Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wetherell, Margaret
""The study of identities is one of the most important research areas in the social sciences, and has been for many decades. It is now a major inter-disciplinary area where the interests of psychologists, sociologists, anthropologists, geographers, historians, scholars in cultural studies, feminist studies, disability studies, ethnic studies and organization studies intersect. It is currently the topic through which debates about globalization, and trends such as individualization the nature of social subjectivity, diaspora and migration, conflict, and the psychosocial are increasingly conducted and focused. Given this breadth, the range of disciplines involved and the contemporary enthusiasm for identity research, a new systematization for the 21st century is overdue." "The SAGE Handbook of Identities codifies this complex interdisciplinary field, providing a comprehensive overview of the themes in contemporary research while still acknowledging the historical and philosophical significance of the concept of identity."--BOOK JACKET."
Thousand Oaks, CA: Sage, 2010
155.2 SAG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hoffstaedter, Gerhard
Conpenhagen: Nias Press, 2011
305.6 HOF m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Newman, David M.
New York: McGraw-Hill , 2012
305.097 3 NEW i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Abdul Aziz
"Makalah ini membahas penerjemahan istilah budaya Indonesia dalam novel Negeri 5 Menara. Alif Fikri adalah seorang santri di pesantren di Jawa Timur. Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah pergi ke luar dari Minangkabau. Dia harus naik bus selama tiga hari dan tiga malam dari Sumatera ke Jawa untuk tiba di pesantren di Jawa Timur. Hal ini karena ibunya ingin dia menjadi pemimpin agama seperti Buya Hamka meskipun Alif ingin menjadi seorang insinyur seperti Habibie.
Alasan saya berniat untuk melakukan penelitian tentang novel ini adalah karena saya pikir novel ini menarik bagi para penerjemah dan dapat menginspirasi mereka untuk belajar dari terjemahan lainnya. Pergeseran terjemahan adalah sesuatu yang harus dan pasti akan terjadi dalam proses penerjemahan.
Tujuan dalam terjemahan istilah budaya adalah untuk memperkenalkan budaya sumber ke pembaca target dengan beberapa kondisi yang akan diterima dan dipahami. Setiap kasus individu terjemahan istilah budaya, bagaimanapun juga memiliki pergeseran terjemahan mereka dan hasil yang berbeda. Makalah ini menyimpulkan bahwa ada beberapa pergeseran penerjemahan di Negeri 5 Menara. Masing-masing dari mereka juga memiliki strategi terjemahan yang berbeda untuk mengatasi masalah dan mendapatkan hasil yang berbeda.

This paper examines the translation of cultural terms of Indonesia in the novel Negeri 5 Menara. Alif Fikri is a student at Islamic boarding school in East Java. Alif was born on the edge of Lake Maninjau and never going outside from Minangkabau. He had to take a bus for three days and three nights from Sumatra to Java in order to arrive at Islamic boarding school in East Java. This is because his mother wanted him to be a religious leader like Buya Hamka though Alif wanted to be an engineer like Habibie.
The reason I intend to do a research on this novel is because I think this novel is interesting for translators and it can inspire them to learn from other translations. Translation shift is something that should and will inevitably occur in translation process.
The purpose in translation of cultural terms is to introduce the source culture to the target readers with some conditions that would be acceptable and comprehensible. Each individual case of the translation of cultural terms, however, has their translation shifts and different results. This paper concludes that there are some translation shifts in Negeri 5 Menara. Each of them also has different translation strategies to overcome the problem and get different results.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Audria Sabila Andjani
"Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat partisipasi para fans dalam fandom telah mencapai tingkat keterlibatan yang semakin tinggi. Karya fans yang berfokus pada ‘slashing’ atau pada pasangan laki-laki telah sering menjadi subyek diskusi akademis karena dianggap sebagai wadah untuk mengeksplorasi konstruksi gender. Namun, hanya sedikit penelitian akademis yang dilakukan pada karya self-insert karena karya heterosexual diasumsikan tidak memiliki potensi subversif yang sama seperti karya ‘slashing’. Penelitian ini akan berfokus pada karya self-insert dalam bentuk fan work baik dalam bentuk visual ataupun textual pada fandom anime pada khususnya, karena secara historis, fandom anime lebih dikenal sebagai fandom yang didominasi laki-laki. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan mengambil konsep dari gender performativity theory, penelitian ini akan membandingkan dan mengkaji protagonis wanita dalam karya self-insert di fandom anime dan bagaimana karya tersebut telah mengeksplorasi secara kreatif identitas gender dan seksual mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap norma gender konvensional.
In recent years, fan participation in their respective fandoms have reached new levels of higher and deeper involvement than ever before. Fan made works that focus on ’slashing’ or the pairing of two male characters have been subject to plenty of academic discussions as they offer rich data to explore gendered discourses in the narrative construction of fictional and real-life identities. However, there has been less academic research done on self-insertion fan works where the author inserts her own self into the narrative. Self-insertion fan works more often than not, focus on heterosexual relationships, and thus has been neglected by scholars as it is assumed that heterosexual works do not have the same subversive potential as slash fan works do. Though self-insertion fan works has been seen as an inherently feminine practice, this paper will focus on self-insertion fan works in the form of fan fiction, and visual forms of self-insert fan works by the anime fandom in particular, as the anime fandom has been historically known to be more male dominated. By using a qualitative approach to the study and drawing on concepts from gender performativity theory, this paper will compare and examine the female protagonists in several chosen self-insert fan works in the anime fandom and how the female authors have creatively explored and played with their gendered and sexual identities as a form of resistance to conventional gendered discourses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Andriwidyatmoko Sunarno
"Tesis ini berupaya menggali diskursus nasionalisme Indonesia pasca Reformasi. Di saat rezim otoriter berkuasa, diskursus nasionalisme merupakan alat untuk menyatukan bangsa dan melanggengkan kekuasaan atas nama pembangunan. Setelah reformasi terjadi, transisi demokrasi pun menjadi pintu masuk untuk mengembangkan wacana nasionalisme yang bermula dari kesadaran masyarakat. Persoalannya adalah bagaimana wacana nasionalisme yang berkembang setelah itu.
Penelitian ini menggunakan dua pintu teoritik: teori tentang nasionalisme dan teori tentang transisi demokrasi. Teori tentang nasionalisme dikembangkan dari Castells (1997) yang menyatakan bahwa proyek nasionalisme tidak selalu berbasis pada tujuan pendirian negara bangsa. Teori itu menggiring penelitian ini pada teori Calhoun (2007) tentang ?nasionalisme sebagai sebuah diskursus.? Teori ini menjawab pertanyaan tentang bagaimana nasib bangsa setelah rezim negara-bangsa yang kuat telah runtuh. asumsinya, nasionalisme lebih merupakan sebuah formasi diskursif daripada suatu proyek identitas. Sementara teori tentang transisi demokrasi mengandaikan bahwa setelah runtuhnya rezim otoriter, sebuah negara memasuki fase transisi demokrasi. Dalam fase ini aktor yang paling banyak berperan adalah civil society. Persoalannya adalah bagaimana diskursus nasionalisme Indonesia diproduksi oleh OKP sebagai bagian dari civil society.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, studi dokumen, dan studi pustaka. Fokus studi adalah pada empat OKP berbasiskan dari gerakan mahasiswa ekstra kampus. OKP yang dipilih berdasarkan kategorisasi gerakan nasionalis (GMNI), mahasiswa minoritas (KMHDI), Islam moderat (KAMMI), dan Islam fundamentalis (GP). Diskursus nasionalisme mengalami perubahan signifikan. Pada Orde Lama, doktrin nasionalisme diterapkan melalui doktrin anti asing dan kolonialisme. Sedangkan Orde Baru diterapkan melalui doktrinasi tafsir tunggal Pancasila. Sementara itu, nasionalisme pasca reformasi bersifat konstruktifis atau kesadaran. Nasionalisme dikendalikan faktorfaktor yang lebih luas; baik internal maupun eksternal. Secara internal ia ditandai oleh negara yang lemah, desentralisasi, demokratisasi, dan bangkitnya kekuatan kesukubangsaan tertentu. Sementara secara eksternal, ia dipengaruhi oleh globalisasi, neoliberalisme, dan gagasan-gagasan baru tentang keterbukaan. Pendefinisian Nasionalisme Indonesia dan indentitas kebangsaan oleh pemerintah RI maupun OKP memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaan tersebut antara lain: Indonesia adalah negara yang plural, dibentuk dari beragam budaya, suku, dan agama. Nasionalisme merupakan alat, strategi, dan taktik untuk mencapai tujuan organisasi. Pemerintah, KAMMI, KMHDI, dan GMNI memandang bahwa indentitas nasional dibingkai dalam UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Adapun perbedaannya yaitu: OKP Gema Pembebasan memandang bahwa indentitas nasional Indonesia adalah Islam karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas Islam.

This thesis attempts discourses of nationalism post-reform in Indonesia. When the authoritarian regime in power, discourses nationalism is a tool to unify the nation and preserve power in the name of development. After the reform occurs, the democracy transition is the entrance to the discourse of nationalism that began from the public awareness. The problem is how the discourse of nationalism developed after that.
This research uses a two-door theoretic: the theory of nationalism and the theory of democratic transition. Theory of nationalism developed from Castells (1997) which states that the project of nationalism was not always based on the goals of the nation state. Theory that lead this research in the theory of Calhoun (2007) about "nationalism as a discourses." Theory is the question of how the fate of the nation-state regime after a strong nation has come a cropper. The assumption is, nationalism is a more discursive formation of a project identity. While the theory about the transition of democracy presuppose that the authoritarian regime after the fall, the country enters the phase transition of democracy. In this phase most of the actors who play a role is civil society. The problem is how nationalism discourses produced by OKP in Indonesia as part of civil society.
The research employs qualitative approach with in-depth interviews, documentary study, and literature study. The subjects taken by this study are the four OKP selected on the extra-campus movement students. The categorization of nationalist movement (GMNI), minority students (KMHDI), Islam moderates (KAMMI), and Islamic fundamentalists (GP) selected the OKP. Discourses of nationalism experienced significant changes. In the Old Order, the doctrine of nationalism applied through the doctrine of anti-colonialism and foreign. Meanwhile, the New Order is applied through a single doctrines Pancasila. Meanwhile, nationalism after reformation era, developed by constructivism awareness. Nationalism influenced widely factors, both internal and external. Internally marked by the weak of country, decentralization, democratization, and the rise of tribes. While externally, it is influenced by globalization, neo liberalism, and new ideas about openness. Nationalism definitions and nationality identity by Indonesian government and OKP has similarities and differences. Similarities are: Indonesia is a plural country, formed from a variety of cultural, ethnic, and religion; Nationalism is a tool, strategy, and tactics to achieve the goals of the organization; The Government, KAMMI, KMHDI, and GMNI looked the national identity are framed by the 1945 Constitution, Pancasila, NKRI, and Bhineka Tunggal Ika. And The differences are: Gema Pembebasan Exemption the national identities is Islam, because Indonesia is an Islamic majority country."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Charissa Sakina
"ABSTRAK
Film yang berjudul Fatima 2015 merupakan sebuah film Prancis karya sutradara Philippe Faucon yang mengangkat tema mengenai kehidupan imigran di Prancis. Film ini berkisah mengenai kehidupan seorang wanita asal Aljazair yang bernama Fatima. Ia menjadi imigran di Prancis bersama kedua orang anak perempuannya yang bernama Nesrine dan Souad. Tokoh Fatima selalu menggunakan bahasa Arab dalam kesehariannya. Fatima juga membawa serta kebudayaan dan tradisinya sebagai orang Arab walaupun ia tinggal di Prancis. Berbeda dengan Fatima, kedua orang anaknya menggunakan bahasa Prancis dalam kesehariannya dan juga menganut kebudayaan Prancis. Dalam film ini, kerap terjadi konflik antara tokoh Fatima dengan kedua anaknya. Film ini dianalisis melalui aspek naratif dan dihubungkan dengan aspek sinematografisnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori dari Boggs dan Petrie 2008 serta Hall 1990 . Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan jika penyebab konflik antara Fatima dan kedua anaknya diakibatkan perbedaan identitas mereka. Tokoh Fatima yang merupakan imigran generasi pertama masih menganut identitas asal negaranya sedangkan kedua anak Fatima berhasil terintegrasi oleh model integrasi yang diterapkan Prancis sehingga kedua anak Fatima memiliki identitas Prancis.

ABSTRACT
Fatima 2015 is a French film by Philippe Faucon with the theme of immigrant life in France. This film is about the life of an Algerian woman named Fatima. She became an immigrant in France with her daughters named Nesrine and Souad. Fatima characters always use Arabic in her daily life. Fatima also brought her culture and tradition as an Arab even though she lived in France. In contrast to Fatima, her daughters speak French in their daily life and also embrace French culture. In this film, there is often a conflict between Fatima with her two daughters. The film is analyzed through the narrative aspect and is associated with the cinematographic aspect. For the analysis theories from Boggs and Petrie 2008 and Hall 1990 were used. The results of the analysis show that the causes of the conflict between Fatima and her daughters were due to differences in their identities. Fatima who represents the first generation immigrants still adheres to the identity of their country of origin while Fatima rsquo;s daughters successfully integrated to the French integration model that applied so they have French identity. "
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Passman, Donald S.
New York: John Wiley & Sons, 1979
512.4 PAS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Okke K.S. Zaimar
"The recognition of the cultural pluralism by a country and its society is a challenge regarding the existence of its social justice. Multiculturalism is considered as a recent 'innovation' in a democratic society, leading to the social justice despite its various Forms and different implementations in each country. This article depicts the multicultural growths, development and issues in some European countries and the European Community. The Netherlands has introduced combined recognition regarding cultural pluralism and its national integration concept on the basis of the membership of a community. The United Kingdom prioritizing individuals rather than institutional organizatory is still facing racism issues. France bends to be in the crossroad with the existence of the ideas against the myths presenting social identities. The European Community has been conflicting the identity of Europe."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
JKWE-3-3-2007-5
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurni W Wuryandari
"Nilai-nilai Budaya Timur dan Barat dalam Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan karya Dahlia (Tan Lam Nio) adalah tulisan yang berupaya mengupas nilai-nilai budaya Timur dan Barat yang ada dalam dua karya yang dihasilkan oleh seorang wanita pengarang peranakan Cina. Dalam mengupas Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan digunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah semiotik, yang kedua adalah sosiologi sastra.
Pendekatan semiotik digunakan untuk menelaah alur, unsur-unsur yang membangun cerita, dan tokoh-tokoh dalam karya. Selain pendekatan semiotik, pendekatan sosiologi sastra juga digunakan untuk melihat apakah karya yang dihasilkan oleh Dahlia ini merefleksikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Peranakan Cina pada zamannya (awal abad ke-20).
Setelah mengadakan penelitian dengan dua pendekatan tersebut di atas diperoleh hasil bahwa nilai-nilai budaya Timur dan Barat memang banyak mengisi kedua novel tersebut. Nilai-nilai budaya Timur adalah nilai-nilai budaya masyarakat Peranakan Cina di Indonesia, khususnya pulau Jawa. Nilai-nilai Barat mengacu pada nilai-nilai budaya yang diperkenalkan oleh Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia. Masyarakat Peranakan dalam kedua novel masih berupaya menjaga nilai-nilai budaya Timur dalam kehidupan mereka. Nilai-nilai budaya Timur tersebut adalah: sopan-santun, prinsip patrilineal, tata cara melamar, dan prinsip perkawinan yang hanya boleh terjadi antara orang Timur dan Timur. Nilai-nilai budaya Barat yang tercermin dalam Kasopanan Timoer dan Doerinja Pernikahan adalah: pendidikan, pakaian, rumah tinggal, dan teknologi. Dalam kedua novel itu terlihat bahwa budaya Barat yang banyak memberi kemudahan dan kenyamanan bagi manusia mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat Peranakan.
Berkat bantuan teks-teks di luar karya sastra diperoleh pula kesimpulan bahwa Kasopanan Timoer dan Doerinja Pemikahan memang merefleksikan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat Peranakan pada masa abad ke-20."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>