Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
Casey, Edward S., 1939-
Dallas: Spring Publications, 1991
128 CAS s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Rowling, J.K., 1965-
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2018
158 ROW h
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Roxana Waterson
"
Tulisan ini mengkaji masa lalu dari sudut pandang 'ingatan sosial' (social memory) dan peranannya dalam mengonseptualisasi identitas serta hubungan-hubungan etnis dalam perubahan politik orang-orang Toraja dan Bugis di Sulawesi Selatan. Dalam perjalanan sejarah, kedua pihak selalu menjalin hubungan. Terdapat pula hubungan yang erat dalam bahasa dan kebudayaan mereka. Walaupun penduduk di dataran tinggi memiliki status yang marjinal dibandingkan dengan mereka yang tinggal di dataran rendah - yang secara politiklebih berkuasa - sepanjang sejarah mereka telah hidup bersama secara damai, dan dihubungkan oleh jaringan-jaringan perdagangan serta perkawinan campuran di antara kaum bangsawan kedua pihak. Tetapi, dalam ingatan sosial orang Toraja, beberapa kejadian memiliki signifikansi mitologis...[...] Dalam tulisan ini, perhatian penulisnya tertuju pada bagaimana dan mengapa cerita-cerita ini dan yang lain menjadi bagian dari 'ingatan' mereka, dan mengapa mereka tetap memanfaatkannya pada masa kini. Cerita telah menjadi bagian dari definisi orang Toraja tentang identitas, dan menyajikan suatu landasan untuk bertindak. Tindakan itu memperoleh kekuatan tambahan setiap kali cerita itu diaktifkan kembali. Dalam situasi masa kini dengan adanya ketegangan hubungan etnis, orang-orang Toraja merasakan kekhawatiran atas ancaman ekstrimis yang dapat membahayakan hubungan-hubungan baik dan masa depan yang damai."
Lengkap +
2000
PDF
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Gaarder, Jostein, 1952-
Bandung: Mizan Pustaka, 2017
813 GAA d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Khairunnisa Liummah
"Sebuah ruang dianggap baik tidak hanya dari keindahan bentuknya saja, tetapi dari caranya memicu imajinasi penggunanya. Dalam arsitektur, imajinasi adalah hasil dari pengalaman ruang yang dialami oleh manusia. Walaupun imajinasi adalah hal yang bersifat personal karena melibatkan memori manusia, imajinasi dapat dipicu melalui pemberian rangsangan visual, salah satunya melalui cahaya. Cahaya khususnya cahaya buatan merupakan variabel yang dapat diubah untuk mencapai suatu kualitas dan pengalaman ruang tertentu. Sehingga imajinasi dapat diarahkan oleh perancang ruang melalui kualitas cahaya.
Tulisan ini bertujuan untuk membahas peran cahaya dalam memicu imajinasi manusia melalui pengamatan terhadap seni pertunjukkan dan adegan-adegan di dalamnya.Melalui pembahasan terhadap studi kasus, cahaya memiliki peran sebagai elemen pendukung dari objek lain atau konteks maupun menjadi objek imajinasinya sendiri. Artinya untuk memicu imajinasi, cahaya perlu berkaitan dengan objek lain. Untuk mendukung imajinasi, cahaya dapat dimodifikasi melalui kualitas-kualitasnya yaitu intensitas, tingkat kecerahan, warna, difusi, dan arah.
A space considered as a good space not only by the beauty of its shape, but also by the way it triggers user rsquo s imagination. In architecture, imagination is a result of human rsquo s space experience. Although imagination is a personal thing because there is human rsquo s memory involved, imagination can be triggered by visual stimulation and one of the visual elements is light. Light, especially artificial light is a changeable variable to achieve a certain quality, hence users can feel a certain space experience. Then, imagination can be directed by the space designer through the quality of light. This thesis will explain light rsquo s role that triggers imagination through an observation of a theatre and its scenes. The result of the case study is that light can be a supporting element for imagination object and it can be an imagination object itself. Then, light should be related to another object to trigger imagination. Light should also be modified to trigger imagination through its qualities such as intensity, brightness, color, diffusion and direction. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67702
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rahmia Nurwulandari
"Bandung di masa kolonial dikenal sebagai Parisnya Pulau Jawa atau yang populer dengan sebutan Parijs van Java. Sebutan itu memberikan kesan kota yang estetik dan dicintai oleh banyak orang bahkan hingga saat ini. Orang Belanda menyebut Bandung sebagai Een Western Enclave atau permukiman eksklusif bagi orang Barat yang membuat kota ini makin spesial. Penelitian ini berfokus pada perkembangan kota di Bandung pada awal abad ke 20, dari kota kecil di tengah perkebunan menjadi kota modern yang diakui dunia internasional. Bandung dicalonkan menjadi ibukota Hindia Belanda untuk menggantikan Batavia. Berbagai perubahan kota yang terjadi ikut berpengaruh pada tampilan estetika arsitektur dan kota. Namun, di balik gemerlap perkembangan yang pesat itu, terdapat sejumlah ide terkait estetika yang tidak saling berhubungan.
Penelitian ini mencoba menjawab apa aja citra estetik yang ingin ditampilkan di Bandung saat dipersiapkan menjadi ibukota baru beserta alasanalasannya yang dikaji melalui teori estetika Immanuel Kant dan teori metropolis karya Georg Simmel. Dengan menggunakan metode yang diperkenalkan oleh Iain Borden dan rekan-rekannya dalam buku The Unknown City, terungkap sejumlah pandangan terkait estetika yang membentuk citra kota Bandung, seperti potensi alam, ide keteraturan, eksotisme, ambisi terhadap hal-hal baru, imajinasi kenyamanan Eropa di kota tropis, sekaligus ketakutan akan wabah penyakit yang mengancam imajinasi kolonial.
Colonial Bandung was known as the Paris of Java (Parijs van Java). It gives an impression of aesthetic and is adored by the people until present day. The Dutch named Bandung as Een Western Enclave or an exclusive neighborhood for the European. This research focused on the development of the city in the early twentieth century, from a small town near the plantation to a modern city that is globally known, even to be prepared as a capital city of Dutch East Indies. The development also changed the visual of architecture and the city. However, behind the rapid development of the city, there are some ideas in aesthetics that was unrelated. This research tried to answer what is the image of aesthetics that was appeared in Bandung as the future capital city of Dutch East Indies. I learn it through the Aesthetic theory of Immanuel Kant and Metropolis of Georg Simmel. With the method that is introduced by Iain Borden and friends in the book The Unknown City, I found some views that is related to the aesthetic and the city, such as nature beauty, the urban planning and design principle, ambition to the tecnology and innovation, exoticism, imagination of the ideal tropics, as well as fears that threatened colonial imagination. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dufourcq, Annabelle
"Cette etude a pour objet la conception merleau-pontyenne de l'imaginaire et la maniere dont elle conduit a repenser radicalement le reel dans sa totalite et, finalement, a imposer une ontologie dont l'imaginaire est le principe meme, A" l'institution de l'Etre A.""
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20401356
eBooks Universitas Indonesia Library
Dian Noviah Tri W
"Artikel ini membahas mengenai nilai hedonis sebagai nilai yang menciptakan imajinasi serta pengalaman baru bagi pengunjung restoran sebagai faktor pendorong konsumsi makanan di restoran Korea. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa nilai kebermanfaatan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan dan kunjungan kembali pelanggan ke restoran Korea dibandingkan nilai hedonis restoran. Namun, hal tersebut bukan berarti nilai hedonis bukan faktor yang penting dan tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan dan kunjungan kembali pelanggan. Hal ini dikarenakan telah terjadi pergeseran alasan seseorang mengkonsumsi makanan di restoran dari nilai kebutuhan menjadi kesenangan atau hedonis. Peneliti berargumen bahwa kebiasaan makan generasi millenial pada masyarakat kapitalis lebih ditentukan oleh nilai hedonis bukan nilai kebermanfaatan. Hal tersebut dikarenakan nilai hedonis mampu menciptakan pengalaman makan baru dan imajinasi bagi konsumennya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
This article discusses about hedonist value as a value that creates imagination and experiences for restaurant visitor as a driving factor of food consumption in Korean restaurant. Previous study said that the value of utility is the most influential factors on statisfication and the return of visitor to Korean restaurant compared to hedonist value of restaurant. However, this does not mean that hedonist value is not an important factor and has no effect on customer statisfication and the return of visit. It's because there has been a shift behind the reason of someone going to restaurant. It's shifting from value of need to pleasure or hedonist. Researcher argue that millenial generation lsquo;s habit on capitalist society are more determined by hedonist value not usability value. This is because the hedonist value able to create experience and imagination for consumers. This article uses qualitative method. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Perdebatan dikalangan gereja dan para teolog tentang apakah alkitab itu "Firman Tuhan" atau bukan, telah berlangsung cukup satu pihak mengatakan bahwa karena alkitab itu "Firman Tuhan" maka dia tidak mengandung kekeliruan ataupun kesalahan..."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library