aimed to evaluate the effect of supplementation of vitamin D at 5.000 IU/day for 3 and 6 months on pancreatic beta cell function from the perspective of antioxidant (SOD) and inflammatory (IL-6) markers, PDX-1 expression, HbA1c concentration, and insulin resistance (HOMA-IR), and the safety of vitamin D administration as shown by 25-(OH)D concentration and vitamin D receptor (VDR) expression. This study was a double blind randomized controlled trial involving 94 patients with type 2 DM aged 35‒80 years at Mampang District Public Health Center, South Jakarta. Randomization resulted in 47 subjects in the control group and 47 subjects in the vitamin D group. The control group received placebo whereas the vitamin D group received placebo and vitamin D at 5.000 IU for 6 months. The study was conducted from January‒December 2022. SOD, IL-6, PDX-1, VDR, HbA1c, blood glucose, fasting insulin, 25-(OH)D, and HOMA-IR were determined at baseline and after supplementation for 3 and 6 months. Statistical analysis by SPSS 20 used ANOVA general linear repeated measurement and Mann-Whitney tests. Characteristics of study subjects in the vitamin D and control groups at baseline showed that both groups were similar in demographic characteristics, laboratory measures, and nutrient intake. After supplementation of vitamin D for 3 and 6 months there were significant differences in 25-(OH)D concentration (p = 0.000), but no significant differences in HbA1c and blood glucose (p = 0.360 and p = 0.296) between control and vitamin D groups. There were significant differences in insulin concentration after supplementation for 3 and 6 months (p = 0.034 and p = 0.013) and significant differences in HOMA-IR after supplementation for 3 and 6 months (p = 0.033 and p = 0.031) between control and vitamin D groups. Insulin concentrations increased in both groups but the increase insulin concentrations was higher in the control group. HOMA-IR increased in both groups but the increase in HOMA-IR was higher in the control group. The lower insulin concentrations and decreased HOMA-IR in the vitamin D group indicated improve insulin resistance. With regard to PDX-1 there were no significant differences after supplementation for 3 and 6 months (p = 0.464 and p = 0.499) between control and vitamin D groups. Vitamin D was not proven to increase SOD and VDR, and was not proven to reduce IL-6. Conclusion: Supplementation of vitamin D at 5.000 IU/day for 6 months was able to increase 25-(OH)D concentration within normal limits and was able to improve insulin resistance through reduction in HOMA-IR and decreased insulin secretion . Effects on HbA1c, SOD, IL-6, PDX-1, and VDR were not proven.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>