Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Razak Achmad Hamzah
"ABSTRACT
The aim of this study is to determine, the comparison of absorption by aquatic plants Hydrilla verticillata and Water hyacinth (Eichhomia crassipes) of malathion insecticide residues in water and comparison of malathion concentration
in tissues of fish fed with of contaminated water plants
(Water hyacinth) with tissues
of fish, which was not fed
contaminated water plant. The effect of heating the contaminated
fish tissue, on its level in tissues of rats that consume it.
For the first experiment (aquarium filled with 3 litre of water +H. verticillata
100 gr + Water hyacinth 100 gr + 20uci14
C-labeled malathion); for the second experiment (the first aquarium filled with 3 litre of water + 30 tails of goldfish + 20 uci14
C-labeled malathion; second aquarium filled with 3 litre of water + Water hyacinth 100 gr + 30 tail of goldfist + 20 uci 14
C ?labeled malathion. For the third experiment (most of contaminated fish tissue in the second
experiment was dried
at room temperature and then given to 30 mice and partly heated and then given to another 30
mice). Malathion levels were then analyzed by using a liquid scintillation counter LSC-753 (Aloka). The results of all
treatments were compared using the Student t-test. It can be concluded, H. verticillata
was more efficient compared to
the enceng gondok in absorbing the insecticide malathion residues in water; malathion concentration in the tissues of
fish fed Water hyacinth was higher than those of fish not fed Water hyacinth; contaminated fish tissue residues of
malathion, although be heated, can not be
lowered significantly, levels in the tissue. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan;Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Razak Achmad Hamzah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jalur (pathway) dari insektisida malathion dari lingkungan akuatik (air) ke
tumbuhan akuatik atau hewan akuatik di sekitarnya, kemudian dari hewan akuatik ke mammalia darat (tikus) dengan
menggunakan malathion yang telah diberi label (malathion radioisotope 14C). Penelitian tingkat pertama, akan dicari
jalur perjalanan malathion dari lingkungan perairan ke tumbuhan air (yaitu Hydrilla verticillata) dan hewan akuatik
(yaitu ikan mas). Kemudian pada penelitian tingkat ke dua akan dilihat jalur perjalanan malathion dari hewan akuatik
(ikan mas) ke mammalia darat (tikus). Penelitian tingkat ketiga, akan dipantau pengaruh negatif dari pencemaran
insektisida malathion 96 EC pada sayuran di Indonesia, terhadap organ tikus (hati dan otak). Hasil yang didapat dari
semua hewan perlakuan dibandingkan dengan kontrol dengan menggunakan uji-t Student. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa residu insektisida malathion di perairan dapat diserap oleh tumbuhan air dan dapat memasuki
tubuh dan atau organ hewan akuatik atau melalui mata rantai makanan, dan masuk secara langsung melalui insang,
sisik, kulit. Residu malathion juga dapat masuk ke dalam tubuh mammalia darat (tikus) melalui matarantai makanan,
yaitu dengan konsumsi ikan atau tumbuhan air yang terkontaminasi. Penelitian ini juga membuktikan bahwa dosis
pencemaran insektisida malathion pada sayuran di Indonesia, bila dikonsumsi selama 60 hari berturut-turut dapat
menimbulkan kerusakan yang nyata pada hati, tetapi tidak secara nyata menimbulkan kerusakan pada otak tikus.
This
research was aimed to settle on the pathway of insecticide contamination in the aquatic environment forwarding toward
aquatic plants and animals by using radioisotope 14C labelled malathion. Then by using the same labelled malathion, its
pathway to the mammals, i.e. mice, was also determined. The first step of the research was aimed to detect the pathway
of malathion residues in water moving toward aquatic plants i.e. Hydrilla verticillata and aquatic animals i.e. fishes.
Subsequently, in the second step of the research, the pathway of this labelled malathion from aquatic animals (fish) to
mammals (mice). Then, in the third step of this research, the influence of polluting dose of malathion 96 EC, which was
frequently found in vegetables in Indonesia, on the mammals? organ i.e. liver and brain of mice. All of the treatments?
results were compared to the controls? using Student t-test. Analysis of the results showed that the residual insecticide
can be absorbed by the aquatic plans and then entered the fish body through food chain, and also through the gills, skin,
scales. Furthermore, it was substantiated that the mammals obtained residual malathion through its food chain, that is,
when the fishes were eaten by the mice or other mammals. The concentration of the insecticide observed, malathion,
absorbed by water plants, fish organ and mice organ found to be different. This study also proved that the concentration
dose of malathion found in vegetables in Indonesia can cause abnormality in the livers of the mice, if it was taken
consecutively for 60 days. It was also shown in this study that the brains of the treated mice did not show any
significant abnormality."
[Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan], 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Kyla Izzani Putri
"Lindi yang mengandung logam berat, merupakan permasalahan yang berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat. Fasilitas pengolahan lindi di TPA Cipayung sudah tidak beroperasi sejak 2019, sehingga lindi langsung mengalir ke Sungai Pesanggrahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lindi, jenis tanaman, potensi fitoremediasi, serta risiko pencemaran Mn dan Pb terhadap masyarakat. Lindi TPA Cipayung mempunyai konsentrasi Mn 4,38 mg/l dan Pb 4,92 mg/l. Penelitian dilakukan dengan metode Range Finding Test/RFT (50%) dan dilanjutkan metode fitoremediasi dengan variasi berat tanaman (300 g, 600 g, dan 900 g) serta jenis tanaman (kangkung air/Ipomoea aquatica dan Hydrilla verticillata). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tanaman mampu mereduksi Mn dan Pb dengan penurunan terbaik pada kangkung air 900 g sebesar 0,46 mg/l Mn dan 0,73 mg/l Pb serta Hydrilla verticillata 300 g sebesar 0,36 mg/l Mn dan 1,4 mg/l Pb. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berat tanaman berkorelasi lemah (r=0,392; 0,012) dan tidak signifikan (sig.=0,058; 0,955), sementara jenis tanaman berkorelasi kuat (r=-0,819; -0,494) dan signifikan (sig.=0,000; 0,014) terhadap nilai Mn dan Pb. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat risiko yang diterima masyarakat terkategori rendah (HQ<1). Secara keseluruhan, Hydrilla verticillata lebih efektif dalam menurunkan logam Mn dan Pb pada lindi TPA Cipayung.

Leachate that contains heavy metals is harmful to the environment and society. The leachate treatment facility at Cipayung Landfill hasn’t been operating since 2019, so the leachate flows directly into the Pesanggrahan River. This study aims to analyze characteristics of leachate, plant species, phytoremediation potential, and risk of Mn and Pb pollution to human. Leachate of Cipayung Landfill had concentrations of Mn 4,38 mg/l and Pb 4,92 mg/l. This study was conducted using Range Finding Test/RFT (50%) and phytoremediation with variation of weight (300 g, 600 g, and 900 g) and species (Ipomoea aquatica and Hydrilla verticillata). The results showed both plantswere able to reduce heavy metal contaminants with the best reduction of Ipomoea aquatica 900 greduced 0,46 mg/l Mn and 0,73 mg/l Pb, and Hydrilla verticillata 300 greduced 0,36 mg/l Mn and 1,4 mg/l Pb. The statistical analysis indicated that the variation of weight had weak correlation (r=0,392;0,012) and wasn’t statistically significant (sig.=0,058;0,955), while the species showed strong significant (r=-0,819;-0,494) and was statistically significant (sig.=0,000;0,014) to the values of Mn and Pb. The analysis results showed that the impact of risk to human was classified as low (HQ<1). Overall, Hydrilla verticillata was more effective plant in reducing Mn and Pb in the leachate of Cipayung Landfill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Susanna
"ABSTRAK
Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan taraf hidup masyarakat akan meningkat. Tetapi di samping tujuan tersebut terdapat efek sampingan yang perlu dipikirkan yaitu timbulnya limbah. Limbah tersebut dapat berupa cair, padat dan gas. Limbah cair khususnya yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian yang serius karena mempunyai sifat racun, tidak dapat diuraikan oleh alam dan dapat berakumulasi dalam tubuh makhluk hidup. Pengolahan limbah yang mengandung logam berat dapat dilakukan secara biologis dengan menggunakan tanaman air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa.kah Azolla pinnata R.Br dan Hydrilla verticillata dapat dipergunakan untuk mengurangi kandungan logam Pb dan Cd dan air limbah industri.
Penelitian eksperimental ini dilakukan di laboratarium dengan membuat tiga perlakuan. Perlakuan pertama dengan menggunakan Azolla pinnata R.Br, perlakuan kedua dengan Hydrilla verticillata dan perlakuan ketiga menggunakan kedua tanaman tersebut. Tiap-tiap perlakuan dibuat tiga macam konsentrasi air yaitu 75%, 62, 5 % dan 50% dan kontrol dengan menggunakan air bersih, masing-masing tiga ulangan (replikasi) kecuali kontrol. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari selama lima belas hari terhadap variabel utama yaitu kandungan logam Pb dan Cd dalam tanaman dan variabel lainnya seperti, pertumbuhan relatif tanaman, pH air, salinitas air dan suhu air.
Dengan menggunakan taraf kepercayaan 5 % diperoleh hasil analisa statistik sebagai berikut: konsentrasi air limbah tidak berpengaruh terhadap penyerapan logam Pb dan Cd oleh A. pinnata dan H. verticillata. Makin lama waktu pengamatan pada perlakuan pertama kemampuan , pinnat. menyerap logam Cd cenderung meningkat, pada perlakuan kedua kemampuan H. vertici11ata menyerap logam Pb cenderung meningkat, sedangkan pada perlakuan ketiga kemampuan A. pinnata menyerap logam Pb cenderung meningkat, kemampuan N. verticil1ata menyerap logam Pb dan Cd cenderung makin besar. Pada konsentrasi air limbah yang sama kemampuan A. pinnata, menyerap Cd perlakuan pertama lebih besar dari perlakuan ketiga, kemampuan H. verticillata menyerap Pb perlakuan kedua lebih besar dari perlakuan ketiga.
Penyerapan logam Pb pada ketiga perlakuan adalah berbeda (alfa = 5 %), dengan nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaiiu 0,6060 ppm. Sedangkan penyerapan logam Cd tidak berbeda antara perlakuan kedua dan perlakuan ketiga pada taraf kepercayaan 5,83 %, tetapi nilai rata-rata terbesar adalah perlakuan kedua yaitu 0,0774 ppm. Dengan demikian perlakuan yang paling balk untuk penyerapan logam Pb da Cd adalah perlakuan kedua yaitu dengan menggunakan H. verticillata saja dengan kondisi awal konsentrasi air limbah 75 % atau kandungan Pb sebesar 1,89 ppm dan Cd sebesar 0,135 ppm. Tetapi bila sukar menemukan H. verticillata maka disarankan menggunakan A. pinnata yang dipelihara sendiri."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library