Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Oceana Publications, 1987
363.49 HOM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Asyifa Haryanti Putri
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana media dapat mempengaruhi atau mengubah pandangan masyarakat terhadap homoseksual. Media yang digunakan dalam studi kasus ini adalah film. Peneliti menggunakan film berjudul "Arisan" yang disutradarai oleh Nia Dinata sebagai bahan studi kasusnya untuk melihat bagaimana pandangan masyarakat tentang homoseksualitas sebelum dan setelah menonton film tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan empat responden dari berbagai latar belakang, yang sudah menyaksikan film "Arisan" sebelum wawancara. Studi ini menyimpulkan bahwa masyarakat yang sebelumnya memiliki pandangan negatif terhadap homoseksualitas masih akan memiliki pandangan itu, tetapi akan membuat beberapa perubahan dalam cara mereka memperlakukan homoseksual. Selain itu, peneliti juga membuat kesimpulan bahwa masyarakat yang sebelumnya memegang pemikiran netral atau positif tentang homoseksualitas akan memperlakukan penyuka sesama jenis dengan lebih baik dari sebelumnya.

This study's objective is to see how media could influence and or altered people's acceptance of other's level toward homosexual. One media in particular that will be used as the study case is movie. The researcher used the movie called “Arisan”, directed by Nia Dinata to examine how people feel and think about homosexuality before and after watching it. The method that is utilized in this research is in-depth interview with four respondents of varied backgrounds, who have watched the movie prior to the interview. This study finds that people who previously hold negative believe of homosexuality will still hold on into that value, but will make some changes in how they treat them. And people who previously hold neutral or positive thought about homosexuality will treat the gay and lesbian better.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Adzhani Lutfiputri
"ABSTRAK
Beberapa tahun belakangan ini manga (komik Jepang) yang mengangkat kisah percintaan antar sesama jenis yaitu manga yaoi dan yuri semakin populer di Indonesia. Padahal hubungan sesama jenis atau homoseksual termasuk isu yang sensitif dibahas mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam yang salah satu ajarannya dengan keras melarang hubungan homoseksual. Menariknya sejauh ini belum ada reaksi menentang dari masyarakat perihal yaoi-yuri, sedangkan isu homoseksual sendiri telah banyak menuai reaksi negatif dari kalangan tertentu. Kontradiksi ini mendorong penulis membuat penelitian untuk mengetahui pandangan penggemar manga yaoi-yuri terhadap isu homosesksual di dunia nyata.
Penelitian ini menggunakan metode survey kuantitatif terhadap 200 responden dan wawancara kualitatif terhadap delapan responden penggemar manga yaoi-yuri yang berdomisili di Jabodetabek. Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa para penggemar yaoi-yuri mengakui adanya kemiripan antara yaoi-yuri dan homoseksual dari segi konteks, namun menolak menganggapnya sama karena berpandangan yaoi-yuri berada di dunia fiksi sedangkan homoseksual di dunia nyata. Sekalipun ada perubahan dalam pandangan dan sikap para responden setelah menggemari yaoi-yuri, perubahannya terhitung tidak signifikan dengan kecenderungan untuk tetap bersikap pasif.

ABSTRACT
Recently same-sex love themed manga called yaoi and yuri gains more popularity in Indonesia. Considering most Indonesians are Moeslem, same-sex love or homosexual is seen as a sensitive issue within the society because its strictly prohibited in Islam. However it is interesting to know that up until now there havent been any noticeable rejections towards yaoi - yuri whereas in the case of homosexual, it is obvious how some people show strong negative responses upon it. This contradiction caught my interest to conduct a research in order to know the perspectives of yaoi - yuri manga fans towards homosexual in real life.
This research used quantitative survey upon 200 participants and qualitative survey to 8 participants who are yaoi - yuri manga fans (age ± 15 - 30 years old) and live in Jabodetabek. From the result, it can be concluded that although yaoi - yuri and homosexual have its simalirity, both of them arent the same as yaoi - yuri is just in fiction realm while homosexual happens in reality. Though yaoi - yuri manga fans perspective and attitude towards homosexual issue changed after they get to know yaoi - yuri, the changes are insignifcant, therefore they still tend to be passive concerning that issue."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Flora Yuanita Marisi
"ABSTRAK
Homoseksual bukanlah sebuah tema yang baru dalam perfilman di Jerman. Dahulu film-film bertemakan homoseksual pernah mati akibat rezim Nazi, karena Nazi membenci homoseksualitas dan beranggapan bahwa homoseksualitas mengancam maskulinitas negara. Setelah tumbangnya Nazi film-film bertemakan homoseksual mulai kembali bermunculan, salah satunya adalah film bertajuk Jonathan. Penelitian ini membahas mengenai representasi homoseksual yang terdapat pada film Jonathan 2016 sebagai film debut karya Piotr. J. Lewandowski. Tidak seperti film bertemakan homoseksual lainnya, Jonathan menampilkan tokoh gay yang hidup dalam kesengsaraan. Kesengsaraan tokoh gay disebabkan keputusannya untuk mengingkari orientasi seksualnya yang kemudian menyebabkan efek domino kepada istri dan anaknya. Di akhir film orientasi seksual tokoh utama diterima oleh keluarganya sebelum ia mati dan hal ini melahirkan kebahagiaan serta penerimaan diri pada tokoh utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan representasi homoseksual di pedesaan Jerman dalam film. Untuk meneliti bagaimana film merepresentasikan homoseksual, maka diperlukan teori semiotika dari John Fiske, yang lebih fokus pada tanda dalam film, sehingga dapat diketahui bagaimana tokoh homoseksual direpresentasikan melalui kostum, pencahayaan, dan musik dalam film. Penelitian menunjukkan bahwa pengingkaran diri tidak saja merugikan diri sendiri, tapi juga merugikan orang lain. Penerimaan diri amatlah penting, tidak saja untuk kebahagiaan diri sendiri, tapi juga untuk kebahagiaan orang lain, terutama keluarga.

ABSTRACT<>br>
Homosexuality is not a foreign film theme in German. Formerly homosexual themed films had died from the Nazi regime, because the Nazis hated homosexuality and thought that homosexuality threatened the state rsquo s masculinity. After the fall of the Nazi, homosexual themed films began to re emerge, one of which is a film titled Jonathan. This study discusses the homosexual representation found in Jonathan 2016 as Piotr. J. Lewandowski rsquo s debut film. Unlike other gay themed films, Jonathan features gay character who lives in a misery. The gay character rsquo s misery is due to his decision to deny his sexual orientation, which then causes a domino effect on his wife and son. At the end of the film, the main character rsquo s sexual orientation is accepted by his family before he dies and this give happiness and self acceptance for the main character. The purpose of this study is to show homosexual representation in rural Germany in the film. To examine how this film represents homosexuality, it takes the semiotic theory of John Fiske, which focuses more on the sign in the film, so it can be seen how the homosexual character is represented through costumes, lighting, and music in the film. This research shows that self denial is not only self defeating, it also harms others. Self acceptance is very important, not only for the happiness of oneself, but also for the happiness of others, especially the family."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Imam Septyadi
"Homoseksual adalah rasa ketertarikan secara seksual antara satu individu dengan individu lainnya yang berjenis kelamin sama. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku homoseksual menurut pandangan Al-Qur`an dan Hadits. Karya tulis ini dilandasi oleh kecemasan sang penulis akan maraknya perkembangan perilaku seksual yang menyimpang yaitu homoseksual. Homoseksual dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang menular maupun yang tidak menular. Pada zaman yang serba canggih ini justru perilaku tersebut berkembang dengan pesat, banyak juga individu-individu yang memanfaatkan homoseksual ini untuk melakukan kampanye HAM atau menuntut hak mereka disamakan dengan yang lain. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah studi pustaka, yaitu mengumpulkan data melalui sumber buku, Al-quran, jurnal ilmiah, ensiklopedia dan dokumen-dokumen lainnya. Teori yang digunakan dalam artikel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Imam Muhsin Hendricks bahwa penolakan terhadap praktek homoseksual dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari Al-Quran dan Hadits sebagai dua sumber hukum bagi umat Islam. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perilaku homoseksual ini bertentangan dengan Al-Qur`an dan Hadits, serta berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental.

Homosexuality is a sense of sexual attraction between one individual and other individuals of the same sex. This article aims to explain homosexual behavior according to Al-Qur`an and Hadith views. This paper is based on the author's anxiety about the rampant development of sexual behavior that is distorted, homosexuals. Homosexuals can cause a variety of both infectious and non-infectious. In this highly sophisticated era, such behavior develops rapidly. Many individuals also use homosexuals to carry out human rights campaigns or demand their rights to be equalized with others. The method used was literature study, which were collecting data through book sources, the Qur'an, scientific journals, encyclopedias and other documents. The theory used was based on Imam Muhsin Hendricks which stated that the rejection of homosexual practices in Islam cannot be separated from the Qur`an and the Hadith as two sources of law for Muslims. The results of this study showed that homosexual behavior is contrary to Al-Qur`an and Hadith, and adversely affects on physical and mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amara Pradnyanitha
"Jerman merupakan negara yang inklusif terhadap kehadiran LGBTQI+ di tengah masyarakat dan bahkan Jerman melegalkan status pernikahan sesama jenis. Namun, tahun 2021 dan 2022 menjadi tahun yang kelam bagi kelompok LGBTQI+ karena maraknya kasus-kasus kekerasan akibat homofobia di Jerman. Secara historis, hal ini berkaitan dengan masa lalu Jerman pada era Nazi yang membenci kaum minoritas seperti homoseksual dan Yahudi. Sehingga, pengisahan ini ditampilkan dalam banyak film, salah satunya adalah film drama berjudul Große Freiheit (2021). Untuk meneliti persoalan mengenai homofobia dan ruang aman oleh komunitas LGBTQI+ sebagai upaya mengekspresikan diri mereka pada era pasca Perang Dunia II, penulis meneliti dengan metode analisis tekstual dengan teori semiotika oleh John Fiske, Masculinities (2005) oleh R.W Connel, dan Space, Place, and Violence oleh James Tyner (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa homofobia terjadi di dalam penjara sebagai bentuk konstelasi hukum yang patriarki. Selain itu, ruang aman yang menjadi bagian perjuangan kelompok LGBTQI+ tidak seluruhnya inklusif dan menjamin keajegan identitas homoseksual.

Germany is a country that is inclusive of LGBTQI+ community and even has legalized same-sex marriage. However, 2021 and 2022 was dark years for LGBTQI+ community due to the rise of homophobic violence cases in Germany. Historically, this is related to Germany's past during the Nazi era, which hated minorities such as homosexuals and Jews. Thus, this storytelling is featured in many films, one of which is the drama film Große Freiheit (2021). To examine the issue of homophobia and safe space as an effort for LGBTQI+ community to express themselves in the post-World War II era, the author examines the textual analysis method with semiotic theory by John Fiske, Masculinities (2005) by R.W Connel, and Space, Place, and Violence by James Tyner (2012). The results show that homophobia occurs in prison as a form of patriarchal legal constellation. In addition, safe spaces that are part of the struggle of LGBTQI+ groups are not entirely inclusive and guarantee the constancy of homosexual identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Siti Nurohmah
"[ABSTRAK
Glee adalah salah satu serial televisi yang menampilkan tokoh homoseksual. Sebagai program televisi yang
terkenal, Glee cenderung menciptakan atau memperkuat stereotip mengenai cara berbicara kaum homoseksual
melalui fitur bahasa yang digunakan. Penelitian ini berfokus pada bagaimana Glee menggunakan bahasa untuk
menunjukan seksualitas para tokoh homoseksualnya, dan bagaimana serial televisi ini berurusan dengan
stereotip cara berbicara kaum gay. Teori fitur bahasa wanita Lakoff adalah landasan dasar dari penelitian ini.
Sistem heteronormatif dalam percakapan di antara pasangan dan dominasi fitur bahasa yang digunakan oleh
para tokoh homoseksual adalah dua hal yang didiskusikan dalam makalah ini. Penelitian ini menjelaskan
bagaimana Glee memperumit pendapat umum mengenai cara kaum gay berbicara. Makalah ini memberikan
konstribusi pada studi bahasa homoseksual dalam budaya populer. ABSTRACT Glee is one of television series that provides gay characters. As a well-known television program, Glee tends to
create and to strengthen stereotypes of how homosexual speak through the features of language. This research is
mainly focused on how Glee uses language to show its homosexual characters? sexuality, and how this show
deals with the stereotype of gay talk. Lakoff?s women language feature is the main framework of this study.
Heteronormative system of partner conversation and the dominance of features of language of gay characters are
two points that are discussed in this paper. The paper demonstrates how Glee complicates the common belief
about how gay talk. This paper gives contribution to the study of homosexual language in popular culture;Glee is one of television series that provides gay characters. As a well-known television program, Glee tends to
create and to strengthen stereotypes of how homosexual speak through the features of language. This research is
mainly focused on how Glee uses language to show its homosexual characters? sexuality, and how this show
deals with the stereotype of gay talk. Lakoff?s women language feature is the main framework of this study.
Heteronormative system of partner conversation and the dominance of features of language of gay characters are
two points that are discussed in this paper. The paper demonstrates how Glee complicates the common belief
about how gay talk. This paper gives contribution to the study of homosexual language in popular culture;Glee is one of television series that provides gay characters. As a well-known television program, Glee tends to
create and to strengthen stereotypes of how homosexual speak through the features of language. This research is
mainly focused on how Glee uses language to show its homosexual characters? sexuality, and how this show
deals with the stereotype of gay talk. Lakoff?s women language feature is the main framework of this study.
Heteronormative system of partner conversation and the dominance of features of language of gay characters are
two points that are discussed in this paper. The paper demonstrates how Glee complicates the common belief
about how gay talk. This paper gives contribution to the study of homosexual language in popular culture, Glee is one of television series that provides gay characters. As a well-known television program, Glee tends to
create and to strengthen stereotypes of how homosexual speak through the features of language. This research is
mainly focused on how Glee uses language to show its homosexual characters’ sexuality, and how this show
deals with the stereotype of gay talk. Lakoff’s women language feature is the main framework of this study.
Heteronormative system of partner conversation and the dominance of features of language of gay characters are
two points that are discussed in this paper. The paper demonstrates how Glee complicates the common belief
about how gay talk. This paper gives contribution to the study of homosexual language in popular culture]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lakudus
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self esteem dengan sexual compulsivity pada kelompok gay. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur self esteem dan sexual compulsivity peneltiti menggunakan alat ukur RSES (Rosenberg Self Esteem Scale) dan KSCS (Kalichman Sexual Compulsivity Scale). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 145 orang pria dewasa dari rentang usia 20 sampai 40 tahun, dengan orientasi homoseksual. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self esteem dengan sexual compulsivity dengan nilai r= -0,241 ; p=0,01.

The purpose of this research is to discusses the relationship between self-esteem and sexual compulsivity among adulthood gay. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and parental support, the author using Rosenberg?s Self-Esteem Scale (RSES) and Kalichman Sexual Compulsivity Scale (KSCS). Respondents in this research were 145 adulthood age 20-40 years old. The result showed there is a significant negative correlation between self-esteem and sexual compulsivity with r=0,241; p=0,01.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narestu Banie Prameswari
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai gambaran homoseksualitas di Tunisia yang direpresentasikan dalam film Le Fil sebagai homoseksual yang tertutup dan homoseksual yang terbuka. Selain itu, dibahas juga tentang stereotip yang dilatarbelakangi oleh agama dan masyarakat homofobia yang cenderung negatif. Analisis di dalam artikel ini menggunakan teori representasi dan kajian sinema. Hasil analisis menunjukkan bahwa representasi homoseksual tertutup lebih dominan dibandingkan dengan representasi homoseksual terbuka.

ABSTRACT
This article discusses the depiction of homosexuality in Tunisia which is represented in the film Le Fil as the closet and the open homosexuals. Moreover, this article also discusses about stereotype which is motivated by religion and homophobia society that tends to be negative. The analysis in this article based on the theory of representation and cinematographic approach. Results of the analysis showed that the representation of the closet homosexuals are more dominant than the representation of the open homosexuals."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arintowati Hartono Handojo
"ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan suatu gejala sosial yang pada akhir abad ke XIX sampai sekarang, acap kali dijadikan sebagai pokok pembicaraan dan tema pembahasan di berbagai media. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya artikel-artikel dalam bermacam-macam Surat Kabar dan Majalah, bahkan pada seminar-seminar baik yang diadakan di luar maupun di dalam negeri oleh berbagai pihak.
Sering tampilnya gejala homoseksualitas sebagai pokok pembahasan dan ulasan-ulasan tersebut menunjukkan bahwa gejala homoseksualitas masih merupakan suatu hal yang unik dan terselubung, yang mengandung kesimpang-siuran anggapan atau pendapat mengenai aspek-aspek sehubungan dengan gejala tersebut, dan yang hingga kini belum dapat sepenuhnya diungkapkan. Dengan sendirinya hal seperti ini banyak mengundang minat, terutama di kalangan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, untuk melakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam dan lebih terperinci. Apalagi jika dilihat atau diduga adanya kemungkinan bahwa implikasi gejala tersebut pada masyarakat sekarang yang sudah serba kompleks bisa menimbulkan masalah-masalah sosial yang baru.
Tentang kapan dan di belahan bumi mana tepatnya homoseksualitas pertama kali muncul, sampai saat ini belum ada satu sumberpun yang dapat dijadikan sebagai patokan. Yang pasti, homoseksualitas sudah ada sejak jaman di mana peradaban manusia masih sangat rendah dan tradisional.
Menurut sejarah dan beberapa cerita atau "mythos" dari berbagai bangsa yang dapat dijumpai dalam literatur, praktek atau aktifitas kehidupan homoseksual ternyata tidak hanya merupakan aktifitas-aktifitas perorangan, melainkan pernah hidup dan berkembang secara kolektif atau memasyarakat.
Literatur-literatur kuno, memang merupakan salah satu sarana yang dapat dijadikan landasan untuk membuktikan bahwa homoseksualitas benar-benar suatu gejala sosial yang sudah ada sejak lama. Kesaksian literatur paling tua yang pernah ditemukan manusia mengenai gejala homoseksualitas, ialah tulisan yang tertera pada lembaran daun lontar milik bangsa Yunani Kuno. Lembaran lontar yang berumur lebih kurang 4.500 tahun Sebelum Masehi tersebut, mengisahkan kehidupan dewa-dewi bangsa Yunani Kuno. Dan dari kisah ini, diketahui bahwa dalam kehidupan dewa-dewi mereka terjadi praktek-praktek atau aktifitas-aktifitas homoseksual. Barangkali inilah salah satu penyebab mengapa homoseksual pernah membudaya di kalangan masyarakat bangsa Yunani. Kepercayaan mereka terhadap adanya dewa-dewi sebagai perwujudan dari polytheisme yang mereka anut, menyebabkan masyaratkat bangsa Yunani kemudian merefleksikan perilaku dewa-dewinya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam salah satu bukunya yang membahas tentang gejala homoseksualitas, Morton Hunt mengatakan bahwa kira-kira 2.400 tahun yang lalu di Athena, pesta homoseks yang diadakan dan dihadiri oleh orang-orang dari kalangan terhormat seperti misalnya para bangsawan; negarawan; sastrawan atau filsuf-filsuf ternama merupakan tradisi yang lazim dilakukan. Dan masih dalam abad yang sama di suatu daerah sebelah Baratdaya Yunani, penulis ini juga mengungkapkan bahwa bangsa Sparta yang tersohor sebagai bangsa yang gagah dan sangat ahli dalam soal perang, ternyata merupakan orang-orang yang dalam kehidupannya mempunyai kebiasaan untuk melakukan aktifitas-aktifitas homoseksual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>