Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhelia Niantiara Putri
Abstrak :
Latar Belakang: Kekurangan zat besi adalah kekurangan zat gizi mikro yang paling sering terjadi pada anak di bawah usia lima tahun. Anemia pada balita di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan IDA. Lingkungan rumah merupakan faktor penting dalam menentukan asupan gizi anak, karena 65 hingga 72% kalori harian dikonsumsi di rumah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan aspek fisik dan sosial lingkungan makanan rumah dengan asupan zat besi dan vitamin C pada anak usia 2-6 tahun di Pejagalan. Metode: Penelitian observasional ini menggunakan pendekatan cross-sectional untuk mengumpulkan data sekunder dari 191 ibu dan anak di Pejagalan, Jakarta Utara. Wawancara dengan kuesioner standar digunakan untuk menentukan asupan zat besi dan vitamin C anak-anak. Kuesioner Perilaku Konsumen mengevaluasi lingkungan makanan rumah (CBQ). SPSS Versi 20 digunakan untuk korelasi Spearman dan regresi linier berganda.. Hasil: Konsumsi zat besi dan vitamin pada anak-anak lebih rendah dari asupan harian yang direkomendasikan (RDI) untuk Indonesia. Ditemukan bahwa mereka yang memiliki akses ke lebih banyak buah dan sayuran juga mengonsumsi lebih banyak zat besi dan vitamin C. Hubungan antara memantau praktik pemberian makan (p=0.024, p=0.035) dan peningkatan konsumsi zat besi dan vitamin C ditemukan. Buah, sayur, manisan, dan SSB meningkatkan asupan zat besi. Ketersediaan buah dan aksesibilitas buah (p<0.05) berhubungan dengan asupan vitamin C. Memantau perilaku makan (p=0.017) merupakan satu-satunya faktor sosial yang berhubungan dengan konsumsi zat besi dan vitamin C. Kami tidak menemukan korelasi antara konsumsi zat besi dan faktor fisik dan sosial, perilaku makan anak, atau sosiodemografi. Kesimpulan: Hanya Memantau kebiasaan makan responden mempengaruhi asupan vitamin C mereka. Peran orang tua dalam pemberian makan sangat penting dalam memastikan bahwa anak-anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup. Ini melibatkan pemantauan praktik makan untuk meningkatkan asupan mikronutrien anak-anak ......Background: Iron deficiency (ID) is the most frequent micronutrient deficiency in children under the age of five. Anemia among children under five years old is increasing year on year in Indonesia. Vitamin C insufficiency can induce IDA. The home environment is a critical factor in determining a child's nutritional intake, as 65 to 72% of daily calories are consumed at home. Therefore, this study aimed to assess correlation between physical and social aspects of home food environment with iron and vitamin C intake in children aged 2-6 years in Pejagalan. Methods: This observational study used a cross-sectional approach to collect secondary data from 191 mothers and children in a North Jakarta slum. Interviews with standardized questionnaires were used to determine children's iron and vitamin C intake. Consumer Behavior Questionnaire evaluated home food environment (CBQ). SPSS Version 20 was used for Spearman correlation and multiple linear regression. Result: Iron and vitamin consumption in children was lower than the recommended daily intake (RDI) for Indonesia. It was shown that those who had access to more fruits and vegetables also consumed more iron and vitamin C. A correlation between monitoring feeding practices (p=0.024, p=0.035) and increased consumption of iron and vitamin C was discovered. Fruits, vegetables, sweets, and SSB availability increased iron intake. Fruit availability (p<0.05) and fruit accessibility (p<0.05) were connected with vitamin C intake. Monitoring eating behaviors (p=0.017) was the only social factor connected with iron and vitamin C consumption. We found no correlation between iron consumption and physical and social factors, child eating behavior, or sociodemography. Conclusion: Only monitoring respondents' food habits affected their vitamin C intake. The role of parents in feeding is critical in ensuring that children consume an adequate amount of food. This involves monitoring eating practices to enhance children's micronutrient intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitya Safira Birahmatika
Abstrak :
Kualitas diet pada wanita dewasa masih menjadi masalah. Memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan (health concern) dapat berkaitan dengan pola makan. Wanita, khususnya ibu yang memiliki anak usia balita dan pra-sekolah umumnya makan di rumah. Sehingga lingkungan pangan rumah juga berkontribusi terhadap perilaku makan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health concern dan kualitas diet, serta mengetahui apakah lingkungan pangan rumah memediasi untuk hubungan ini. Studi potong lintang ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan sampel sebanyak 229 subjek dengan metode penarikan sampel consecutive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Health concern diukur dengan General Health Interest Scale (GHIS). Lingkungan pangan rumah diukur dengan Consumer Behavior Questionnaire (CBQ). Data kualitas diet dinilai dari 2x24-hour dietary recall dan skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Sebagian besar subjek memiliki kualitas diet yang rendah (nilai mean skor DQI-I: 41.44). Tidak terdapat korelasi bermakna antara health concern dan kualitas diet (r=0.092, P-value=0.166). Setelah di-adjust dengan usia, lingkungan pangan rumah khususnya ketersediaan sayur tidak memediasi hubungan antara health concern dan kualitas diet (IE=0.012, P-value=0.096). Hasil regresi linier berganda juga menunjukkan usia sebagai prediktor kualitas diet (β=0.196, P-value=0.024). Diperlukan upaya kolaboratif untuk memperbaiki kualitas diet pada ibu, dengan meningkatkan health concern serta pemahaman tentang pemilihan jenis makanan berdasarkan kualitas gizi saat membeli makanan. Rekomendasi untuk studi lanjutan dapat meneliti perbedaan health concern menurut usia, serta kaitannya dengan perilaku makan dan kualitas diet. ......Diet quality among women remains a major issue. Having health concern may be related to diet. Mothers with young children usually had their meals at home, thus home food environment could play a role in shaping dietary behavior. This study aims to examine the association between health concern and diet quality, and whether home food environment mediates this relationship. This cross-sectional study was conducted in urban slum area in North Jakarta, involving 229 mothers of young children through consecutive sampling. Data was collected using structured questionnaire, including General Health Interest Scale (GHIS) for health concern, Consumer Behavior Questionnaire (CBQ) for home food environment, and 2x24-hour dietary recall to determine the score of Diet Quality Index-International (DQI-I). Statistical analysis included correlation, multiple linear regression, and path analysis. Majority of the mothers had poor diet quality, with mean DQI-I total score of 41.44 out of 100. There was no significant correlation between health concern and diet quality (r=0.092, P-value=0.166). After adjusted with age, home food environment did not mediate the relationship between health concern and diet quality. Multiple linear regression also showed age as a significant predictor of diet quality (β=0.196, P-value=0.024). Promoting health concern and healthier food choice when eating out or purchasing take-out food would be beneficial to improve diet quality among mothers of young children. Future study is also recommended to explore how age group differs in viewing health as importance, which could lead to dietary practices.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library