Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febria Yunita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Indirawati
"Penyusunan modul pelatihan pembentukan identitas diri remaja ini dilakukan berawal dari Igeprihatinan penulis dengan keadaan remaja kita yang banyak melakukan perilaku yang kurang baik. Padahal jika disadari, berbagai perilaku negatif tersebut dilakukan rernaja karena mereka masih bingung dengan siapa dirinya dan bagaimana peran yang harus dilakukannya dalam masyarakat. Jadi pemtasalahan seputar pembentukan identitas diri adalah sejauhmana remaja bisa menentukan peranan sosial yang akan dipilihnya dalam kehidupan selanjutnya (Atkinson, Atkinson, dan Hilgrad, 1996). Oleh karena ilu, penulis melihat diperlukannya sebuah pelatihan unttlk rnembekali remaja dalam membentuk identitas dirinya melalui berbagai materi yang berkait erat dengan identitas diri. Pelatihan yang diranoang untuk dilakukan selama 2 hari ini akan diawali dengan pretest Q-sort yang mengukur sejauhmana konsep diri pada remaja telah terbentuk. Keniudian materi -materi yang akan disampaikan IVsecara berturutan adalah remaja seputar karalcteristik dan permasalahannya, teori psikososial Eriksonb yang akan membahas krisis identitas pada remaja, kecenderungan konformitas pada remaja yang berada dalam krisis identitas, kaimu amara idenmas diri dengan konseg din dan bagaimana membenwk konsep diri menjadi ideal. Setelah itu, sebulan kemudian para peserta diminta berkumpul kembali untuk mengikuti postes Q sort, untuk dilihat sejauhmana perkembangan konsep dirinya. Sebelumnya, penyusunan modul ini telah diujikan pada 3 orang sampel siswa yang berasal dari 3 sekolah yang berbeda, seorang siswa putri berasal dari SMU Labschool, seorang siswa putri lain bersekolah di SMU Diponegoro, Rawamangun serta seorang siswa putra berasal dari SMUN 12 Utan Kayu. Dua orang peserta telah duduk dibangku kelas 3 SMU sedangkan seorang lagi duduk di kelas 2 SMU. Uji coba dilakukan selama 2 hari, disesuaikan dengan jadwal yang ada pada rancangan modul pelatihan, meskipun walctunya lebih dipersingkat karena pesertanya yang hanya 3 orang. Hasilnya secara umum para peserta memiliki sikap positif dan rnerasa perlu diadakannya pelatihan ini bagi remaja seusia mereka, karena dapat rnenambah wawasan berpikir mereka dan pengenalan mereka terhadap diri sendiri. Selanjutnya saran untuk perbaikan program pelatihan ini dimasa mendatang adalah mencari metode permainan yang lebih bervariasi, memasukkan juga teori rogers sebagai landasan teori Q sort yang digunakan pada pretest dan postst, mengenalkan adanya heterogenitas dalam kehidupan nyata pada remaja, menyusun lémbar evaluasi yang dapat mengevaluasi isi materi yang disampaikan dengan lebih mendalam, menyajikan satu atau dua materi saja agar dapat efektif. Selain ilu, peran observer dan instruktur juga diperlukan dalam pelaksanaan pelatihan Akhimya penyusunan modul ini dihafapkan dapat bermanfaat bagi para remaja dalam membentuk identitas diri yang efektif demi memperbaiki kualitas perilaku dan kehidupan mereka di masa depan. Karena ditangan pemudalah, kepemimpinanan masayarakat bangsa ini akan diletakkan. Semoga hasil penelitian ini dapat mendorong munculnya berbagai gagasan lain yang lebih baik dalam membantu remaja menjalani kehidupannya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38375
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta dan mengetahui perbedaan antara elemen ekspektasi sosial dan status identitas berdasarkan kategori usia (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Pengukuran identitas diri dilakukan dengan menggunakan alat ukur Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II) yang dikembangkan oleh Adams (1998). Pengukuran ekspektasi sosial dilakukan dengan menggunakan alat ukur Social Expectation Scale yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Partisipan penelitian berjumlah 190 orang yang bertempat tinggal di enam wilayah bagian DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ekspektasi sosial dengan identitas diri pada remaja di DKI Jakarta. Selain itu, juga ditemukan perbedaan yang signifikan antar kategori usia pada elemen ekspektasi keluarga dan elemen ekspektasi teman sebaya. Untuk identitas diri, terdapat perbedaan yang signifikan pada status identitas achievement dan status identitas diffusion dengan kategori usia. Pada status identitas achievement dan status identitas diffusion sama-sama terdapat perbedaan yang signifikan antara early adolescents dengan late adolescents, serta terdapat perbedaan yang signifikan juga antara kategori usia late adolescence dengan middle adolescents. Saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melihat bagaimana peran gender terhadap identitas diri, dan bagaimana hubungan pola asuh orangtua dan tokoh idola terhadap identitas diri pada remaja.

This research objective is to explore the correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta, and also to know the difference between social expectation status and self identity status based on their age categories (early adolescents, middle adolescents, dan late adolescents). Measuring self identity is done by using the Extended Objective Measure of Ego-Identity Status (EOM-EIS II), which is a measuring tool developed by Adams (1998). Measuring social expectation is done by using the Social Expectation Scale, which is a measuring tool developed by the researcher. The number of participants of this research is 190, and also currently living in six areas of DKI Jakarta, which is Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, and Kepulauan Seribu.
By using Pearson Correlations's statistic technique, it is foundes that there is a significant correlation between social expectation and self identity among adolescents in DKI Jakarta. Based on the reaults of statistic analysis using Post Hoc Test, it is also founded on elements of social expectation that there is a significant difference between the element of family expectations and element of friends expectations in the age category of adolescents. On the other hand, in identity status, there is a significant difference in identity achievement status and identity diffusion status with the age category of adolescents. In identity achievement status and identity diffusion status there are significant difference between early adolescents and late adolescents, and also there are significant difference between late adolescence and middle adolescents. Suggestions for further research are how the role of gender, and how the relationship between parenting style and model figures of the self identity in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melodi Aulia
"Kecanduan merupakan suatu istilah yang digunakan apabila sesuatu hal dilakukan secara berulang-ulang dengan frekuensi yang tidak sedikit dan akan memberikan dampak tersendiri. Dampak yang dimaksud dapat berupa dampak positif dan negatif. Kecanduan idol Korea yang sedang marak terjadi di masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri, tentulah tidak mengenal usia, termasuk ke remaja yang ada di Indonesia, di mana diusia remaja ini sedang berada di tahap perkembangan mencari identitas diri yang membuat dirinya merasa nyaman (Stuart, 2013). Kecanduan idol Korea ini dapat memengaruhi pembentukan konsep diri dan efikasi diri pada remaja. Bagi remaja yang menyukai idol Korea dan memiliki konsep diri serta efikasi diri yang tinggi, biasanya dalam berperilaku dan berpenampilan, ada campur tangan dari idol Korea yang dikagumi karena merasa idol Korea ini sebagai role model dalam menjalani kehidupan dan membentuk identitas diri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kecanduan idol Korea terhadap konsep diri dan efikasi diri pada remaja yang berdomisili di Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan atau desain cross sectional dan dalam pengambilan data menggunakan teknik snowball sampling serta accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 387 responden berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Lemeshow. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kecanduan idol Korea terhadap konsep diri pada remaja (p = < 0,001; α= 0,05). Maka dapat dikatakan pula hipotesis dalam penelitian ini adalah H0 ditolak dan Ha diterima. Selain itu,tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kecanduan idol Korea terhadap efikasi diri pada remaja (p = 0,549; α= 0,05). Maka dapat dikatakan pula hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha ditolak dan H0 diterima.

Addiction is a term used when something is done repeatedly with a frequency that is not small and will have its own impact. The impact in question can be in the form of positive and negative impacts. The addiction to Korean idols, which is currently rife in society both at home and abroad, certainly knows no age, including teenagers in Indonesia, where at this age they are in the developmental stage of looking for a self-identity that makes them feel comfortable (Stuart, 2013). This Korean idol addiction can affect the formation of self-concept and self-efficacy in adolescents. For teenagers who like Korean idols and have high self-concept and self-efficacy, usually in behavior and appearance, there is interference from Korean idols who are admired because they feel that Korean idols are role models in living life and forming their identity. This study aims to determine the relationship between Korean idol addiction to self-concept and self-efficacy in adolescents who live in Jakarta. The research was conducted using a quantitative method with a cross sectional approach or design and in collecting data using a snowball sampling technique and accidental sampling with a total of 387 respondents based on calculations using the Lemeshow formula. The results of this study indicate that there is a significant relationship between addiction to Korean idols and self-concept in adolescents (p = < 0.001; α = 0.05). So it can also be said that the hypothesis in this study is that H0 is rejected and Ha is accepted. In addition, there is no significant relationship between Korean idol addiction and self-efficacy in adolescents (p = 0.549; α = 0.05). So it can also be said that the hypothesis in this study is that Ha is rejected and H0 is accepted."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library