Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ismi Kusumawati
"Latar Belakang: Penyebab tertinggi kedua kematian di ICU adalah penyakit infeksi, yang ditandai dengan keseimbangan nitrogen negatif. Asupan nutrisi meningkatkan sintesis protein dan meningkatkan keseimbangan nitrogen negatif tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan imbang nitrogen dan perbaikan infeksi pada pasien sakit kritis. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan rancangan kohort prospektif. Pengambilan subjek dilaksanakan di ruang ICU, high care unit, dan ruang rawat non sakit kritis di RSCM dan RSUI. Karakteristik subjek penelitian berupa usia, jenis kelamin, status gizi, diagnosis penyakit utama, penyakit komorbid, penggunaan antibiotik, asupan energi dan protein. Analisis beda rerata dilakukan untuk menilai selisih imbang nitrogen dengan perbaikan infeksi pada pasien sakit kritis dengan uji Mann-Whitney. Hasil: Sebanyak 42 subjek merupakan pasien dewasa sakit kritis di ICU, sebagian besar adalah laki-laki sebanyak 27 orang (64,3%). Median usia subjek penelitian ini adalah 47 (19-60) tahun dengan berat badan (BB) kurang berjumlah 14 orang (33,3%). Rerata BB dan tinggi badan secara berturut-turut adalah sebesar 57,29±17,73 dan 162,6±7,93. Subjek penelitian terbanyak tidak memiliki komorbid dengan jumlah 20 orang (47,6%). Seluruh subjek penelitian mendapatkan terapi antibiotik 42 orang (100%). Asupan protein awal adalah 0,39 (0,0-1,1) kkal/kgBB dan asupan protein akhir adalah 0,72±0,34 kkal/kgBB. Imbang nitrogen 48 jam pertama di ICU adalah -6,84 (-25,4; 1,6), rerata imbang nitrogen hari ke-7 adalah -5±4,09 dengan selisih imbang nitrogen adalah 2,4 (-11,8; 27,8). Selisih imbang nitrogen pasien yang mengalami perbaikan infeksi adalah 3,97 (-11,8; 14,5) (p <0,05), dengan pasien yang mengalami perbaikan infeksi adalah 30 orang (71,4%). Kesimpulan: Perbaikan imbang nitrogen secara bermakna memperbaiki infeksi pada pasien sakit kritis.

Background: The second highest cause of death in the ICU is infectious diseases, which are characterized by negative nitrogen balance. Nutrient intake increases protein synthesis and improves the negative nitrogen balance. This study aims to determine the difference between nitrogen balance and improvement of infections in critically ill patients. Method: This research is a study with a prospective cohort design. Subject retrieval was carried out in the ICU and post-ICU wards at RSCM and RSUI. Characteristics of research subjects include age, gender, nutritional status, diagnosis of main disease, comorbid diseases, use of antibiotics, energy and protein intake. Mean difference analysis was carried out to assess the difference between nitrogen balance and improvement in infection in critically ill patients using the Mann-Whitney test. Results: A total of 42 subjects were critically ill adult patients in the ICU, most of them were men, 27 people (64.3%). The median age of the research subjects was 47 (19-60) years with 14 people (33.3%) underweight (BW). The mean weight and height respectively were 57.29 ± 17.73 and 162.6 ± 7.93. Most research subjects did not have comorbidities with 20 people (47.6%). All research subjects received antibiotic therapy, 42 people (100%). Initial protein intake was 0.39 (0.0-1.1) kcal/kgBW and final protein intake was 0.72±0.34 kcal/kgBW. The first 48 hour nitrogen balance in the ICU was -6.84 (-25.4; 1.6), the average nitrogen balance on day 7 was -5 ± 4.09 with the difference in nitrogen balance being 2.4 (-11.8 ; 27.8). The difference in nitrogen balance between patients who experienced improvement in infection was 3.97 (-11.8; 14.5) (p <0.05), with patients experiencing improvement in infection being 30 people (71.4%). Conclusion: Improvement of nitrogen balance significantly improves infections in critically ill patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra
"Latar Belakang: Katabolisme pascalaparotomi menyebabkan imbang nitrogen negatif dan diduga tidak dapat dicegah dengan pemberian nutrisi. Nutrisi parenteral dapat meningkatkan faktor anabolisme. Belum diketahui apakah proporsi asupan energi dan protein dari jalur parenteral terhadap asupan total berkorelasi dengan imbang nitrogen pasien pascalaparotomi elektif.
Metode: Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada pasien pascalaparotomi elektif yang memperoleh supplemental parenteral nutrition (SPN) antara 3 hari pertama pascalaparotomi. Pemeriksaan nitrogen urea urin (NUU) dilakukan terhadap pasien dengan asupan ≥ 12 kkal/kg BB pada hari ketiga pascalaparotomi. Pasien dengan gangguan ginjal dan hati tidak disertakan dalam penelitian.
Hasil: Rerata imbang nitrogen hari ketiga pascalaparotomi sebesar -2,8 ± 3,8 g/hari, dengan median asupan energi 19 (12–34) g/kg BB dan protein 0,9 (0,4–1,9) g/kg BB. Proporsi asupan energi dari jalur parenteral sebesar 0,51 ± 0,26 dan protein 0,59 ± 0,28. Tidak ditemukan korelasi signifikan pada proporsi asupan energi dan protein dari jalur parenteral terhadap asupan total dengan imbang nitrogen. Korelasi signifikan ditemukan pada variabel total asupan energi (r = 0,697, p <0,001) dan protein (r = 0,808, p <0,001) dengan imbang nitrogen.
Kesimpulan: Pemberian SPN dini penting dalam mencapai total asupan energi dan protein untuk mengimbangi kehilangan nitrogen hari ketiga pascalaparotomi elektif di RSCM meskipun korelasi proporsi asupan nutrisi dengan imbang nitrogen belum tampak pada penelitian ini.

Background: Post-laparotomy catabolism causes a negative nitrogen balance and is unlikely prevented by nutritional intervention. Parenteral nutrition can increase anabolic factor. It is not known whether the proportion of energy and protein intake from parenteral nutrition to total intake correlates with nitrogen balance in elective post-laparotomy patients.
Methods: A cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital in elective post-laparotomy patients who received supplemental parenteral nutrition (SPN) within first 3 days after laparotomy. Urine urea nitrogen (UUN) examination was performed on patients with intake ≥ 12 kcal/kg BW on the third day after laparotomy. Patients with renal and hepatic impairment were excluded. Results: The mean nitrogen balance on the third day post-laparotomy was -2.8 ± 3.8 g/day, with median energy intake of 19 (12–34) g/kg BW and protein 0.9 (0.4– 1.9) g/kg BW. The proportion of energy intake from the parenteral route was 0.51 ± 0.26 and protein was 0.59 ± 0.28. No significant correlation was found in the proportion of energy and protein intake from the parenteral nutrition to total intake with nitrogen balance. Significant correlations were found for total energy intake (r= 0.697, p <0.001) and protein (r= 0.808, p <0.001) with nitrogen balance. Conclusion: Early administration of SPN is important in achieving total energy and protein intake to compensate nitrogen loss on the third day after elective laparotomy although the association between the proportion of nutrition intake and nitrogen balance has not been observed in this study.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Githa Putri Puspita Sari
"Sakit kritis merupakan suatu kondisi terjadinya gangguan fungsi multiorgan yang menyebabkan homeostasis tubuh tidak dapat dipertahankan tanpa adanya intervensi medis di unit perawatan intensif. Proses hiperkatabolik akibat stres metabolik pada pasien sakit kritis terutama di fase akut sangat tinggi sehingga menyebabkan degradasi protein. Tingkat degradasi ini dapat dilihat salah satunya dengan pemeriksaan kehilangan nitrogen melalui urin 24 jam. Asupan energi dan protein berperan penting dalam memelihara proses metabolisme yang terjadi. Asupan yang tidak adekuat diiringi kehilangan protein yang tinggi akan menghasilkan nilai imbang nitrogen yang negatif. Tujuan penelitian ini untuk melihat korelasi asupan protein selama fase akut terhadap perubahan imbang nitrogen yang dinilai pada hari ke-3 dan ke-7 perawatan. Metode penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Intensive Care Unit Rumah Sakit Universitas Indonesia (ICU RSUI) dengan pengambilan sampel secara consecutive sampling. Kriteria penerimaan adalah berusia 18-60 tahun, mendapatkan asupan protein pertama dalam 48 jam, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria penolakan adalah produksi urin <0.5 ml/kgBB/jam, gangguan fungsi ginjal dan hati kronis, IMT <18.5 atau ≥30 kg/m2, skor APACHE II>30, hamil, dan mendapat norepinefrin >0.3 mcg. Kriteria pengeluaran adalah mendapatkan rerata asupan protein hari ke-3 hingga ke-7 <0.5gr/kgBB/hari, dan meninggal sebelum hari ke-7. Pemeriksaan kadar nitrogen urea urin 24 jam dan perhitungan imbang nitrogen dinilai pada hari ke-3 dan ke-7 perawatan. Hasil penelitian menunjukkan rerata asupan protein dan energi pada 21 subyek adalah 0.8 gr/kgBB/hari dan 78% dari EE pada hari ke-3, lalu rerata asupan pada hari ke-7 adalah 1.1 gr/kgBB/hari dan 110% dari EE. Rerata kadar NUU dan imbang nitrogen hari ke-3 adalah 8.1 gr dan -5.3 gr. Rerata kadar NUU dan imbang nitrogen hari ke-7 adalah 7.2 gr dan -1.5 gr. Rerata perubahan imbang nitrogen bernilai positif yaitu 3.8 gr. Terdapat korelasi positif antara asupan energi maupun protein terhadap imbang nitrogen hari ke-3 (r=0.5, p=0.01; r=0.6, p=0.003). Walaupun terdapat perbaikan imbang nitrogen yang signifikan pada subyek penelitian namun tidak didapatkan korelasi bermakna antara asupan protein terhadap perubahan imbang nitrogen (p=0.1). Kesimpulan penelitian ini adalah asupan energi dan protein berkorelasi positif dengan imbang nitrogen pada early acute phase. Asupan protein pada late acute phase tidak berhubungan dengan perubahan imbang nitrogen pada penelitian ini

Critical illness is a condition where multiorgan dysfunction occurs which causes body homeostasis that cannot be maintained without medical intervention in the intensive care unit. The hypercatabolic process due to metabolic stress in critically ill patients, especially in the acute phase, is very high, causing protein degradation. This level of degradation can be evaluated by examining nitrogen loss through 24-hour urine. Energy and protein intake plays an important role in maintaining the metabolic processes. Inadequate intake accompanied by high protein losses will result in negative nitrogen balance values. The aim of this study was to analyze the correlation of protein intake during the acute phase with nitrogen balance changes on days 3 and 7 of treatment. The method of this study was cross-sectional with consecutive sampling, conducted in the Intensive Care Unit of the University of Indonesia Hospital (ICU RSUI). Inclusion criteria were 18-60 years old, getting their first protein intake within 48 hours, and willing to take part in the research. Exclusion criteria were urine output <0.5 ml/kgBW/hour, chronic kidney and liver function disorders, BMI <18.5 or ≥30 kg/m2, APACHE II score>30, pregnancy, and receiving norepinephrine >0.3 mcg. Drop out criteria were patients having an average protein intake on days 3 to 7 <0.5 gr/kgBW/day, or dying before the 7th day. Examination of 24-hour urine urea nitrogen (UUN) levels and calculation of nitrogen balance were assessed on days 3 and 7 of treatment. The results of the study showed that the mean of protein and energy intake in the 21 subjects was 0.8 gr/kgBW/day and 78% of EE on day 3, then the mean intake on day 7 was 1.1 gr/kgBW/day and 110% of EE. The mean ​​of UUN levels and nitrogen balance on day 3 were 8.1 gr and -5.3 gr. The mean of UUN levels and nitrogen balance on day 7 were 7.2 gr and -1.5 gr. Mean of nitrogen balance changes was positive, namely 3.8 gr. There was a positive correlation between energy and protein intake with nitrogen balance on day 3 (r=0.5, p=0.01; r=0.6, p=0.003). Although there was a significant improvement in nitrogen balance in the research subjects, there was no significant correlation between protein intake with nitrogen balance changes (p=0.1). The conclusion of this study is that energy and protein intake were positively correlated with nitrogen balance in the early acute phase. Protein intake in the late acute phase was not associated with nitrogen balance changes in this study."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Hunter Design
"Latar belakang. Pasien sakit kritis berada dalam kondisi katabolik yang menyebabkan ketidakseimbangan sintesis dan pemecahan protein sehingga dibutuhkan asupan protein yang adekuat untuk mempertahankan massa otot, meningkatkan kadar prealbumin, dan imbang nitrogen. Ophiocephalus striatus (OS) mempunyai potensi sebagai sumber protein karena mengandung asam amino, asam lemak, mineral, dan vitamin. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek dari pemberian suplementasi ekstrak OS terhadap luas penampang otot rektus femoris, bisep brakii, kadar prealbumin, dan imbang nitrogen pasien sakit kritis dengan ventilator.
Metodologi. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain uji acak terkontrol yang dilakukan terhadap pasien usia 18-65 tahun yang menggunakan ventilator di intensive care unit (ICU) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sejak bulan Juli sampai dengan Oktober 2019 ICU. Sebanyak 42 subjek dirandomisasi menjadi dua kelompok. Kelompok ekstrak (n=19) mendapatkan suplementasi ekstrak OS 15 g/hari, yang diberikan sejak hari kedua sampai dengan hari keenam. Kelompok kontrol (n=23) tidak mendapatkan suplementasi tersebut. Pengukuran luas penampang otot, pemeriksaan kadar prealbumin, dan imbang nitrogen dilakukan pada hari pertama dan hari ketujuh.
Hasil. Terjadi peningkatan luas penampang otot rektus femoris pada kelompok ekstrak (p=0,038) dan penurunan pada kelompok kontrol (p=0,006) disertai perbedaan bermakna antara dua kelompok (p=0,001). Terjadi peningkatan luas penampang otot bisep brakii pada kelompok ekstrak (p=0,033) dan penurunan pada kelompok kontrol (p=0,001) disertai perbedaan bermakna antara kedua kelompok (p<0,001). Terjadi peningkatan kadar prealbumin pada kelompok ekstrak (p<0,001) maupun kelompok kontrol (p=0,023) disertai perbedaan peningkatan yang bermakna antara kedua kelompok (p<0,001). Terjadi peningkatan kadar imbang nitrogen pada kelompok ekstrak (p<0,001) maupun kelompok kontrol (p=0,001) disertai perbedaan peningkatan yang tidak bermakna antara kedua kelompok (p=0,685).
Kesimpulan. Pemberian suplementasi ekstrak Ophiocephalus striatus secara signifikan dapat meningkatkan luas penampang otot rektus femoris, otot bisep brakii, dan kadar prealbumin pada pasien sakit kritis.

Background. Critically ill patients are in catabolic conditions that have imbalances in protein synthesis and breakdown. Thus, they require adequate protein intake to maintain the muscle mass and to increase the prealbumin levels and nitrogen balance. Ophiocephalus striatus (OS) is a potential source of proteins since it contains high amount of amino acids, fatty acids, minerals, and vitamins. This study was aimed to measure the effect of OS extract supplementation on cross-sectional area (CSA) of rectus femoris and biceps brachii, prealbumin levels, and nitrogen balance in critically ill patients with ventilator.
Methods. This was a randomized controlled clinical trial study involving patients aged 18-65 years old with ventilator in intensive care unit (ICU) Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital between July until October 2019. In total, 42 subjects were randomized into two groups. Extract group (n=19) recieved 15 g of OS extract supplementation daily, administered from the second day to the sixth day. Control group (n=23) did not receive the extract. Measurement of CSA of rectus femoris and biceps brachii, prealbumin levels, and nitrogen balance were done in the first and the seventh day.
Results. There was an increase of cross sectional area of rectus femoris in extract group (p=0.038) and a decrease in control group (p=0.006) with significant difference between the two groups (p=0.001). There was an increase of cross sectional area of biceps brachii in extract group (p=0.033) and a decrase in control group (p=0.001) with significant difference between the two groups (p<0.001). There was an increase of prealbumin levels in both groups, extract group (p<0.001) and control group (p=0.023), with a significant difference of increase between the two groups (p<0.001). There was an increase of nitrogen balance in both groups, extract group (p<0.001) and control group (p<0.001), with an insignificant difference of increase between the two groups (p<0.685)
Conclusion. Administration of Ophiocephalus striatus extract supplementation can significantly increase the cross-sectional area of rectus femoris and biceps brachii, and the prealbumin levels in critically ill patients.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Churniadita Kusumastuti
"ABSTRAK
Imbang nitrogen pada pasien sakit kritis selalu negatif akibat respon stres. Pada lansia perubahan metabolismenya berisiko memperburuk imbang nitrogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui imbang nitrogen dan hubungannya dengan asupan energi dan protein pada lansia sakit kritis dalam 48 jam pertama di ICU. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, consecutive sampling. Subyek penelitian adalah 26 lansia sakit kritis. Hasil penelitian pada 24 jam I dan II adalah; imbang nitrogen -5,2 (-31,2 − -4,1) g dan -4,5+4,6; asupan energi 78,8+45,0% dan 91,1+50,2% terhadap target; asupan protein 0,57+0,35 g/kgBB/hari dan 0,71+0,37 g/kgBB/hari serta terdapat korelasi positif bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan energi; r=0,6 dan r=0,5 dan korelasi positif bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan protein; r=0,5 dan r=0,4. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan energi dan protein pada lansia sakit kritis

ABSTRAK
Nitrogen balance in criticaly ill patients tend to be negative due to stress response. In the elderly patients, the metabolic changes risk to worsening nitrogen balance.The aim of this study is to determine nitrogen balance and its relation with energy and protein intake in critically ill elderly patients within 48 hours in ICU. The study was cross sectional, consecutive sampling on 26 subjects. The nitrogen balances were -5.2 (-31.2 − -4.1) g and -4.5+4.6 g; energy intakes were 78.8+45.0% and 91.1+50.2% target; protein intakes were; 0.57+0.35 g/kgBW/d and 0.71+0.37 g/kgBW/d. There were positive correlation between nitrogen balance and energy intake; r=0.6 and r=0.5, and between nitrogen balance and protein intake; r=0.5 and r=0.4 in 24 hours I and II respectively. The conclusion is there were positive correlation between nitrogen balance with energy and protein intakes."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library