Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basuki
Abstrak :
Wilayah Pati merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda banjir, penyebabnya adalah karena sebagian besar wilayahnya berada di dataran rendah yang rawan terhadap bencana banjir. Kejadian banjir yang sering terjadi, terutama disebabkan karena curah hujan yang tinggi, sehingga sungai tidak lagi mampu menampung limpasan air hujan yang berasal dari DAS Juwana yang ada di wilayah tersebut. Hasil analisis melalui melalui proses overlay dari parameter banjir yaitu Peta Land sistem, peta tata guna tanah, peta kerapatan penduduk, peta curah hujan rata-rata dasarian dan peta peluang hujan ekstrim perdasarian menunjukkan tingkat rawan banjir di wilayah tersebut paling rawan terjadi pada dasarian 3 bulan Januari dan dasarian 1 Pebruari, yang merupakan puncak musim hujan di wilayah tersebut.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ahmad Ibrahim
Abstrak :
Dampak perubahan iklim terhadap dinamika atmosfer selama beberapa dekade terakhir telah mempengaruhi terjadinya peningkatan fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah dunia. Fenomena cuaca ekstrem, khususnya hujan ekstrem merupakan penyebab utama dari berbagai kejadian bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor dan erosi tanah. Pemahaman menyeluruh terhadap bahaya hujan ekstrem merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam upaya pengelolaan sumber daya air terkait ancaman perubahan iklim. Melalui investigasi spasial dan temporal - berdasarkan perhitungan indikator ekstrem WMO, meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal, dan rata-rata per kejadian - penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) periode 1983-2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik Mann-Kendall yang telah banyak diaplikasikan oleh para pakar klimatologi dalam mendeteksi suatu kecenderungan iklim. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara spasial hujan ekstrem cenderung tinggi pada wilayah selatan Jabodetabek yang merupakan topografi perbukitan-pegunungan untuk jumlah kejadian dan rentang hari hujan; dan tinggi pada wilayah tengah hingga utara yang merupakan topografi landai hingga dataran rendah untuk nilai maksimal dan rata-rata kedalaman. Pola temporal hujan ekstrem cenderung mengikuti pola curah hujan tahunan, dan perubahan temporalnya cenderung positif dengan indikasi peningkatan aktivitas muson barat.
The impact of climate change on the dynamics of the atmosphere over the last few decades has affected an increase in extreme weather phenomena in different regions of the world. Extreme weather phenomena, in particular extreme precipitation events are the main cause of various hydrometeorological disasters such as floods, landslides and soil erosion. Thorough understanding of the dangers of extreme precipitation is an important thing that needs to be done in water resources management efforts related to the threat of climate change. Through spatial and temporal investigation - based on WMO extreme indices calculations covering aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event - this study reveals the trends in extreme precipitation in Greater Jakarta (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) during the period 1983-2012. The analysis is done by using the Mann-Kendall statistical test, which has been applied by many climatologist experts in detecting a climate trend. The results showed that the spatial pattern of extreme precipitation tends to be high in the southern reigon of Greater Jakarta which is a hilly-montainous topographic area, in terms of aspects of the number of events and span of rainy day; and high in the central to the north region which is a lowland-sloping topographic area, in terms of aspects of the maximum value and the mean depth. The temporal pattern tends to follow the pattern of annual rainfall, and the overall changes tend to be positive with indications of increased activity of the west monsoon.;
Universitas Indonesia, 2014
S58502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofi Ulfiasari
Abstrak :
Fenomena lumpur Sidoarjo yang dikenal sebagai LUSI muncul tahun 2006 di Porong, Sidoarjo. Fenomena LUSI merupakan salah mud volcanoes terbesar didunia yang menyemburkan material panas mengandung salah satu gas rumah kaca metana, aerosol garam dan uap air. Metana yang terlepas ke lapisan atmosfer 72 kali jauh lebih mematikan dibandingkan CO2 selama lebih dari 20 tahun dan dapat menyebabkan percepatan pemanasan global yang sangat sulit dikontrol Semakin tinggi suhu, semakin banyak air yang menguap dan semakin besar potensi turunnya hujan deras. Hujan deras dengan intensitas lebih dari atau sama dengan 50 mm merupakan salah satu indikasi hujan ekstrem. Daerah penelitian meliputi 30 km jarak dari kolam lumpur Sidoarjo, dengan menggunakan perhitungan variabilitas dan kecenderungan Mann Kendall tampak secara spasial hujan ekstrem pada periode 2007-2014 lebih berfluktuatif dibandingkan dengan periode 1980-2006, terutama pada jarak 10-20 km dari kolam lumpur Sidoarjo.
Sidoarjo Mud phenomenon known as LUSI appeared in 2006 in Porong, Sidoarjo. The phenomenon of LUSI mud volcanoes is one of the largest physical blow hot material contains one of the greenhouse gases methane, the salt aerosol and water vapor. The methane atmospheric layers apart 72 times far more deadly than the CO2 for over 20 years and can lead to the acceleration of global warming very difficult controlled the higher the temperature, the more water evaporates and the greater the potential decline in heavy rain. Heavy rain with intensity greater than or equal to 50 mm is one indication of extreme rainfall. The research area covers 30 km distance from mud Sidoarjo, using the calculation of variability and trends of Mann Kendall looks in extreme rainfall spatial in the period 2007-2014 more fluctuate compared to the period 1980-2006, especially at a distance of 10-20 km from mud Sidoarjo.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofi Ulfiasari
Abstrak :
Fenomena lumpur Sidoarjo yang dikenal sebagai LUSI muncul tahun 2006 di Porong, Sidoarjo. Fenomena LUSI merupakan salah mud volcanoes terbesar didunia yang menyemburkan material panas mengandung salah satu gas rumah kaca metana, aerosol garam dan uap air. Metana yang terlepas ke lapisan atmosfer 72 kali jauh lebih mematikan dibandingkan CO2 selama lebih dari 20 tahun dan dapat menyebabkan percepatan pemanasan global yang sangat sulit dikontrol Semakin tinggi suhu, semakin banyak air yang menguap dan semakin besar potensi turunnya hujan deras. Hujan deras dengan intensitas lebih dari atau sama dengan 50 mm merupakan salah satu indikasi hujan ekstrem. Daerah penelitian meliputi 30 km jarak dari kolam lumpur Sidoarjo, dengan menggunakan perhitungan variabilitas dan kecenderungan Mann Kendall tampak secara spasial hujan ekstrem pada periode 2007-2014 lebih berfluktuatif dibandingkan dengan periode 1980-2006, terutama pada jarak 10-20 km dari kolam lumpur Sidoarjo.
Sidoarjo Mud phenomenon known as LUSI appeared in 2006 in Porong, Sidoarjo. The phenomenon of LUSI mud volcanoes is one of the largest physical blow hot material contains one of the greenhouse gases methane, the salt aerosol and water vapor. The methane atmospheric layers apart 72 times far more deadly than the CO2 for over 20 years and can lead to the acceleration of global warming very difficult controlled the higher the temperature, the more water evaporates and the greater the potential decline in heavy rain. Heavy rain with intensity greater than or equal to 50 mm is one indication of extreme rainfall. The research area covers 30 km distance from mud Sidoarjo, using the calculation of variability and trends of Mann Kendall looks in extreme rainfall spatial in the period 2007-2014 more fluctuate compared to the period 1980-2006, especially at a distance of 10-20 km from mud Sidoarjo.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryfqy Rahmansyah Kushanando
Abstrak :
Hujan ekstrem adalah hujan dengan intensitas yang sangat tinggi yang terjadi dalam periode waktu yang singkat, dan dapat menyebabkan dampak yang signifikan pada bentuk fisik bahkan kehidupan masyarakat (Cox dan Sweeney, 2013). Pulau Jawa merupakan pulau dengan curah hujan yang tinggi, pada klasifikasi curah hujan global Pulau Jawa masuk dalam kategori terakhir dalam enam kategori tingkat kebasahan global (Amruta, 2014). yang mengindikasikan bahwa Pulau Jawa memiliki potensi hujan ekstrem. Pulau Jawa merupakan pulau penting di Indonesia bahkan regional, Pulau Jawa merupakan rumah dari 56% Penduduk Indonesia (BPS 2020). Oleh karena itu diperlukan mitigasi berupa pendeteksian pola hujan ekstrem, pendeteksian dilakukan dengan analisis spasial dan temporal dari data CHIRPS selama 30 tahun. CHIRPS adalah database curah hujan yang dikembangkan oleh Climate Hazard Group. Sebagai batasan penelitian hujan ekstrem memiliki ambang batas 50 mm/hari menurut KEP. 009 tahun 2010. ......Extreme rainfall is precipitation with very high intensity that occurs in a short period of time and can have significant impacts on both the physical environment and human life (Cox and Sweeney, 2013). Java Island is an island with high rainfall, based on global rainfall classification, Java Island falls into the last category among the six categories of global wetness levels (Amruta, 2014). This indicates that Java Island has the potential for extreme rainfall. Java Island is a crucial island in Indonesia and the region, being home to 56% of Indonesia's population (BPS 2020). Therefore, mitigation is needed in the form of detecting patterns of extreme rainfall, and the detection is carried out through spatial and temporal analysis of CHIRPS data over 30 years. CHIRPS is a land-based precipitation database which developed by Climate Hazard Group. As a research limitation, extreme rainfall is defined with a threshold of 50 mm/day according to KEP. 009 in 2010. From this threshold, temporal analysis is then conducted annually, monthly, and tri-monthly. Subsequently, spatial data processing is performed based on temporal data to analyse the locations of high-frequency extreme rainfall.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rui Giusti
Abstrak :
Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, merupakan kabupaten yang rawan terhadap bencana alam, terutama bencana hidrometeorologi. Faktor curah hujan seperti kejadian hujan ekstrem menjadi pemicu utama banyaknya kejadian bencana seperti longsor dan banjir. Namun, keterbatasan data curah hujan menyebabkan kesulitan dalam memprediksikan pola hujan Dibutuhkan sumber data curah hujan lain yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hujan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola spasio-temporal hujan ekstrem berbasis data stasiun observasi curah hujan dan data satelit NOAA-AVHRR dan mencari korelasi antara kedua sumber data tersebut. Data curah hujan harian periode tahun 2004-2017 dihitung menggunakan metode fix threshold R50. Hasil analisis memperlihatkan bahwa terdapat nilai korelasi kuat positif antara data curah hujan berbasis data stasiun observasi dengan data curah hujan satelit NOAA-AVHRR dengan nilai korelasi yaitu 0,9 pada bulan Maret 2015 dan 0,8 pada bulan Agustus 2016. Dapat dikatakan bahwa data satelit NOAA-AVHRR dapat dijadikan acuan untuk memprediksikan curah hujan. Hasil analisis juga memperlihatkan faktor ketinggian mempengaruhi pola spasial hujan ekstrem di Kabupaten Cianjur. ...... Cianjur Regency, in West Java Province, is a regency which is prone to natural disasters, particularly hydro meteorological disasters. Rainfall related factors such as events of extreme rainfall became a primary cause for the relatively high frequency of occurrences of natural disasters such as landslides and flooding incidents. However, the limited rainfall data available caused difficulties in predicting the rainfall patterns. An alternative source of rainfall data is needed for analysing the spatial temporal pattern of extreme rainfall, based on data acquired from weather and rainfall observation stations as well as data acquired from NOAA AVHRR satellites, and also by finding correlations between the two data sources mentioned. Daily rainfall data between 2004 2017 would be counted by using the fix threshold R50 method. The results show that there are a strongly positive correlation r between the rainfall observation station data and the rainfall data from NOAA AVHRR with value 0.9 on March 2015 and 0,8 on August 2016. Because of that NOAA AVHRR satellite data can be relied upon for predicting rainfall. The results also show that elevation affects the spatial pattern of extreme rainfall in Cianjur Regency. Where, mountainous areas tend to have a higher frequency of extreme rainfall.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra
Abstrak :
Kabupaten Kebumen merupakan kabupaten yang curah hujan tinggi dan berpotensi seringnya mengalami kejadian hujan ekstrem. Frekuensi kejadian hujan ekstrem dihitung di 31 stasiun penakar curah hujan selama periode 1981-2015. Untuk melihat pola spasial frekuensi hujan ekstrem di Kabupaten Kebumen digunakan metode fix threshold (MFT) dan site specific threshold (MSST). Perbandingan dua metode hujan ekstrem bertujuan untuk memprediksi dan meminimalisir dampak kejadian longsor yang dipicu oleh hujan ekstrem. Pola spasial dianalisis berdasarkan wilayah ketinggian dan jarak dari garis pantai, kemudian divalidasi dengan wilayah kejadian longsor. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa MFT merupakan metode terbaik dalam menggambarkan kejadian hujan ekstrem di Kabupaten Kebumen. Kejadian hujan ekstrem sebesar 50 mm sudah cukup untuk memicu terjadinya longsor di Kabupaten Kebumen. ...... Kebumen Regency is attributed with high rainfall rate that cause high potential to extreme rainfall events. The frequency of extreme rainfall events calculated in 31 rain stations during the 1981-2015 period. The Fix Threshold Method (FTM) and Site Specific Threshold Method (SSTM) are used to see the spatial pattern of frequency of extreme rainfall in Kebumen Regency. Comparison between the two methods aims to predict and minimize the impact of the landslide event which triggered by extreme rainfall events. Spatial pattern has been analyzed based on region altitude and distance from the coastline, and validated by landslide occurances. The result showed that FTM is the best method to describe extreme rainfall event in Kebumen Regency. Extreme rainfall event around 50 mm is enough to trigger landslide in Kebumen Regency.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mawaddatun Niswah
Abstrak :
Perubahan iklim terhadap dinamika atmosfer telah mempengaruhi terjadinya peningkatan fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah dunia, termasuk Probolinggo. Mengidentifikasi pola spasial dan kecenderungan hujan ekstrem di Probolinggo merupakan tujuan dari penelitian ini. Data curah hujan harian di 55 stasiun penakar curah hujan periode 1990-2015 digunakan untuk mengetahui frekuensi kejadian hujan ekstrem di Probolinggo menggunakan metode fix threshold (MFT) dan metode site specific threshold (MSST). Analisis spasial deskriptif digunakan untuk membandingkan pola spasial dua metode tersebut berdasarkan wilayah ketinggian dan jarak dari garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa wilayah pegunungan di selatan Probolinggo yang jauh dari garis pantai memiliki frekuensi hujan ekstrem tertinggi. Pada wilayah pesisir Probolinggo terdapat ambang batas hujan ekstrem berdasarkan MSST yang nilainya kurang dari ambang batas MFT. Secara umum, frekuensi kejadian hujan ekstrem di Probolinggo memiliki kecenderungan meningkat di wilayah pegunungan. ...... Climate change on the dynamics of the atmosphere have influenced the increase of extreme weather phenomena in various regions of the world, including Probolinggo. Spatial patterns and trends in extreme rainfall in Probolinggo is the purpose of this study. The frequency of extreme rainfall events in Probolinggo calculated from daily rainfall data in 55 rainfall stations period 1990-2015. The method used are Fix Threshold Method (FTM) and Site Specific Threshold Method (SSTM). Comparison between the spatial patterns of of the two methods analyzed by altitude and distance from the coastline. The results showed that the mountains area has the highest frequency of extreme rainfall. In coastal area there are threshold extreme rainfall by SSTM whose value less than threshold FTM. Generally, the highest frequency of extreme rainfall events in Probolinggo increase especially in the mountain area.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library