Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
G. Alit Artha
Abstrak :
Kasus ?Primitive Neuro Ectodermal Tumor? (PNET) sangat jarang dan sangat sukar didiagnosis. Sebuah kasus PNET didiagnosis dengan teknik histopatologi dan pemeriksaan imunohistokimia. Seorang bayi laki-laki umur 4 bulan diperiksakan ke rumah sakit dengan benjolan pada dinding dada sejak bayi tersebut berumur 3 hari. Benjolan tersebut makin lama makin membesar hingga akhirnya mencapai diameter ± 10 cm, selanjutnya penderita dibawa ke klinik. Benjolan tersebut terfiksir pada dinding dada dengan batas tidak tegas, pada kulit diatas tumor tampak dua ulkus. Selanjutnya tumor tersebut didiagnosis sebagai suatu hemangioma. Secara makroskopis tumor berukuran 17 x 13 x 5,5 cm, berbatas tidak tegas, berwarna putih dan lunak. Secara mikroskopis massa tumor terdiri atas sel-sel berukuran kecil yang tidak berdiferensiasi, berbentuk bulat-oval, dengan inti hiperkromatik, dan sebagian membentuk struktur roset, Homer-Wright di antara bagian lainnya yang difus. Mitosis 7/10 HPF, nekrosis minimal kurang dari 25%. Gambaran ini sesuai dengan suatu ?malignant small round sel tumor?, Pada pemeriksaan imunohistokimia dengan panel antibodi meliputi Vimentin, NSE, Chromogranin dan CD99 menunjukkan Vimentin positif lemah-sedang, NSE negatif-positif lemah, Chromogranin negatif-positif lemah dan CD99 positif lemah-sedang. Secara keseluruhan, berdasarkan pemeriksaan makroskopis, histopatologik, dan imunohistokimia disimpulkan sebagai suatu ?Malignant Small Round Cell Tumor? yang sesuai dengan PNET / ES (Ewing?s sarcoma) yang perlu di konfirmasi dengan pemeriksaan sitogenetik. (Med J Indones 2007; 16:108-12).
Primitive Neuro Ectodermal Tumor (PNET) is rare and difficult to diagnose. A case of PNET was diagnosed based on histopathological and immunohistochemical findings. A 4-month-old infant was admitted to the hospital with a tumor on the midline of his chest wall since he was 3 days old. The tumor was fixed on the chest wall and had ill-defined margin, enlarged over time and reached more than 10 cm in diameter when he was brought to a clinician. Two small ulcers were seen on the skin overlying the tumor. It was diagnosed as soft tissue tumor suggestive of a hemangioma. The tumor was 17 x 13 x 5.5 cm in size, white colored and firm to the touch. Microscopic examination revealed malignant small round cells with round to ovoid nuclei, coarse chromatin and scanty cytoplasm. Most cells were arranged in a solid pattern with scattered Homer-Wright rosettes. The mitotic count was 7/10 HPF, and necrosis was minimal (less than 25%). On immunohistochemical examination, the cells showed weak to moderate immunoreactivity to Vimentin and CD99, but showed negative to weak positive reactivity to NSE and Chromogranin. Based on the clinical features, gross findings, histopathologic and immunohistochemical examinations, the case was diagnosed as a malignant small round cell tumor consistent with PNET / ES (Ewing?s Sarcoma). To confirm the diagnosis, cytogenetic examination is suggested. (Med J Indones 2007; 16:108-12).
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-2-AprJun2007-108
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Imelda Setiana
Abstrak :
Latar belakang: Karsinoma urotelial merupakan keganasan kandung kemih tersering pada laki-laki. Faktor risikonya adalah merokok, pajanan bahan kimia, radiasi, infeksi Schistosoma hematobium. Mutasi p53 merupakan mutasi tersering pada karsinoma urotelial kandung kemih yang menyebabkan akumulasi protein p53 di inti dan terlihat dengan imunohistokimia. Tujuan penelitian adalah untuk melihat perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi serta hubungan ekspresi p53 dengan: "stadium tumor. Bahan dan cara: Penelitian menggunakan desain potong lintang. Sampel terdiri atas 47 kasus yang terbagi menjadi 22 kasus karsinoma urotelial derajat rendah dan 25 kasus karsinoma urotelial derajat tinggi di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) tahun 2009-2017. Dilakukan pulasan imunohistokimia p53 dengan menggunakan cut off positif ≥ 20% berdasarkan penelitian Thakur et al, Ong et al, dan Saint et al. Hasil: Ekspresi p53 positif pada 33 sampel (70,21%), terbanyak pada karsinoma urotelial derajat tinggi 20 kasus (80%), sedangkan pada karsinoma urotelial derajat rendah terdapat 13 kasus (59,1%). Sebanyak 22 kasus (68,8%) Nonmuscle invasive bladder cancer dan 11 kasus (73,3%) Muscle invasive bladder cancer menunjukkan ekspresi positif. Ekspresi p53 cenderung lebih banyak ditemukan pada karsinoma urotelial derajat tinggi dan stadium tinggi. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi. Tidak ada hubungan antara ekspresi p53 dengan stadium tumor. Kata kunci: Karsinoma urotelial, kandung kemih, p53, imunohistokimia. ......Background : Urothelial carcinoma is the most common malignancy in the bladder and mainly occurs in older men. Risk factors for bladder cancer include smoking, exposure to chemicals, radiation and schistosoma hematobium infection. P53 is a tumor suppressor gene that is involved in the cell cycle and plays a role in the occurrence of apoptosis in response to DNA damage. P53 gene mutation is one of the most common genetic changes in urothelial bladder carcinoma. The p53 gene mutation will cause accumulation of p53 protein in the nuclei which can be detected through immunohistochemical examination. The aim of this study is to see differences of p53 expression in low grade and high grade urothelial carcinoma and to see the association of p53 expression with tumor stage. Material and method : This study uses a cross sectional study design. The sample consisted of 47 cases of urothelial bladder carcinoma divided into 22 cases of low grade urotelial carcinoma and 25 cases of high grade urotelial carcinoma originating from the archives of the Anatomical Pathology Department Faculty Medicine of Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital (FKUI/ RSCM) in 2009-2017. The study was carried out by p53 immunohistochemical examination and assessment of p53 expression using a percentage with a positive cut off value of ≥ 20%. Result : This study obtained positive p53 expression in 33 samples from 47 samples studied (70,21%). Most are found in high grade urothelial carcinoma as many as 20 cases (80%). Whereas in low grade urothelial carcinoma there are 13 cases (59,1%) with positive p53 expression. As many as 22 cases (68,8%) of Non muscle invasive bladder cancer (NMIBC) and 11 cases (73,3%) of Muscle invasive bladder cancer (MIBC) showed positive p53 expression. There was no difference between p53 expression in low grade and high grade bladder urothelial carcinoma (p=0,118). This study also showed no association between p53 expression with tumor stage (p=1,000). Conclusion : P53 expression was not significantly different with tumor grade. P53 expression was not significantly associated with the tumor stage.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustinus Gatot Dwiyono
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang sering di Indonesia. Molekul terkait imun yang banyak diteliti adalah Programmed Death-1 (PD-1)/Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil PD-L1 dari spesimen KNF di Indonesia. Metode: Spesimen biopsi massa nasofaring diambil untuk pemeriksaan konsentrasi protein PD-L1 dengan metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pada spesimen yang terbukti secara histologis KNF dilakukan pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) untuk mengetahui ekspresi PD-L1. Hasil: Lima puluh empat spesimen biopsi nasofaring diperoleh. Tiga puluh lima dari 54 spesimen dikonfirmasi secara histologis KNF yang tidak berdiferensiasi dengan usia rerata 51 tahun. Selebihnya, 19 spesimen lainnya secara histologis bukan KNF dengan usia rerata 37 tahun. Pada pemeriksaan ELISA, median konsentrasi PD-L1 dari spesimen KNF adalah 2100,73 ± 3689,52 pg/mg protein, dan spesimen bukan KNF adalah 1010,88 ± 1082,37 pg/mg protein. Pada pemeriksaan IHK 30 sampel KNF untuk pemeriksaan ekspresi PD-L1, semuanya mengekspresikan PD-L1 positif, dengan rincian; skor 1 sebanyak 7%, skor 2 sebanyak 30%, dan skor 3 sebanyak 63%. Kesimpulan: Protein PD-L1 dari spesimen KNF dengan pemeriksaan ELISA signifikan meningkat dibandingkan dengan bukan KNF. Semua spesimen KNF dengan pemeriksaan IHK mengeskspresikan PD-L1 positif dengan mayoritas skor 3. ...... Background: Nasopharyngeal Carcinoma (NPC) is a common malignancy in Indonesia. Immune-related molecules that have been studied are Programmed Death-1 (PD-1)/Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1). This study aims to determine the profile of PD-L1 from NPC specimens in Indonesia. Method: A nasopharyngeal biopsy specimen was taken to examine the concentration of PD-L1 protein by the Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Immunohistochemistry (IHC) examinations were conducted to determine the PD-L1 expression. Results: Fifty-four nasopharyngeal biopsy specimens were obtained. Thirty-five of 54 specimens were confirmed histologically for undifferentiated NPC with an average age of 51 years. The rest, 19 other specimens are histologically non NPC with an average age of 37 years. On ELISA examination, the median PD-L1 concentration of the NPC specimen was 2100.73 ± 3689.52 pg/mg protein, and the non-KNF specimen was 1010.88 ± 1082.37 pg/mg protein. At the IHC examination of 30 NPC samples for PD-L1 expression examination, all of them expressed PD-L1 positive, with details; score 1 is 7%, score 2 is 30%, and score 3 is 63%. Conclusion: PD-L1 protein from NPC specimens by ELISA examination was significantly increased compared to non-NPC. All NPC specimens with IHC examination expressed PD-L1 positive with a majority score of 3.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2014
616.075 83 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Alexander Wiwaha
Abstrak :
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang ganas, deteksi yang lebih awal akan membantu penyembuhan yang lebih baik. Terkait dengan penegakan diagnosis yang akurat pada kanker payudara, salah satu metode dalam bidang patologi adalah analisis imunohistokimia. Salah satu prosedur dalam analisis imunohistokimia adalah menghitung positifitas antigen yang dilakukan dengan menghitung prosentase sel positif dan negatif pada suatu paparan. Selama ini perhitungan positifitas pulasan masih dilakukan secara manual karena pengamatan morfologi imunohistokimia merupakan hal yang penting disamping keterbatasan perangkat bantu yang ada. Proses perhitungan secara manual membutuhkan waktu 5-10 menit dengan akurasi subjektif. Oleh sebab itu, pembuatan perangkat penentu positifitas antigen yang dapat melakukan penghitungan dengan cepat, objektif dan akurasi tinggi sangat penting untuk meningkatkan kualitas diagnosis dokter. Dalam rangka membangun perangkat penentu positifitas antigen tersebut salah satu modul yang harus dipecahkan adalah segmentasi, yaitu bagaimana cara memisahkan bagian citra yang berisi sel positif, negatif dan background. Terdapat dua pendekatan segmentasi yang dapat dilakukan, pertama pendekatan crisp yang diwakili double thresholding dan pendekatan fuzzy yang diwakili oleh fuzzy morphologi. Kinerja dari fuzzy morphologi dan double thresholding telah dibandingkan dalam melakukan segmentasi pulasan imunohistokimia pada citra sel positif kanker payudara. Secara keseluruhan hasil segmentasi dari fuzzy morphologi lebih baik daripada double thresholding kerena tingkat akurasi pendeteksian sel kankernya lebih tinggi dibandingkan dengan metode double thresholding.
Breast cancer is one type of malignant cancer and the preventif detection will help to get better cure. Related to an accurate diagnosis of breast cancer. One of the methods in pathology is immunohistochemistry analysis. One of the procedures in analyzing immunohistochemistry is by counting antigen which is done by counting the precentage of positive and negative cells in an image. So far the counting of positivity of the stain is still being done manually. It happens because the observation of the morphology of immunohistochemistry is important and because of the unsufficient equipment. The manual process of counting needs 5- 10 minutes with subjective acuracy. So the making of the equipment to determine the antigen positivity which can calculate fast, objectively, and with most accuracy is very important to improve the quality of the doctor?s diagnosis. In making the equipment to determine the antigen positivity, one of the moduls which has to be solved is segmentation; how to seperate the image which contains the positive and negative cells and background. There are two segmentation approaches which can be done. First is crisp approaches which is represented by double thresholding and the fuzzy approaches which is represented by the fuzzy morphology. The performance of the fuzzy morphology has been compared with the double thresholding in doing segmentation of the image of immunohistochemistry stain positive cells in breast cancer. The general result of the fuzzy morphology is better than the double thresholding because it can make more accurate detection than the double thresholding method.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Damayanti
Abstrak :

Perubahan yang terjadi pada endometrium akibat penggunaan kontrasepsi yang mengandung progestin hingga kini masih belum dieksplorasi lebih jauh, sehingga mekanisme perdarahan abnormal yang dialami para pemakainya masih belum jelas diketahui mekanismenya. Untuk itu telah dilakukan penelitian yang melihat ekspresi (intensitas pulasan dan kontinuitas) kolagen IV membran basal epitel permukaan endometrium pengguna Norplant® secara imunohistokimia. Tujuh belas jaringan endometrium pengguna Norplante hasil biopsi didapatkan dari Klinik Raden Saleh Jakarta, sedangkan 12 endometrium normal didapatkan dari Monash Medical Centre, Victoria, Australia. Penelitian difokuskan pada 3 kelompok subjek, yaitu kelompok normal, kelompok Light Bleeders dan kelompok Heavy Bleeders. Dikemukakan hipotesis bahwa terdapat perbedaan ekspresi kolagen IV membran basal epitel permukaan antara endometrium normal dengan pengguna Norplanto. Analisis statistik dengan uji Chi Kuadrat dan uji korelasi Spearman dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan ekspresi kolagen IV dan hubungan di antara kelompok-kelompok tersebut di atas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolagen IV membran basal epitel permukaan diekspresikan sepanjang siklus menstruasi endometrium normal. Intensitas pulasan kuat di sepanjang fase proliferasi awal hingga fase sekresi pertengahan dan menurun pada fase sekresi akhir dengan kontinuitas dipertahankan di sepanjang waktu tersebut. Tidak terdapat perbedaan intensitas pulasan kolagen IV antara endometrium normal dengan pengguna Norplant®, tetapi endometrium pengguna Norplant® tampak mengalami diskontinuitas (p=0,011) dengan kecenderungan diskontinuitas terjadi pada kelompok Norplant® yang mengalami perdarahan ringan (Light Bleeders) (p=0,059). Tidak terdapat hubungan antara lama pemakaian Norplant® dengan intensitas pulasan dan kontinuitas membran basal epitel permukaan endometrium.


The Expression of Collagen IV Of the Surface Epithelium Basement Membrane among Norplant® Users

The changes of endometrium morphology among progestin only contraception users have not been explored so far so that the mechanism responsible for progestogen-induced breakthrough bleeding remain unexplained. The aim of this study was to examine the expression of collagen IV as one of basement membrane components by im m unohistoche m istry In section of endometrium from women receiving the subdermal levonorgestrel implant (Norplant@) and normally cycling women. Twelve Control biopsies were obtained from normal subjects from Melbourne, Australia, and Norplant® biopsies were obtained from 17 women from Klinik Raden Saleh, Jakarta. It was hypothesized that in Norplant users, changes in basement membrane collagen IV expression were present.

Biopsies of Norplant® users showed that collagen IV immnostaining intensity were at least as intense as that found in the mid-late secretory phase of the normal cycle, but it exhibited discontinuity (p=0,011)_ The light bleeders though tends to exhibit discontinuity compared to the heavy bleeders (p=8,059). There was no correlation between the length of Norplant® exposure to the expression of collagen IV of basement membrane.

2001
T1406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Steven
Abstrak :
Pendahuluan : Giant Cell Tumor tulang (GCT) merupakan tumor tulang jinak yang dapat secara lokal bersifat agresif dengan tingkat rekurensi mencapai 20%. Antigen Ki-67 dan p53 adalah penanda imunohistokimia pada GCT yang menandakan proliferasi sel dan supresi tumor. Penelitian ini menganalisis hubungan antara penanda Ki-67 dan p53 dengan rekurensi pada kasus GCT. Metode : Penelitian adalah suatu studi Cross-sectional kategorikal. Data yang dikumpulkan adalah data demografis pasien, keterangan terkait diagnosis dan tindakan serta hasil pemeriksaan Ki-67 dan p53. Data pasien Ekspresi Ki-67 dan p53 dievaluasi dengan teknik pewarnaan imunohistokimia menggunakan metode avidin-biotin complex perioxidase dengan menggunakan kit LSAB2. Hasil : Terdapat 26 laki-laki dan 37 perempuan dengan usia rata-rata adalah 34,77 tahun berkisar antara 16 sampai 61 tahun. 13 kasus dengan rekurensi lokal. Tidak terdapat hubungan antara rekurensi dengan karakteristik tumor (jenis kelamin, usia, ukuran tumor, lokasi tumor, stadium tumor dan tindakan operasi). Tidak ada hubungan antara Ki-67 (p=0.524) dan rekurensi lokal serta terdapat hubungan yang signifikan antara p53 dengan rekurensi lokal (p=0.048). Kesimpulan : Ekspresi Ki-67 tidak berhubungan dengan rekurensi, sedangkan ekspresi p53 berhubungan dengan rekurensi giant cell tumor tulang. Tidak terdapat hubungan antara rekurensi lokal dengan karakteristik tumor (jenis kelamin, usia, lokasi tumor, ukuran tumor, stadium tumor dan tindakan operasi).
Introduction : Giant cell tumor of bone (GCTB) is a benign neoplasm that may be locally aggressive with recurrence rate reaching 20%. Ki-67 and p53 are immunochemistry markers that marked cell proliferations and tumor suppression. This research analyze the association between Ki-67 and p53 with recurrence of GCT. Method :This study is a Cross-sectional categorical study. Demography of the patients, diagnosis and treatment related to the GCT, and Ki-67 and p53 results were taken. The expression of Ki-67 and p53 were evaluated using a immunochemistry staining with avidin-biotin complex peroxidase by using KSAB2 kit. Result : There are 26 men and 37 women with an average age is 34.77 years ranged from 16 to 61 years. 13 cases with local recurrence. There is no association between recurrence and tumor characteristics (sex, age, tumor size, tumor location, stage and operation). There is no association between Ki-67 with local recurrence (p=0,524) and a significant association between p53 and local recurrence (p=0,048). Conclusion : Ki-67 was not associated with recurrence, mean while p53 was associated with recurrence of GCT. There is no association between recurrence and tumor characteristics (sex, age, tumor size, tumor location, stage, and operation).
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nevita Oktamiya Bernanthos
Abstrak :
Latar belakang: Kanker esofagus dilaporkan sebagai penyebab kematian keenam dari seluruh jenis kanker yang ada di seluruh dunia. Salah satu faktor risiko terjadinya keganasan esofagus, terutama adenokarsinoma esofagus adalah gastroesophageal reflux disease (GERD). Diagnosis dini GERD sangat penting karena esofagitis refluks kronis merupakan faktor risiko utama terjadinya Barret esofagus, yang merupakan lesi prekursor terjadinya adenokarsinoma esofagus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ekspresi p53 dan Ki67 pada esofagitis refluks derajat ringan, esofagitis refluks derajat berat dengan kriteria Esohisto dan Barret esofagus. Bahan dan cara: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian potong lintang, dengan melakukan pulasan imunohistokimia p53 dan Ki67 pada 76 kasus sampel yang terbagi menjadi 30 kasus esofagitis refluks derajat ringan, 14 kasus esofagitis refluks derajat berat, dan 32 kasus Barret esofagus di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto mangunkusumo (FKUI/RSCM) tahun 2016-2018. Hasil: Ekspresi p53 positif pada 54 kasus sampel (71,1%), terbanyak pada Barret esofagus sebanyak 28 kasus (51,9%). Ekspresi Ki67 tinggi pada 46 kasus (60,5%), terbanyak pada esofagitis refluks derajat berat sebanyak 12 kasus (85,7%) Kesimpulan: Ekspresi p53 dan Ki67 pada esofagitis refluks derajat berrat dan Barret esofagus lebih tinggi dibanding dengan esofagitis refluks derajat ringan. ......Background: Esophageal cancer is reported as the sixth leading cause of death from all types of cancer worldwide. One of the risk factors for esophageal malignancy, especially esophageal adenocarcinoma is gastroesophageal reflux disease (GERD). Early diagnosis of GERD is very important because chronic reflux esophagitis is a major risk factor for Barrett esophagus, which is a precursor lesion to esophageal adenocarcinoma. The aim of this study was to determine p53 and Ki67 expression in mild reflux esophagitis, severe reflux esophagitis with the criteria of Esohisto and Barrett esophagus. Materials and methods: This study is a descriptive study with a cross-sectional design, by performing immunohistochemical results of p53 and Ki67 in 76 sample cases which were divided into 30 cases of mild reflux esophagitis, 14 cases of severe reflux esophagitis, and 32 cases of Barret esophagus in the Department Anatomical Pathology, Faculty of Medicine, University of Indonesia / Cipto Mangunkusumo Hospital (FKUI / RSCM) 2016-2018. Results: P53 positive expression in 54 sample cases (71.1%), most in Barret esophagus as many as 28 cases (51.9%). Ki67 expression was high in 46 cases (60.5%), most in severe reflux esophagitis as many as 12 cases (85.7%) Conclusion: The expression of p53 and Ki67 in severe reflux esophagitis and Barrett esophagus was higher than in mild reflux esophagitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Andriyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Aplikasi Metode Immunohistokimia IHC Untuk Mendeteksi Keberadaan Betanodavirus Pada Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Deteksi antigen betanodavirus pada 26 ekor ikan kerapu macan Epinephelus fuscoguttatus yang diduga terinfeksi telah dilakukan dengan metode imunohistokimia. Tanda klinis pada benih yang terinfeksi sering menunjukkan perilaku berenang yang tidak normal, seperti posisi vertikal, berputar dan terjadi beberapa perubahan pigmentasi. Metode screening yang dilakukan oleh RT-PCR memberikan hasil positif dengan munculnya band pada hasil elektroforesis pada 230 bp. Secara histopatologi terdapat sel-sel yang mengalami nekrotik dengan vakuolasasi di organ otak dan mata. Deteksi imunohistokimia menggunakan antibodi monoklonal spesifik untuk betanodavirus menunjukkan reaksi positif dengan pembentukan warna coklat di jaringan organ otak dan mata. Pengujian imunohistokimia adalah salah satu metode yang cocok untuk deteksi dan diagnosis infeksi betanodavirus pada ikan.
ABSTRACT
Application of Immunohistochemistry Methods for Detecting of Betanodavirus in Tiger Grouper Fish Epinephelus fuscoguttatus Detection of betanodavirus antigen on the 26 heads of infected tiger grouper fish Epinephelus fuscoguttatus by immunohistochemistry was done. Clinical sign of the infected larva and juvenile stages often show abnormal swimming behaviour, including vertical positioning, spinning and some change in pigmentation. Methods of screening done by RT PCR give result showed by electrophoresis band with all most sample give positif in 230 base pairs. Histopathologically, there were necrotic area with vacuolation in brain and retine organs. Immunohistochemistry detection using specific monoclonal antibody to betanodavirus showed positif reaction with brown colours formation in the internal organs like brain and retine. Immunohistochemistry assay is one of the suitable methods for detection and diagnose of betanodavirus infection in fish.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnain
Abstrak :
Aplikasi metabolomik dalam analisis subtipe kanker payudara dinilai cukup menjanjikan, salah satunya melalui penilaian profil asam amino. Informasi profil asam amino pada pasien kanker payudara berperan penting dalam tatalaksana pengobatan dan prognosis kanker payudara. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan suatu pola perubahan asam amino pada pasien kanker payudara dibandingkan kontrol orang sehat, yang mengindikasikan kaitan asam amino dengan kanker payudara. Beberapa asam amino dapat menjadi biomarker yang menunjukkan adanya asosiasi dengan progresivitas kanker maupun subtipe IHK kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan profil asam amino berdasarkan subtipe imunohistokimia kanker payudara. Penelitian menggunakan studi desain potong lintang yang melibatkan 51 pasien kanker payudara di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sampel darah pasien yang terdiagnosis kanker payudara diukur kadar asam aminonya menggunakan metode HPLC dan nilai yang diperoleh dibandingkan dengan nilai rujukan normal untuk mengetahui adanya pola kenaikan dan penurunan. Pola asam amino akan dianalisis dan diuji asosiasinya berdasarkan pengelompokan subtipe imunohistokimia, yang dibagi menjadi Luminal A, Luminal B+HER2 dan Triple Negative Breast Cancer (TNBC) Sebanyak 51 pasien kanker payudara didominasi oleh kelompok Luminal B+HER2 diikuti oleh Luminal A dan TNBC. Sebagian besar pola asam amino berdasarkan subtype IHK menunjukkan kadar normal, kecuali asam amino arginin dan histidin yang mengalami peningkatan pada kelompok Luminal A dan Luminal B+HER, serta penurunan kadar asam amino ornitin pada kelompok TNBC. Analisis bivariat meunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05) antara asam amino arginin dan ornitin dengan subtipe IHK. Luminal B+HER2 menjadi kelompok subtipe imunohistokimia kanker payudara yang mendominasi. Berdasarkan 19 asam amino yang diuji, asam amino dari ketiga kelompok subtipe imunohistokimia cenderung normal, dimana hanya tiga asam amino yang menunjukkan pola perubahan, yaitu histidin, ornitin dan arginin. Asam amino arginin dan ornitin menunjukkan hubungan yang signifikan dengan subtipe imunohistokimia.  ......Metabolomic approach to analyze the immunohistochemistry subtype in breast cancer is a promising tool, especially measuring amino acid levels. The amino acid profile on breast cancer patients has a significant role as guidance and prognosis. Previous studies showed alteration of amino acid levels in breast cancer patients compared to healthy women, indicating an association between amino acid and breast cancer. Some amino acids can be used as a biomarker for determining a relationship between breast cancer with cancer progression or immunohistochemistry. This study aims to investigate the association of amino with immunohistochemistry in breast cancer. This is a cross-sectional study that involved 51 breast cancer patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo. A blood sample was collected from patients and analyze using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) methods to calculate the level of amino acid. The measurement of amino acid was compared to standard to determine amino acid alteration whether amino acid is increased or decrease. The data are analyzed and tested statistically to investigate the association of amino acid alteration based on three categories of immunohistochemistry (Luminal A, Luminal B+HER2 dan Triple-Negative Breast Cancer (TNBC)). A total of 51 breast cancer patients showed Luminal B+HER2 group has the highest frequency of immunohistochemistry subtype, followed by Luminal A and TNBC, respectively. There were mostly no changes in amino acid levels among the three subtypes, except arginine and histidine, which showed increased amino acid levels in Luminal A and Luminal B+HER2, whereas a decrease of ornithine level showed in TNBC group. Bivariate analysis showed significantly association between amino acid arginine and ornithine with immunohistochemistry subtype in breast cancer (p<0.05).  The majority of immunohistochemistry subtypes in breast cancer were Luminal B+HER2. Out of 19 amino acids, most of the amino acid are stable in three groups, excluding arginine, histidine and ornithine. Arginine dan ornithine showed a significantly association with immunohistochemistry subtype of breast cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>