Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theressa Putri
"Sejak awal 2020 hingga pertengahan 2021, India berada dalam krisis akibat pandemi COVID-19. Menurut para pengamat politik, kondisi tersebut disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja pemerintahan PM Narendra Modi sementara tugas politiknya untuk menyebarkan ideologi terus berjalan. Ideologi digunakan sebagai strategi persuasi massa dalam pidato politik dengan menonjolkan kesamaan identitas. Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk mengungkap ideologi yang terkandung dalam pidato- pidato PM Narendra Modi tentang COVID-19 yang berhubungan dengan pergerakan Hindutva atau nasionalisme Hindunya. Tiga teks pidato dari situs resmi Narendra Modi dipilih untuk diteliti berdasarkan dinamika pandemi di India, dengan judul “From midnight, the entire country shall go under complete lockdown”, “Fight against Coronavirus has become people-driven”, dan “India’s response to Coronavirus is one of self-confidence and self-reliance”. Teori yang digunakan sebagai dasar pencarian ideologi tersebut adalah Analisis Wacana Kritis dari Fairclough dengan bantuan Analisis Transitivitas dari Halliday untuk pendeskripsian elemen-elemen linguistik dalam teks pidato, interpretasi tema-tema utama yang terkandung, dan menjelaskan ideologi yang disampaikan. Tema-tema utama dan jenis proses transitivitas yang terjadi didapat dengan metode deskriptif-kualitatif, didukung oleh metode kuantitatif. Hasil penelitian menemukan bahwa ketiga pidato PM Modi mengandung ideologi solidaritas sebagai perwujudan dari prinsip ajaran Hindu “Vasudhaiva kutumbakam”, yang dalam Bahasa Indonesia berarti, “Seluruh dunia adalah keluarga”. Ideologi tersebut dikemukakan melalui proses relasional (54.38%).
......COVID-19 terribly impacted India from the beginning of 2020 until the middle of 2021. Political observers suggested that the situation happens due to the lack of maximum governance of PM Narendra Modi, but his political duty in spreading ideology persists. Ideology highlights common identity which motivates the mass to follow the persuasions of politicians in speeches. This paper aims to disclose the ideology contained in the speeches of PM Narendra Modi on COVID-19 related to his Hindutva or Hindu nationalism movement. Three speeches from the official website of Narendra Modi have been chosen in accordance with pandemic dynamics in India, titled “From midnight, the entire country shall go under complete lockdown”, “Fight against Coronavirus has become people-driven”, and “India’s response to Coronavirus is one of self-confidence and self-reliance”. For disclosure of the ideology in the speeches, Critical Discourse Analysis by Fairclough is used to describe the linguistic features with Transitivity Analysis from Halliday, to interpret the main themes, and to explain the ideology. The main themes and transitivity process are generated with descriptive-qualitative methods, aided by quantitative method. It was found that the speeches of PM Modi are underlined with solidarity as a manifestation of a Hindu principle “Vasudhaiva kutumbakam”, translated to English as “The world is our family”, which are delivered through relational process (54.38%)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Ardha Sukma
"

Kendatipun Jepang sempat mengalami stagnasi selama dua dekade, dewasa ini Jepang tetap berkomitmen untuk meningkatkan hubungan kerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN.  Hal itu dapat diamati dari berbagai kebijakan Shinzo Abe yang ditujukan untuk menciptakan kemakmuran, perdamaian, dan stabilitas di kawasan ASEAN. Pada tahun 2013, ketika Shinzo Abe kembali menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang, ia banyak melakukan lawatan ke luar negeri dan aktif berpidato di depan publik untuk menyampaikan visi dan misinya terkait kemitraan Jepang dan ASEAN. Sebagai penutur, Shinzo Abe memiliki strategi tersendiri dalam menyampaikan gagasan-gagasan ideologisnya. Melalui penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori analisis wacana kritis yang memusatkan perhatian pada proses produksi teks, distribusi, dan konsumsi, ideologi dalam wacana akan dapat diungkap. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi muatan ideologi yang digunakan Perdana Menteri Shinzo Abe dalam pidato yang mengangkat tema hubungan ekonomi luar negeri Jepang terhadap ASEAN tahun 2013. Melalui analisis wacana kritis, ditemukan sebanyak 9 ideologi yang dianut oleh Shinzo Abe, yakni: sentralitas ASEAN (11 data); negara sejahtera (10 data); berkontribusi secara proaktif untuk perdamaian (6 data); nemawashi (6 data); Cool Japan (4 data); pemimpin Asia (3 data); omotenashi; (3 data) progender; (2 data); dan Jepang negara pariwisata (1 data). Dari 46 data, sebanyak 24 data menunjukkan bahwa pemerolehan legitimasi dilakukan Shinzo Abe secara simbolis dan 22 data diperoleh secara materiil.


Though Japan encountered economic stagnation for two decades, the country recently remains committed to develop international partnership with the members of ASEAN. It is palpably seen from Shinzo Abes multiple policies aimed at creating prosperity, peace, and stability in ASEAN region. When Shinzo Abe reserved as Japanese Prime Minister in 2013, he frequently travelled abroad and actively gave speech in public to deliver his vision and mission related to the partnership of Japan and ASEAN. As a speaker, he has distinctive strategies to deliver his ideological ideas. This research employed descriptive qualitative method with critical discourse analysis theory focusing on text production, distribution, and consumption to reveal ideologies in three speeches. This research aims to identify ideologies in Shinzo Abe Prime Ministers speeches about Japans foreign economic relations to ASEAN in 2013. The research reveals that Shinzo Abe adopts 9 ideologies in his speech, they are ASEAN centrality (11 data); prosperous country (10 data); proactive contribution to create peace (6 data); nemawashi (6 data); Cool Japan (4 data); Asia leader (3 data); omotenashi; (3 data); pro-gender (2 data); and Japan as tourism oriented country (1 data). Of the 46 data, 24 of them indicate that Shinzo Abe gain legitimacy symbolically, and 22 data are gained materially."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Wilayah Jepang, 2019
T52266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library