Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lidya Natasya
Abstrak :

Dalam beberapa dekade terakhir, keterlibatan perempuan dalam angkatan kerja telah meningkat secara dramatis, dikaitkan dengan pembebasan pilihan perempuan tentang bagaimana mengalokasikan waktu mereka, dimungkinkan dengan perkembangan terbaru bidang medis dan teknologi. Namun, pada periode waktu yang sama, tingkat kesuburan telah mencapai rekor terendah. Diduga bahwa perempuan memiliki anak lebih sedikit karena anak-anak saat ini menyebabkan penurunan substansial dalam upah perempuan sebagai akibat dari nterupsi karier perempuan pada usia paling produktif. Studi ini berusaha untuk memastikan hubungan antara anak-anak dan upah perempuan dengan memanfaatkan data panel yang bersumber dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) untuk tahun 2007 dan 2014. Temuan menunjukkan bahwa bagi perempuan Indonesia, anak-anak memiliki efek negatif pada upah perempuan, menunjukkan hukuman upah ibu untuk ibu yang bekerja., namun efek yang dihasilkan lemah.  Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan upah yang substansial bagi perempuan adalah usia pada saat menikah pertama kali dan status pegawai negeri sipil. Untuk pengalaman kerja, faktor yang berpengaruh signifikan adalah jam kerja per minggu dan pendidikan.


In recent decades, women's involvement in the workforce has risen dramatically, attributing to the liberation of women’s choice on how to allocate their time, made possible with recent developments medical fields and technology. However, at the same time period, fertility has reached a record low. It is suspected that women are having fewer children because today’s children causes a substantial reparation in women’s wages as a result interrupting womens career at their most productive age. This study sought to ascertain the relationship between children and womens’s wages by utilizing panel data sourced from Indonesian Family Life Survey (IFLS) for the year 2007 and 2014. Findings suggest that for Indonesian women, children do have a negative effect on women’s wages, indicating a motherhood wage penalty for working mothers. The result is in line with numerous studies done in the past. However, the effect generated is weak. Factors that contribute to a substantial wage gain for women are age at first married and PNS. For job experience, factors that significantly affect it are working hours per week and education.

2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Anatassia Ansaputri
Abstrak :
Isu kesenjangan upah ibu merupakan salah satu kontributor utama yang memperluas jurang kesenjangan upah antar jender. Dalam melakukan analisis terkait kesenjangan upah ibu, penting untuk mengkonsiderasi karakteristik jenis pekerjaan karena jenis pekerjaan yang berbeda membutuhkan keterampilan yang berbeda serta memiliki hak dan kewajiban ketenagakerjaan yang berbeda. Dengan menggunakan data SAKERNAS 2020, studi ini menganalisis kesenjangan upah ibu berdasarkan jenis pekerjaan profesional (kerah putih) dan non-profesional (kerah abu-abu dan kerah biru). Metode dekomposisi Oaxaca Blinder dan RIF-Oaxaca digunakan untuk melihat besar kesenjangan dan perbedaan pola yang terbentuk antar jenis pekerjaan yang berbeda (between group) serta antar kuintil upah yang berbeda (within group). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat indikasi kesenjangan upah ibu tidak terjadi atau kecil terjadi di pekerjaan kerah putih (profesional) dibandingkan dengan pekerjaan kerah abu-abu dan biru (non-profesional). Kesenjangan upah ibu yang terjadi tersebut sebagian besar disebabkan karena faktor perbedaan produktivitas dan karakteristik antara ibu dan non-ibu di dunia kerja. Selain itu, di kerah abu-abu ditemukan fenomena sticky wage atau semakin kecil kuintil distribusi upah maka akan semakin besar kesenjangan upah yang terjadi, sebaliknya di kerah biru terjadi fenoma glass ceiling atau semakin besar kuintil distribusi upah maka akan semakin besar kesenjangan upah yang terjadi. ......The issue of the motherhood wage gap is one of the main contributors that widen the gender wage gap. To analyse the motherhood wage gap, it is important to consider the characteristics of the occupations because different occupations require different skills and provide different privileges, labor rights, and demands for workloads. Using SAKERNAS 2020 data, this study analyses motherhood wage gap in professional (white-collar) and non-professional (grey-collar and blue-collar) occupations. The Oaxaca Blinder and RIF-Oaxaca decomposition methods were used to see the size of the gap and the different patterns formed between different types of occupations (between groups) and different wage quintiles for the same occupations (within groups). The results of this study indicate that motherhood wage gap is less likely to occur in white-collar jobs (professional) compared to gray-collar and blue-collar jobs (non-professional). The gap that occurs is largely due to differences in productivity and characteristics between mothers and non-mothers in the workplace. In addition, there is sticky wage phenomenon or the smaller the quintile of the wage distribution, the larger the wage gap will be in grey-collar jobs. On the contrary, glass ceiling is often found in blue-collar jobs.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library