Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yogyakarta : Genta Publishing, 2018
121 ETO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Imelda
"Artikel yang berjudul‚ Legalisasi Pernikahan Sejenis dalam Perspektif Hukum Moral John Calvin‛ ini pertama-tama akan menjelaskan sekilas mengenai fakta LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender), etika situasi sebagai dasar pembenaran, dan komunitas yang memperjuangkan legalisasi pernikahan sejenis. Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai dasar yang dipergunakan sebagai pembenaran legalisasi pernikahan sejenis. Setelah itu penulis akan melakukan tinjauan terhadap hukum moral John Calvin untuk menyoroti, apakah dasar yang dijadikan pembenaran pernikahan sejenis itu tepat atau tidak. Temuan dalam tulisan ini, legalisasi pernikahan sejenis tidak memiliki landasan yang sesuai dengan hukum moral Calvin, dan karena itu tidak dapat diterima oleh gereja."
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2016
SODE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febiana Rima
"Gending merupakan salah satu tradisi bernyanyi yang tidak pernah ditinggalkan oleh orang Jawa. Dalam budaya Jawa, gending bukan sekedar artefak yang menggambarkan jiwa estetis orang Jawa tetapi di dalam gending ada nasihatnasihat bijak dan cara berpikir filosofis yang akan diajarkan kepada anak-anak generasi penerusnya tentang bagaimana sejatinya manusia harus hidup. Menghargai alam, menjaga relasi antar sesama manusia dan membangun kesadaran diri sebagai manusia merupakan inti ajaran dari seni tersebut. Macapat adalah salah satu jenis gending Jawa berisi kumpulan lagu. Macapat muncul pada akhir Majapahit saat mulainya pengaruh Walisanga di Jawa Tengah sedangkan di Jawa Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Tujuan dari tulisan ini adalah memperkenalkan Macapat sebagai ajaran tentang tentang hidup yang baik melalui menghargai hidup bersama semua makluk hidup."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2015
300 RJES 20:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sopa Merim Pemere
"Penilaian moral terhadap hewan, mengharuskan penelusuran kembali metafisis moral, yang merupakan reason dari manusia. Moral adalah fitur yang dimiliki manusia sebagai pendoman atas baik-buruk, benar-salah, etis-tidak etisnya tindakan manusia, yang merupakan bagian dari kesadaran manusia terhadap kediriannya serta nilai-nilai kebaikan. Moral merupakan faktor utama yang membentuk distingsi manusia dan hewan, dan menjadikan penilaian akan moral itu sendiri berbeda antara dengan manusia sebagai moral being, dan hewan non-moral being. Penilaian etis terhadap manusia, mewajibkan pelandasan penilaian tersebut pada hukum moral, yang terbentuk atas dialog dan persetujuan yang dilakukan moral being. Berbeda dengan penilaian etis terhadap hewan, hukum moral tidak dapat dihadirkan, akibat hewan memiliki keterbatasan yang lebih dalam kemampuan kongnitifnya, hingga tidak dapat menyuarakan kediriannya dalam dialog moral. Sehingga penilaian kita terhadap hewan hanya dapat dihubungkan dengan komponen-komponen perasaan moral yaitu virtue, simpati, dan piety. Dan perasaan moral tersebut akan merujuk kembali pada faktor-faktor kekerabatan spesies dan kesamaan-kesamaan yang dimiliki. Penilaian etis terhadap hewan merupakan hal yang sifatnya partikular, dan tetap mengharuskan adanya pendekatan berdasarkan kepentingan yang juga dimiliki hewan.
......A moral judgment on animal, require us to trace back the metaphysics of moral which act as man's reason. Morale is man's features that act as a guidance on the good-bad, right-wrong, ethical-non-ethical of human's behavior. It is a part of human‟s consciousness of its being and its virtue. Morale is the main factor that distinct man and animal, and therefore the moral judgment itself differ between man as a moral being and animal as a non-moral being. An ethical judgment on man requires a foundation on moral law that is formed from a dialog and agreement done between moral beings. In ethical judgment on animal, we can‟t bring moral law as its foundation for animal have a limitation on its cognitive abilities; therefore, it can‟t express itself as a being in a moral dialog. In making a judgment on animal, we can only connect by components of moral sentiment, which are virtue, sympathy, and piety, and those moral sentiments will refer back on its species relation factor and the similarities they share. An ethical judgment on animal is of particular nature, and still requires an approach based on an interest that is also owned by animals.;A moral judgment on animal, require us to trace back the metaphysics of moral which act as man's reason. Morale is man's features that act as a guidance on the good-bad, right-wrong, ethical-non-ethical of human's behavior. It is a part of human‟s consciousness of its being and its virtue. Morale is the main factor that distinct man and animal, and therefore the moral judgment itself differ between man as a moral being and animal as a non-moral being. An ethical judgment on man requires a foundation on moral law that is formed from a dialog and agreement done between moral beings. In ethical judgment on animal, we can‟t bring moral law as its foundation for animal have a limitation on its cognitive abilities; therefore, it can‟t express itself as a being in a moral dialog. In making a judgment on animal, we can only connect by components of moral sentiment, which are virtue, sympathy, and piety, and those moral sentiments will refer back on its species relation factor and the similarities they share. An ethical judgment on animal is of particular nature, and still requires an approach based on
an interest that is also owned by animals."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library