Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gladys Amelita
"Artikel ini menggambarkan suatu bentuk negosiasi identitas spesifik untuk imigran Muslim wanita yang tinggal di Amerika Serikat, seperti yang digambarkan dalam film Amira and Sam (2014). Film ini menunjukkan bagaimana Amira menegosiasikan identitasnya sebagai seorang imigran Muslim wanita dari Irak di Amerika Serikat dengan bagaimana dia berpakaian dan berperilaku dalam masyarakat barat. Jilbab yang Amira pakai berbeda mempunyai arti yang berbeda berdasarkan pada bagaimana jilbab itu dipakai dan dipersepsikan. Artikel ini menggunakan studi analisis tekstual dalam menganalisis filmnya, dan teori negosiasi identitas dari Ting- Toomey (2005). Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis unsur-unsur film untuk menentukan negosiasi identitas oleh Amira yang digambarkan dalam produksi tersebut. Proses negosiasi identitasnya melibatkan faktor-faktor sosial, geografis, dan agama. Artikel ini menemukan bahwa Amira telah berhasil melakukan negosiasi identitasnya, yang memungkinkannya untuk menempatkan dirinya dalam budaya barat. Namun dalam melakukannya, Amira mengambil risiko dalam penerimaan sosial dan hubungan pribadi dalam upaya untuk menilai kembali nilai-nilai pada agama Islam-nya.
This article illustrates a form of identity negotiation specific to immigrant Muslim women who live in the United States, as depicted in the movie Amira & Sam (2014). This movie shows how Amira negotiates her identity as an immigrant Muslim woman from Iraq in the United States by the way she dresses and behaves in the western society. The hijab that Amira wears differs in meaning based on how it is worn and perceived. This article draws upon the movie using a textual analysis study, and the theory of identity negotiation by Ting- Toomey (2005). The intention of this article is to analyze the elements of the movie to determine Amira?s negotiated identity depicted in that production. The process of her negotiation involves social, geographic, and religious factors. This article finds that Amira has succeeded in negotiating her identity, which allows her to situate herself in western culture. However in doing so, Amira risks social acceptance and personal relationships in the attempt to reassess her Islamic values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hasty Larasati
"Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana orang menilai kulitnya, apakah dinilai cantik atau jelek. Hingga saat ini, cantik masih diasosiasikan dengan kulit putih, salah satunya menurut orang-orang Indonesia. Hal ini menjadi penting karena bagaimana kita merepresentasikan diri sendiri berkaitan dengan identitas kita− siapa kita dan bagaimana kita ingin dilihat. Perilaku orang kulit hitam entah percaya diri dengan kulitnya ataupun tidak, adalah cara mereka untuk merepresentasikan dirinya yang didapatkan dari negosiasi identitas. Tetapi diantara orang kulit hitam, ada yang secara percaya diri merepresentasikan dirinya melawan diskursus tentang kecantikan atau counter-discourse.
Literatur terdahulu menjelaskan ada dua alasan terjadinya hal tersebut, yaitu: rekognisi dan negosiasi. Rekognisi adalah saat aktor berjuang melawan diskursus, sementara negosiasi adalah saat aktor menegosiasikan apa yang ia miliki. Argumen dalam penelitian ini adalah perempuan bisa menolak diskursus karena negosiasi, mereka memiliki pilihan dan otonomi atas tubuhnya. Mereka juga bisa menolak diskursus karena memiliki kekuatan, yaitu melalui kekuatan tawar menawar.
Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap sembilan informan. Informan yang masuk dalam kriteria adalah perempuan dengan usia 16 - 24 tahun karena rentang usia tersebut adalah rentang usia dengan penggunaan internet yang besar. Klasifikasi warna kulit untuk pemilihan informan didasarkan dengan skala warna kulit Fitzpatrick.
Hasil penelitian menemukan tujuh dari sembilan informan telah menolak diskursus kecantikan. Informan juga menjelaskan bagaimana kepribadian atau kemampuan mereka bisa menjadi kekuatan tukar menukar mereka yang mempermudah untuk menolak diskursus kecantikan. Selain itu, informan telah melakukan negosiasi identitas dari menerima diskursus tentang warna kulit yang diinginkan hingga menolaknya. Hal ini bukanlah proses secara tiba-tiba, tetapi dibutuhkan peran dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kesadaran diri sendiri tentang cantik, sementara faktor eksternal berasal dari sosialisasi keluarga, teman atau media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Iik Firdhausi
"Penelitian ini membahas mengenai negosiasi identitas yang terjadi dalam interaksi sosial daring dalam jaringan atau yang biasa disebut dengan online melalui Facebook. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan dibedah melalui metode studi kasus, penelitian ini menemukan bahwa remaja SKR Sekolah Kita Rumpin dengan latar belakang sosial, ekonomi dan kondisi traumatis melakukan negosiasi identitas dalam kegiatan interaksi sosial daringnya. Penelitian ini menggunakan Teori Negosiasi Identitas dari Stella Ting-Toomey dan Konsep Diri untuk melihat bagaimana identitas yang ditampilkan dalam facebook setelah melalui proses negosiasi identitas.
Hasil dari penelitian ini adalah, melalui medium daring, remaja SKR dapat menggunakan identitas alternatifnya yang dibangun berdasarkan interaksi sosial yang dimaknainya. Identitas memunculkan persona diri dan kontrol sosial yang terbangun melalui serangkaian proses negosiasi. Identitas juga merupakan konsekuensi dari adanya kedekatan personal, keragaman situasi, dan dimensi budaya. Kehadiran Sekolah Kita Rumpin sebagai sebuah komunitas di tengah perkembangan remaja memberikan implikasi yang cenderung positif bagi perkembangan identitas remaja.

This research mainly talk about identity negotiation happens in online social interaction through Facebook. By using qualitative method and phenomenology, this research finds that adolescents of SKR Sekolah Kita Rumpin with their backgrounds of social situation, economic, and psychology do identity negotiation with some results in their social interaction activities in Facebook. This research goes for deep analysis how adolescents perform their main and alternative identities in Facebook using Ting Toomey Identity Negotiation and Self Concept.
The result of this research is, through online medium, SKR adolescents could use their alternative identity that built based on meaning of social interaction. Identity show self persona and social control that built through a identity negotiation. Also, identity is consequence from personal proximity, diversity of situation, and cultural dimention. The existence of Sekolah Kita Rumpin as a community among the adolescents gives a positive implication for them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Alya Ramadhani
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas bagaimana penulis perempuan merepresentasikan kecantikannya dalam salah satu bentuk media baru bernama Madgalene. Melalui medium menulis, penelitian ini ingin melihat bagaimana kecantikan yang penulis perempuan representasikan untuk melawan nilai-nilai patriarki. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penulis perempuan merepresentasikan kecantikan dan tubuhnya dalam situs Magdalene guna menolak representasi kecantikan dan tubuh perempuan dalam diskursus arus utama. Kemudian, muncul identitas negosiasi sebagai bentuk tegangan antara tekanan yang datang pada perempuan dan sebagai bentuk kekuasaan perempuan akan tubuhnya. Selain itu, melalui proses menulis, penulis perempuan memperlihatkan positive body image sebagai bentuk apresiasi dan kecintaan terhadap tubuh perempuan. Penulis perempuan juga memperlihatkan kekuatan atas tubuhnya melalui redefinisi praktek-praktek kecantikan dan diri. Selain itu, penulis perempuan senantiasa menolak dikotomi tubuh perempuan dengan menganalisa ulang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

ABSTRACT
This research will discuss about how women writers represent their beauty in one of new media called Magdalene. Through writing, this research wants to look further how women represents their beauty to subvert patriarchal values. This research is qualitative research with critical paradigm. The result explained that women writers represents their beauty in Magdalene to subvert beauty and body representation in mainstream discourse. After that, appeared identity negotiation as tension from oppresion and at the same time power toward and from womens body. Besides that, through writing process, women writers showed positive body image as self love and apreciation to their body. Women Writers also showed power of their body through redefinition of beauty practices and self. Also, they subverts body dichotomy to reanalyze values in society. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Chaerani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang krisis identitas yang terjadi pada diaspora Korea di Rusia dan Asia Tengah. Krisis identitas ini mengakibatkan terjadi negosiasi dalam diri seseorang untuk menentukan identitas yang ia butuhkan. Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu yang hanya membahas novel Daramjwi dengan pendekatan struktural. Penulis beragumen bahwa krisis identitas terjadi karena tidak adanya usaha dari masyarakat ras asli yang dominan untuk mau berempati dengan ras minoritas pendatang. Argumen tersebut berbeda dengan studi-studi terdahulu yang menyebutkan bahwa diskriminasi terjadi karena ras minoritas dan peraturan penguasa saat itu yang tidak menerima migran datang ke Rusia. Penulis menggunakan metode studi pustaka dengan novel Daramjwi karangan Anatoli Kim sebagai korpus. Novel ini dipilih karena novel Daramjwi merupakan novel karangan seorang penulis representasi etnis Korea di Rusia. Penulis juga mengumpulkan data berupa sejarah diaspora Korea, biografi Anatoli Kim, dokumenter, dan berita yang terkait dengan penelitian untuk mendukung argumen. Penelitian ini menunjukkan bahwa krisis identitas terjadi karena diskriminasi yang terus menerus tanpa ada empati dari etnis asli Rusia.

ABSTRACT
This thesis discusses the identity crisis that occurred in the Korean diaspora in Russia and Central Asia. The identity crisis results in negotiations within a person to choose the identity he needs. This research is different from previous researches which only discussed Daramjwi with Structural Approach. I argue that the identity crisis occurs caused by the effortlessness of the dominant indigenous to empathize with minority race immigrants. The argument differs from previous studies which suggest that discrimination occurred because of the minority race problem and current ruling rules that did not accept migrants came to Russia. The author uses literature study method with Daramjwi by Anatoli Kim as the corpus. This novel was chosen because the novel was written by an author of Korean ethnic representation in Russia. I also collected data on Korean diaspora history, Anatoli Kim 39 s biography, documentaries, and news that were related to support the arguments. This study shows that the identity crisis occurs because of continuous discrimination without any empathy from ethnic native Russia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Hasna Shofiyya
"Tesis ini membahas tentang bentuk negosiasi identitas perempuan Muslim antara dirinya dan keluarga atau lingkungan sekitarnya terkait ideologinya yang menganut agnostisisme. Penelitian akan dilakukkan dengan melakukan analisis terhadap tiga artikel yang dipublikasikan di sebuah majalah-web yang bernama Magdalene.co. Analisis teks akan dilakukkan dengan menggunakan teknik analisis feminist stylistics yang dikemukakan oleh Sara Mills. Penelitian ini membuktikan bahwa merahasiakan identitas diri merupakan strategi negosiasi identitas diri sebagai seorang penganut agnostisisme yang dilakukan di dalam lingkup keluarganya yang masih konservatif. Meskipun demikian, konfrontasi juga perlu dilakukan untuk mencapai integrasi antara penulis dengan keluarganya. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa, berdasarkan artikel yang dipublikasikan, penulis belum mencapai hasil akhir dari negosiasi identitas yang dilakukan. Penulis belum mencapai hasil akhir berupa penerimaan dan pengakuan atas identitas penulis oleh keluarganya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa Magdalene.co sebagai sebuah media yang mengusung nilai feminisme, mampu menjadi ruang aman bagi audiensnya untuk beropini. Seperti dalam kolom komentar, di mana para pembaca dapat dengan bebas mengungkapkan pandangannya mengenai artikel yang dipublikasikan. Oleh karena itu, pada kolom inilah pertarungan ideologi dapat terjadi antar-pembaca atau terkadang dengan penulis artikel itu sendiri.

This thesis will be analyzing the process of negotiating a Muslim woman's identity who is also an agnostic in front of her family or relatives. This research will analyze three articles published in a feminist web magazine called Magdalene.co. Sara Mills'theory of feminist stylistics will be used as a device to analyze the articles. According to this research, keeping their agnostic identity as a secret is the common way of negotiating their identity towards their conservative family. However, to some extent the writers need to confront their family as a way to find integration between them. This research also shows that the writers have not reach the desired results from their identity negotiation. The final outcomes of identity negotiation are approval and acknowledgement of their identiti from their family or environment in general. This research also shows Magdalene.co's role as a feminist media to provide safe space for their audience, especially women, to elicit their opinon. The comment section is where the reader can speak up their mind about the articles published in Magdalene.co. Hence the ideological contention in the comment section between readers and sometimes the writers themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Gunawan
"ABSTRAK
Isu mengenai migran, terutama dalam proses penyesuaian diri di lingkungan tempat tinggal baru dan konflik kultural yang terjadi sebagai akibatnya, banyak diangkat menjadi tema film Jerman dekade terakhir ini. Salah satunya adalah film berjudul Shahada 2010 karya Burhan Qurbani. Film bergenre melodrama dengan durasi 88 menit ini menceritakan tiga orang anak muda muslim yang tinggal di Berlin dan harus berhadapan dengan hal-hal yang baru sehingga terjadi konflik dalam diri dan identitas mereka. Adegan dalam film akan dianalisis menggunakan konsep mengenai konstruksi identitas dari Stuart Hall. Konstruksi identitas yang dilihat adalah Islam sebagai keyakinan para migran dan pluralitas identitas muslim yang ditunjukkan mengenai Islam dari negosiasi yang terjadi antara ldquo;roots ldquo; dan ldquo;routes ldquo; para migran muslim dalam film ini. Melalui analisis film Shahada 2010 akan dilihat bagaimana konstruksi identitas migran muslim di Jerman ditampilkan.

ABSTRACT
The issues of migrant, mainly on the adaptation process and cultural conflict, have been used as Germany movie themes in the last decades. This undergraduate thesis focus on the identity construction of muslim migrant in a film named Shahada 2010 by Burhan Qurbani. This 88 minute melodrama genre film tells about three young Muslims who are living in Berlin and has to deal with new things, causing inter cultural clashes and causing conflicts within themselves and their identity. Each scene in this film will be analyzed using the concept of identity construction by Stuart Hall. The results of identity construction is pluralism in muslim identity shown by negotiation process between the ldquo roots ldquo and the ldquo routes ldquo of muslim migrant in this film. Through the analysis of Shahada film will be seen how the construction of Muslim migrant identity in Germany is represented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library