Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thomas, Peter A., 1957-
"Trees are familiar components of many landscapes and have been vital in determining the ecology of our planet as well as the development of human cultures and communities. Yet how much do we really understand about how they work? This updated and revised edition provides a comprehensive introduction to all aspects of tree biology and ecology and presents the state-of-the-art discoveries in this area. The wonders and mysteries of trees are explored throughout the book and questions such as why leaves turn spectacular colours in the autumn, how water reaches the top of the tallest trees, or why the study of genetics has caused so many name changes in trees are all brilliantly answered. Written with a non-technical approach, this book will be a valuable source of reference for students and those with a less formal interest in this fascinating group of plants."
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2014
582.16 THO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper conducts event studies on two of the most important events in recent history of Korean M&A market, to examine which firms were regarded more vulnerable to hostile takeover."
330 JER 12:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Prinsylia Thionardy
"CPTED yang awalnya bertujuan untuk mengurangi tindakan kriminal pada akhirnya secara tidak langsung berdampak menghasilkan desain-desain yang bersifat membatasi atau mengontrol perilaku maupun akses dari suatu individu atau kelompok tertentu. Desain-desain tersebut dikenal dengan istilah desain hostile yang memiliki tujuan untuk mendukung keberhasilan dari konsep CPTED. Oleh karena itu, desain-desain yang bersifat hostile pada ruang publik saat ini banyak yang berasal dari konsep CPTED. Desain hostile yang tercipta karena konsep CPTED ini dibutuhkan untuk menghasilkan keteraturan di dalam ruang publik yang pada akhirnya berakibat terhadap individu di dalam ruang publik. Berdasarkan hasil pengamatan pada studi kasus, desain hostile yang terbentuk karena konsep CPTED menyebabkan individu tertentu merasa tidak nyaman dan berusaha untuk merespon desain hostile tersebut sehingga menghasilkan sebuah perilaku. Perilaku yang dibentuk tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pergerakan manusia di ruang publik stasiun.

CPTED which initially aims to reduce criminal activity, ultimately has an indirectly impact the creation of designs that limit or control the behavior or access of an individual or a particular group. These designs are known as hostile designs which aim to support the success of the CPTED concept. Therefore, many of the hostile designs in public spaces today stem from the CPTED concept. The hostile design that was created because of the CPTED concept is needed to produce order in public spaces which ultimately affects individuals in public spaces. Based on the observations in the case studies, the hostile design formed due to the CPTED concept causes certain individuals to feel uncomfortable and try to respond to the hostile design resulting in a behavior. The behavior that is formed causes a change in human movement in the public station space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysa Julia Yusman
"Hostile Architecture merupakan salah satu gaya arsitektur yang mulai menjadi fitur umum pada kota-kota besar untuk mengatasi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan pada ruang publik. Jakarta merupakan salah satu kota di dunia yang mulai menerapkan konsep Hostile Architecture pada ruang publik di mana penerapan tersebut sudah bisa dijumpai pada semua Stasiun Commuter Line Jakarta yang berupa street furniture bangku tunggu pada peron kereta. Mode transportasi commuter line merupakan mode transportasi yang tidak pernah sepi akan pengguna meskipun hari libur karena dianggap murah dan terhindar dari kemacetan ibu kota. Dengan demikian, ruang publik stasiun commuter line harus menciptakan rasa nyaman bagi penggunanya saat berada pada peron stasiun untuk menunggu kereta api datang. Kenyamanan seringkali dihubungkan dengan ergonomi, yaitu ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dan desain, serta faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kinerja sistem dengan cara meningkatkan interaksi antara manusia dengan desain yang digunakan. Maka dari itu, penerapan hostile architecture dengan pendekatan konsep ergonomi yang dapat mempengaruhi perilaku penggunanya dalam memilih tempat duduk untuk menunggu kereta dapat menjadi suatu kajian yang dapat didalami sebagai suatu hal yang dapat memberikan dampak dalam perilaku manusia dengan lingkungannya. Sehingga dengan adanya penulisan ini, penggunaan hostile architecture pada ruang publik stasiun commuter line akan memberikan dampak yang baik dalam kesesuaian antara perilaku manusia dengan sistem kerjanya. Dimana dalam hal ini, rancangan yang mempunyai kompatibilitas tinggi dengan penggunanya akan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, baik, dan efisien serta mengurangi bahaya akibat adanya kesalahan desain pada fungsi ruang di Stasiun Commuter Line Sudirman Jakarta.

Hostile Architecture, an emerging architectural style, is increasingly prevalent in major urban design as a means to mitigate undesirable behaviours in public spaces. Jakarta, among the world's cities, has adopted this concept, with its application evident in the street furniture specifically waiting benches that can be found at Jakarta Commuter Line Stations. The commuter line mode of transportation garners a constant stream of users, even on holidays, as it is deemed affordable and circumvents traffic congestion in the capital. Consequently, it is important that these public spaces encourage user’s comfort while waiting for the train to arrive. Comfort is often associated with ergonomics, which examines the interaction between humans and designs, along with the factors influencing these interactions, aiming to enhance system performance by optimizing human-design compatibility. Therefore, exploring the implementation of hostile architecture with an ergonomic approach focusing on seating preferences becomes a significant avenue for studying the potential impact on human behaviour within these environments. Employing hostile architecture in public spaces within commuter line stations may positively affect the harmony between human behaviour and the operational system. In this particular case, a design that aligns closely with its users becomes essential in creating a comfortable, efficient, and hazard-free environment, thereby mitigating any design-related issues concerning the functionality of the Sudirman Jakarta Commuter Line Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Lavinia Listyawan
"Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) atau ‘GCG’ sebagai salah satu upaya restrukturisasi perseroan yang sedang mengalami kondisi finansial yang buruk. Langkah penerapan tersebut juga mencerminkan hubungan indikasi hostile takeover dengan tindakan Dewan Komisaris dalam menerapkan GCG berdasarkan kewenangannya. Peran Notaris dalam mendukung perseroan memenuhi kewajiban administratifnya pun merupakan bagian penting yang tidak dapat diabaikan dalam implementasi GCG pada kasus posisi. Penelitian ini menggunakan metode berbentuk yuridis normatif dengan peninjauan terhadap aspek-aspek hukum pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penerapan GCG. Tipologi penelitian tesis ini adalah deskriptif sebagaimana penulis menjelaskan dan menjabarkan gambaran objek penelitian secara menyeluruh dan sistematis. Meninjau dari tindakan Dewan Komisaris terhadap Direksi yang tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik, penerapan GCG pada kasus posisi telah efektif dilakukan oleh perseroan sehingga kegiatan usaha perseroan tetap dapat berjalan. Indikasi tindakan hostile takeover juga disimpulkan tidak relevan dengan adanya ketentuan Pasal 125 UUPT dan tidak adanya pengalihan kendali perseroan secara paksa. Kewenangan Dewan Komisaris juga disimpulkan bersifat luas dan untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh, tidak terbatas hanya pada ketentuan yang tertera di undang-undang terkait namun tetap di bawah naungan pemegang saham. Guna meningkatkan efektivitas penerapan GCG, dapat disusun peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang berlandaskan pendekatan ‘fiduciary duty’ untuk meningkatkan kualitas disiplin, kinerja, dan integritas Direksi terhadap perseroan. Peningkatan frekuensi rapat gabungan organ perseroan juga akan meminimalisir potensi pelanggaran terhadap kepentingan perseroan.

This research elaborates primarily regarding the effectivity in implementing Good Corporate Governance (GCG) as one of the restructuring actions upon the deteriorating financial condition of the company. The implementation process itself reflects the correlation between the hostile takeover indication and the action of The Board of Commissioners in exercising their authority within the GCG implementation. The role of Notary in supporting the company towards its administrative compliance is also the crucial part which has to be inseparable in the GCG realization within the case study. The writer uses juridical-normative method in producing this thesis within analysis on the stipulated rules and acts pertaining the implementation of GCG. This thesis is rather a descriptive type within the elaboration being made upon the the research object entirely and systematically. Evaluating from the action took by the Board of Commissioners as the Directors did not fulfill their responsibility properly, it can be concluded that the implementation of GCG in order to sustain the company in the case study was a major success. The alleged hostile takeover action apparently is irrelevant as to the stipulation on Article 125 of Indonesian Company Law and the fact that there has never been a control-shifting in the company. The authority of Board of Commissioners too should be perceived more comprehensively, not delimited to the stipulation of Indonesian Company Law but still in the compliance towards shareholders. To enhance the effectiveness in GCG implementation, a stipulation should be established based on ‘fiduciary duty’ principles to improve the quality of disciplinary values, performance, and integrity of the Directors towards the company. The more frequent integrated meeting between Board of Directors and Board of Commissioners would also diminish the potential infringement towards the interest of the company.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dede Sulaiman Al-Mufidiansyah
"Pada awal tahun 2020, PT Bank Bukopin Tbk. dilanda krisis finansial, tepatnya kesulitan likuiditas akibat adanya fenomena rush money. Bosowa selaku Pemegang Saham Pengendali saat itu bersama Otoritas Jasa Keuangan berupaya untuk melakukan penyelamatan Bank melalui rights issue (PUT ke-V) dengan KB Kookmin sebagai Standby Buyer. Hanya saja Bosowa ditemukan menimbulkan banyak permasalahan dan pada akhirnya OJK mengeluarkan Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 64/KDK.03/2020 tanggal 24 Agustus 2020 yang menyatakan bahwa Bosowa tidak lulus rangkaian penilaian kembali oleh OJK (fit and proper test) dan kehilangan hak suaranya pada RUPSLB dimana KB Kookmin berhasil meloloskan agenda private placement dan menjadi Pemegang Saham Pengendali baru. Metode penelitian yang peneliti gunakan pada Skripsi ini adalah Yuridis Normatif, Yuridis berarti penelitian ini adalah penelitian hukum dan normatif berarti penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan, pengolahan serta analisis data sekunder, selain itu juga berarti bahwa analisis dalam penelitian ini akan difokuskan kepada hubungan-hubungan hukum antar peraturan perundang-undangan yang terkait. Dalam kasus tersebut, dibuktikan bahwa Management Entrenchment Hypothesis terjadi dimana manajemen melakukan anti-takeover measures dan hampir merugikan pemegang saham lainnya. Selain itu, pengaturan mengenai hostile takeover di Indonesia sendiri belum memadai, bahkan sama sekali tidak diatur, oleh karena itu baiknya apabila Pemerintah maupun OJK memperkaya peraturan perundang-undangan dengan ketentuan mengenai hostile takeover.

In early 2020, PT Bank Bukopin Tbk. was hit by a financial crisis, specifically liquidity difficulties due to the money rush phenomenon. Bosowa as the Controlling Shareholder at that time together with Otoritas Jasa Keuangan attempted to rescue the Bank through a rights issue (Vth LPO) with KB Kookmin as the Standby Buyer. It's just that Bosowa was found to be causing many problems and in the end OJK issued a Decree of the OJK Board of Commissioners Number 64/KDK.03/2020 dated August 24, 2020 which stated that Bosowa did not pass the OJK reassessment series (fit and proper test) and lost its voting rights. at the EGMS where KB Kookmin successfully passed the private placement agenda and became the new Controlling Shareholder. The research method that the researcher uses in this thesis is normative juridical, juridical means this research is legal research and normative means this research is carried out by taking, processing and analyzing secondary data, but it also means that the analysis in this study will focus on relationships law between the relevant laws and regulations. In this case, it is proven that the Management Entrenchment Hypothesis occurs where management takes anti-takeover measures and almost harms other shareholders. In addition, the regulation regarding hostile takeover in Indonesia itself is not adequate, in fact it is not regulated at all, therefore it is better if the Government and OJK enrich the legislation with provisions regarding hostile takeover."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Ade Zulfadlan
"Aksi kolektif oleh mahasiswa merupakan hal yang sering terjadi di Indonesia. Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecenderungan tersebut dapat muncul akibat identifikasi kelompok yang dimiliki oleh individu. Temuan lain juga menemukan bahwa faktor eksternal, seperti pengaruh dari media dapat mendorong terbentuknya keinginan untuk mengikuti aksi kolektif, terutama tercermin dalam bentuk hostile media perception. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hostile media perception dapat memoderasi hubungan antara identifikasi kelompok dan kecenderungan untuk mengikuti aksi kolektif. Penelitian ini dilakukan secara daring kepada 163 mahasiswa aktif yang berada di wilayah Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Group Identification Measure (Doosje, Ellemers, dan Spears, 1995; α = 0,92), Hostile Media Perception Scale (Hwang et al., 2008; α = 0,76), dan Collective Action Tendency (van Zomeren et al., 2004; α = 0,90). Penelitian ini menemukan bahwa hostile media perception tidak memoderasi hubungan antara identifikasi kelompok dan kecenderungan aksi kolektif mahasiswa (t = .0019, p<.81). Temuan dari penelitian ini menunjukkan pentingnya identifikasi mahasiswa terhadap suatu kelompok demi memunculkan keinginan mengikuti aksi kolektif.

Collective action by university student happened regularly in Indonesia. Previous research has shown that this tendency comes in response to group identification that an individual has. Another research also found that external factors, such as media interference might increase this tendency, mainly in the form of hostile media perception. This study aims to examine the moderating role of hostile media perception on the relationship between group identification and collective action tendency. This study was conducted online on 163 active university students in Jabodetabek area. Instruments used in this study are Group Identification Measure (Doosje, Ellemers, dan Spears, 1995; α = 0,92), Hostile Media Perception Scale (Hwang et al., 2008; α = 0,76), dan Collective Action Tendency (van Zomeren et al., 2004; α = 0,90). This study found that hostile media perception did not moderate the relation between group identification and collective action tendency (t = .0019, p<.81). The findings of this study show how group identification in university students could incite collective action tendency."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dewi Ashuro Itouli
"Berdasarkan teori social learning, perlakuan orang tua yang berbeda secara tradisional terhadap anak laki-laki dan perempuan dipercaya sebagai salah satu sumber prasangka gender. Untuk membuktikan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sosialisasi gender oleh orang tua (Gender Socialization Scale, Raffaeli & Ontai, 2004) dengan prasangka gender pada remaja (Ambivalent Sexism Inventory, Glick & Fiske, 1996). Partisipan terdiri atas 106 perempuan dan 94 pria di DKI Jakarta (n=200).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hostile sexism pada remaja pria lebih tinggi daripada perempuan. Sebaliknya, perempuan memiliki benevolent sexism yang lebih tinggi daripada pria. Diketahui pula bahwa orang tua menerapkan sosialisasi gender yang lebih tradisional pada remaja perempuan. Responden dari ibu yang lebih dominan ternyata memiliki benevolent sexism yang lebih tinggi.
Peneliti juga menemukan adanya hubungan data demografis berupa usia, tingkat pendidikan, dan status bekerja pada ibu dengan variabel utama penelitian. Berdasarkan analisis korelasi pearson, tidak terbukti bahwa sosialisasi gender oleh orang tua berhubungan dengan prasangka gender secara umum, maupun dengan benevolent sexism pada remaja pria dan perempuan. Namun demikian, ditemukan bahwa sosialisasi gender oleh orang tua memiliki hubungan dengan hostile sexism pada remaja pria meskipun tidak pada remaja perempuan. Temuan ini dapat mengembangkan pemahaman kita tentang sumber terjadinya prasangka gender."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melati Putri Pertiwi
"Penelitian ini berusaha mengkaji pengaruh keanggotaan partisipan dalam sebuah kelompok tertentu, keanggotaan media massa, dan status ingroup (sebagai minoritas)-outgroup (sebagai mayoritas atau minoritas) terhadap hostile media bias. Hostile media bias adalah sebuah fenomena di mana individu yang merupakan anggota kelompok tertentu berpersepsi bahwa berita yang menayangkan konflik kelompoknya dengan kelompok lawan adalah mendukung kelompok lawan dan menyerang kelompoknya sendiri. Penelitian ini terdiri dari dua studi dengan latar belakang konflik intra-religious antara organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dengan organisasi Islam Majelis Tafsir Al-Quran (MTA). Studi pertama berusaha untuk melihat pengaruh keanggotaan partisipan dan keanggotaan media massa terhadap hostile media bias. Studi kedua berusaha untuk melihat pengaruh status ingroup-outgroup dan keanggotaan media massa terhadap hostile media bias.
Hasil penelitian Studi 1 mengkonfirmasi hipotesis, yaitu ?keanggotaan partisipan? dan "keanggotaan media" berpengaruh secara signifikan terhadap hostile media bias untuk kedua kota (Solo dan Jakarta). Hasil penelitian Studi 2 menunjukkan bahwa status ingroup (minortas)-outgroup (minoritas atau mayoritas) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hostile media bias. Namun Studi 2 berhasil menemukan bahwa keanggotaan media massa dalam kelompok tertentu berpengaruh secara signifikan terhadap hostile media bias.

This research studied deeper about the influence of participant membership in certain communities, mass media membership, and ingroup (as minority) ? outgroup (as majority or minority) status toward hostile media bias. This research consisted of two studies with the conflict background of intra-religious between Nahdlatul Ulama Islamic Organisation (NU) and Majelis Tafsir Al-Quran Islamic Organisation (MTA). The first study strived to observe the influence of participant membership and mass media membership toward hostile media bias. The second study strived to observe the influence of ingroup-outgroup and mass media membership toward hostile media bias.
The result of the first study confirmed hypothesis ?participant membership and mass media membership had significant influence toward hostile media bias for both cities Solo and Jakarta?. The result of the second study confirmed hypothesis ?ingroup (as minority) ?outgroup (as majority or minority) status didn?t have significant influence toward hostile media bias. Nevertheless, the second study managed to find out that mass media membership in certain communities had significant influence toward hostile media bias.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library