Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abhirama Prima
Abstrak :
Ikan sidat (Anguilla Sp.) merupakan ikan yang laku di pasaran internasional dan memiliki harga yang tinggi karena memiliki kelimpahan kandungan nutrisi. Proses pemijahan ikan sidat dilakukan di wilayah estuari yang memiliki kondisi fisik yang sesuai untuk hidupnya benih ikan sidat. Teluk Pelabuhanratu merupakan salah satu wilayah estuari yang memiliki kelimpahan benih ikan sidat. Penduduk sekitar Teluk Pelabuhanratu memanfaatkan benih ikan sidat sebagai mata pencaharian tambahan. Penangkapan benih sidat memberikan manfaat besar secara ekonomi bagi penduduk setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola rantai nilai benih ikan sidat di Kecamatan Pelabuhanratu dan Simpenan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisa deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua lokasi penangkapan benih ikan sidat yakni, Muara Ci Mandiri dan Sungai Cimandiri. Pada lokasi produksi Muara Cimandiri, membentuk 2 pola distribusi sedangkan pada Sungai Cimandiri hanya membentuk 1 pola distribusi. Pendapatan yang didapat oleh pelaku distribusi benih ikan sidat pada setiap simpul bervariasi bergantung kepada tingkatan karakteristik pelaku. ......Anguilla sp, seawater fish which is one of the most popular fish in the international market and has a high price becausit has an abundance of nutrient content. Eel fertillization process conducted in the estuary which has the appropriate physical condition for its glass eel. Pelabuhanratu bay is one of estuary zone that has an abundance of glass eel. Local population around the bay Pelabuhanratu utilize glass eel as additional livelihood. The locals will sell and distribute to other locals who act as sellers were larger, continued until to the export company. This study aims to determine how is the pattern of glass eel's value chain in the Pelabuhanratu and Simpenan district and to determine the income of each actor in the glass eel's value chain in Pelabuhanratu and Simpenan district. The method that is used in this research is qualitative method with descriptive and spatial analysis. The results showed that there are two catching locations of glass eel namely, Cimandiri estuary and Cimandiri River. At the production site Cimandiri estuary, forming two distribution patterns while at the River Cimandiri only form one pattern of distribution. Income, which earned by the actor of glass eel distribution on each node varies depending on the levels and characteristics of the actor.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat.
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Saputra Irianto
Abstrak :
Sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting, baik untuk pasar lokal maupun luar negeri. Teluk Pelabuhanratu merupakan daerah dengan potensi besar bagi penyediaan benih ikan sidat. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kehidupan ikan sidat adalah salinitas, karena secara alami ikan sidat bermigrasi dari perairan tawar, payau, dan laut atau sebaliknya. Sehingga diperlukan cara untuk menggambarkan persebaran larva ikan sidat (impun) berdasarkan salinitas. Untuk mengetahui nilai salinitas diperoleh dari citra Landsat 8 tahun 2015 dan 2016 menggunakan pendugaan salinitas Algoritma Cimandiri (Supriatna et al., 2016). Penelitian dilakukan di muara Ci Mandiri, Ci Tepus dan Ci Maja berdasarkan bulan basah dan bulan kering. Keberadaan larva ikan sidat (impun) yang diperoleh dari hasil tangkapan terjadi saat bulan kering dimana hasil tangkapan terbanyak terjadi di mulut muara. Hasil tangkapan berkurang jika semakin jauh dari mulut muara, yaitu pada bagian pantai ke arah laut dan bagian dalam muara sungai dengan nilai salinitas ke arah laut meningkat sedangkan nilai salinitas ke arah sungai berkurang. ...... Eel (Anguilla spp.) is consumed fish that has an important economic value, either for local or international market. Pelabuhanratu Bay is an area with big potension for supplying eel seed. One of important factor which affect an eel existence is salinity, because eel migrate from fresh water, brakish, and sea naturally although the otherwise so that need ways to describe the distribution of glass eel by the salinity. To find out the percentage of salinity, it obtained from Landsat 8 Imagery year 2015 and 2016 using salinity prediction of Algorithm Cimandiri (Supriatna et al., 2016). The research has been conducted at Ci Mandiri Estuary, Ci Tepus Estuary, and Ci Maja Estuary based on wet month and dry month. The existence of glass eel which is obtained from the catch was occurs on dry month when the most catch was occurs at the edge of estuary. The catch is reduced if it?s farther from the edge of estuary, at the beach towards the sea and the inside of river estuary with the percentage of salinity towards the sea is increase while the percentage of salinity towards the river is decrease.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Faiz Filanda
Abstrak :
Minyak ikan dikenal sebagai produk yang memiliki khasiat besar karena mengandung PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid). Penelitian telah membuktikan bahwa PUFA dapat mencegah penyakit-penyakit berbahaya seperti penyakit kardiovaskular, inflamasi, dan kanker. Ikan sidat (Anguilla sp.) yang digunakan sebagai bahan baku utama memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi, baik dari segi protein dan kandungan asam lemaknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan minyak ikan Sidat dengan melalui tahap ekstraksi, pemurnian, dan karakterisasi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah rendering basah dan proses purifikasi terdiri dari degumming, netralisasi, dan bleaching. Terdapat dua jenis minyak yang dikarakterisasi yakni minyak ikan kasar dan minyak ikan purifikasi. Hasil akhir minyak ikan kasar memiliki kandungan PUFA sebesar 31,81%, sedangakan minyak ikan purifikasi sebesar 18,44%. Minyak ikan kasar memiliki kualitas yang memadai sebagai produk minyak ikan layak konsumsi dengan spesifikasi bilangan asam (2,5), %asam lemak bebas (1,2%), kandungan air (0,15%), tingkat kejernihan (78%), dan asam lamak tak jenuh omega-3 (5,64%), omega-6 (26,17%), dan omega-9 (35,55%).
Fish oil is known as a very beneficial product because it contains high PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid). Various researchs have proven that PUFA is able to prevent many kind of malignancies such as cardiovascular problem, inflammation, and cancer. Sidat fish (Anguilla sp.) which will be used as main raw material has high amount of nutrients, not only in protein, but also in its fatty acid content. The purposes of this research is to produce Sidat fish oil through extraction, purification, and characterization. Wet rendering extraction method is used purification steps are consisted of degumming, neutralization, and bleaching. There are two kinds of fish oil which will be characterizied, crude fish oil and purified fish oil. The final crude sidat fish oil contain PUFA as much as 31.81%, while purified fish oil has 18.44% PUFA. The crude fish oil is known to have better and proper quality as a consumable fish oil product. It has specification as acid value (2.5), %free fatty acid (1.2%), water content (0.15%), clarity (78%), omega 3 unsaturated fatty acid (5.64%), omega 6 (26,16%), and omega 9 (35.55%).
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Ikan sidat (Anguilla spp.) merupakan ikan bernilai ekonomis penting. Beberapa Negara seperti Jepang, Korea dan Negara-negara di Eropa merupakan pangsa pasar ikan sidat yang potensial. Penyebaran ikan ini di Indonesia sangat luas, salah satunya perairan Danau Poso Sulawesi Tengah. Stok ikan sidat memiliki keterbatasan karena belum dapat dikembangbiakkan dengan sistem budidaya, sehingga ketersediaannya sangat tergantung dari alam. Sampai saat ini aktivitas perikanan terhadap ikan sidat adalah kegiatan pembesaran sampai ukuran bernilai ekonomis. Penelitian dilakukan dari Mei-September 2012 di Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi kualitas air pada sistem pemeliharaan yang sesuai untuk pembesaran larva ikan sidat. Pembesaran larva sidat menggunakan dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem bak air diam (kubus) dan bak air mengalir ( raceway) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter konduktivitas (p=0,047), Nitrit (p=0,004), Suhu (p=0,046), Pospat (p=0,049) serta Total Pospat (p=0,032) menunjukkan perbedaan nyata pada dua sistem pemeliharaan tersebut. Hasil analisis PCA menunjukkan pertumbuhan berat (W) dan panjang (L) larva sidat dipengaruhi oleh konsentrasi DO, Suhu, TP, PO4 dan NH4. Rata-rata pertumbuhan panjang larva sidat pada bak air diam 65,59 % (3,19 cm) sedangkan pada bak air mengalir 65,92 % (3,25 cm). Rata-rata pertumbuhan berat larva sidat pada bak air diam 384,49 % (0,756 gr), sedangkan pada bak air mengalir 412,72 % (0,796 gr). Hasil ini menunjukkan bahwa bak uji air mengalir lebih baik untuk pemeliharaan atau pembesaran larva ikan sidat.
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Syahbana
Abstrak :
[ABSTRAK
Minyak ikan dikenal sebagai sumber polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang baik dan digunakan untuk tujuan farmasetika dan suplemen pangan secara luas. Dalam penelitian ini, bahan baku ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dikarakterisasi dan minyak ikan diekstraksi dari tulang ikan sidat dengan metode Bligh & Dyer dan wet rendering. Komposisi asam lemak dari minyaknya dianalisa dan dikuantifikasi menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh menunjukkan, total by-product pengolahan ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) mencapai 26,38%, kandungan lemak tulang ikan sidat 17,33 ± 0,58 g/100 g. Rendemen minyak ikan sidat yang diekstraksi dengan metode Bligh dan Dyer adalah 17,12%. Berdasarkan hasil analisis asam lemak minyak ikan sidat, diperoleh kandungan SFA 19,87%, MUFA 25,84%, PUFA 13,84%. Komposisi asam lemak utama minyak ikan sidat adalah asam palmitat 13,58%, asam oleat 20,94%, asam linoleat 4,01%, EPA 1,57% dan DHA 4,84%. Rendemen tertinggi ekstraksi minyak ikan dari tulang ikan sidat menggunakan metode wet rendering adalah sebesar 6,95% yang didapat pada pada suhu 80ºC, waktu perebusan 60 menit. Penambahan waktu perebusan menjadi 90 menit pada suhu yang sama, tidak berpengaruh nyata terhadap persentase rendemen. Kondisi ekstraksi metode wet rendering terbaik berdasarkan persentase rendemen dan nilai hasil uji mutu dari minyak ikan adalah suhu perebusan 60°C, waktu perebusan 60 menit dengan persentase rendemen sebesar 5,53%, asam lemak bebas 0,47% , bilangan asam 9.277,55 mg KOH/kg, bilangan peroksida 38,35 meq/kg, bilangan anisidin 25,84 meq/kg dan total oksidasi 102,55 meq/kg. Hanya kandungan asam lemak bebas saja yang mempunyai nilai sesuai standar yang diperbolehkan.
ABSTRACT
Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement. ;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement. ;Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement. , Fish oils have been recognized as good sources of polyunsaturated fatty acids (PUFA) which are widely used for pharmaceutical purposes and as food supplements. In this study, eels (Angguilla bicolor bicolor) as a raw material was characterized and fish oil from eels bone were extracted using Bligh & Dyer and wet rendering method. The fatty acid composition of the oil was analyzed and quantified using gas chromatography. Results showed that the total yield of by-product of eel reached 26,38 %, the lipid content of eels bone was 17.33 ± 0.58 g/100 g. Yield of eel bone oil extracted by Bligh and Dyer method was 17.12%. In the fatty acid analysis of eel bone oil, it was discovered that SFA was 19.87%, MUFA was 25.84%, and PUFA was 13.84%. The Composition of major fatty acids in the oil from the bone were palmitic acid (13.58%), oleic acid (20.94%), linoleic acid (4.01%), EPA (1.57%), and DHA (4.84%). The highest yield of fish oil from eel bone with wet rendeering exctraction method was 6.95% on temperatur 80ºC and boiling time 60 minutes. At the same temperatur, an additional time to 90 minutes was not significantly different to percentage of yield. The best condition for wet rendering exctraction method is boiling temperature 60°C, boiling time 60 minute with value of yield, free fatty acid, acid value, peroxide value, anisidin value and total oxidation is 5,53%, 0,47%, 9.277,55 mg KOH/kg, 38,35 meq/kg, 25,84 meq/kg and 102,55 meq/kg respectively. Result showed that only free fatty acid value which meet the standar requirement. ]
2015
T45227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library