Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mieke Marindawati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Biopsi aspirasi jarum halus/Fine needle aspiration biopsy (FNAB) merupakan teknik diagnostik yang efektif untuk membedakan lesi jinak dan ganas yang dapat membantu menilai perlu atau tidaknya dilakukan pembedahan. Namun FNAB mempunyai keterbatasan dalam mendiagnosis terutama pada lesi indeterminate sehingga perlu dilakukan pulasan imunositokimia untuk meningkatkan akurasi. Cytokeratin 19 (CK19) merupakan penanda yang sensitif untuk karsinoma papiler tiroid, namun masih jarang dilakukan pada spesimen FNAB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akurasi diagnostik imunositokimia CK19 pada spesimen FNAB lesi indeterminate nodul tiroid.

Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dan merupakan penelitian observasional analitik menggunakan desain potong lintang. Populasi penelitian adalah kasus FNAB nodul tiroid yang berpasangan dengan kasus histopatologi dari arsip Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM tahun 2014-2015. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel berjumlah 42 kasus yang terdiri dari 11 kasus (26%) lesi jinak, 12 kasus (29%) atypical of undetermined significance (AUS), 10 kasus (24%) suspicious, dan 9 kasus (21%) ganas. Dilakukan pulasan CK19 dan dinilai ekspresinya berdasarkan titik potong

Hasil: Pada 42 sampel yang diteliti terdapat 23 kasus sitologik dengan ekspresi CK19 positif kuat, yang terdiri atas 21 kasus histopatologik ganas dan 2 kasus histopatologik jinak. Sedangkan 19 kasus sitologik yang menunjukkan ekspresi CK19 positif lemah/negatif terdiri atas 17 kasus histopatologik jinak dan 2 kasus histopatologik ganas. Berdasarkan hasil ini akurasi diagnostik sediaan FNAB lesi indeterminate adalah 86%. Secara umum juga menunjukkan bahwa pulasan imunositokimia CK19 pada spesimen sitologik FNAB mempunyai nilai sensitivitas 91%, spesifisitas 89%, nilai prediksi positif 91%, nilai prediksi negatif 89% dan akurasi diagnostik 90%.

Kesimpulan: Pulasan CK19 dapat digunakan sebagai penanda untuk membedakan karsinoma papiler tiroid dan nodul jinak tiroid pada spesimen FNAB lesi indeterminate dengan akurasi diagnostik 86%.
ABSTRACT
Background: Fine-needle aspiration biopsy (FNAB) is a diagnostic technique that is effective in distinguish between benign and malignant lesions that can help to assess whether any surgery is required or not. However FNAB has limitations in diagnosis, especially in indeterminate lesions. Therefore accuracy of this technique can be improved by immunocytochemistry staining. Cytokeratin 19 (CK19) is a sensitive marker for papillary carcinoma of the thyroid, but still rarely performed in FNAB specimens. The aim of the present study was to establish the diagnostic accuracy of CK19 in thyroid FNAB indeterminate lesion

Methods: This study is an analytic observational research using cross sectional design. The population of this study was FNAB cases of thyroid nodules which paired with histopathological cases. Data was retrieved from the archives of Anatomic Pathology Department of the Faculty of medicine/Cipto Mangunkusumo Hospital years 2014-2015. Sample selection performed by consecutive sampling. Total 42 cases in this study consisting of 11 benign lesions (26%), 12 Atypical of undetermined significance (AUS) (29%), 10 suspicious (24%), and 9 malignant (21%). CK19 staining was performed and the positivity expression was determined based on cut off.

Results: Totally 42 samples studied contained 23 cytologic case with strong positive expression of CK19, consisting of 21 malignant histopathologic cases and 2 benign histopathologic cases. While 19 cytologic cases that showed weakly positive/ negative CK19 expression was consisted of 17 benign histopathologic cases and 2 malignant histopathologic cases. Based on these results the diagnostic accuracy of FNAB preparations indeterminate lesions was 86%. In general showed that CK19 staining immunocytochemistry on cytologic specimens FNAB have a sensitivity of 91%, specificity of 89%, positive predictive value of 91% , negative predictive value of 89% and diagnostic accuracy of 90%.

Conclusion: CK19 staining can be used as a marker to distinguish between papillary carcinoma thyroid and benign thyroid nodules in FNAB indeterminate lesions with a diagnostic accuracy of 86%.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wagini A. Muljanto
Abstrak :
ABSTRAK
Pemeriksaan sitologi aspirasi (jarum halus) merupakan sarana diagnostik yang efisien, dan mempermudah deteksi dini kanker payudara. Salah satu sitoteknologi maju yang merupakan penunjang diagnosis ialah imunositokimia. Pemeriksaan imunositokimia dapat memeriksa kandungan zat di dalam sel, misalnya onkoprotein CerbB-2 yang merupakan produk neu onkogen, sebagai perwujudan mutasi genetic. Zat lain ialah PCNA (proliferating cell nuclear antigen) yang digunakan untuk mengukur kecepatan proliferasi atau pertumbuhan tumor. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui korelasi analisis struktural dengan evaluasi fungsional sel. Analisis multivariabel diharapkan meningkatkan ketepatan diagnostik dan penilaian prognostik.

Desain umum penelitian ialah pengamatan cross-sectional. Subyek penelitian ialah 24 pengidap tumor payudara, terdiri atas 12 kasus kanker dan 12 lesi jinak. Sediaan sitologi aspirasi dianalisis di Laboratorium Sitologi Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sejak Desember 1993 sampai dengan Mei 1994). Pewarnaan imunositokimia dilakukan dengan teknik imunoenzin (peroksidase -antiperoksidase). Antibodi primer anti- onkoprotein C-erbB-2 ialah antibodi nonoklonal dari clone CB11; sedangkan antibodi anti- PCNA ialah antibodi monoklonal dari clone 19A2 (Biogenex). Analisis sitomorfologik dilakukan dengan pewarnaan rutin Papanicolaou dan Giemsa.

Hasil penelitian menunjukkan positivitas onkoprotein C-erbB-2 pada 60Z kasus kanker payudara, berupa pola butir pewarnaan di membran sel/plasmalemma. Lesi jinak pada pasien berusia muda tidak menunjukkan ekspresi onkoprotein, sedangkan pada yang berusia > 40 tahun terdapat 2 kasus yang menunjukkan positivitas fokal. Positivitas PCNA pada, kanker payudara bervariasi, menunjukkan variabilitas kecepatan pertumbuhan tumor. Lesi jinak berusia muda juga menunjukkan proporsi positivitas PCNA yang tinggi.

Kesimpulan yang ditarik ialah : terdapat petunjuk peningkatan mutasi genetik sesuai dengan peningkatan usia, agaknya merupakan efek akumulatif. Perbedaan kecepatan pembelahan sel tidak dapat digunakan untuk membedakan keganasan tumor payudara, namun dapat digunakan sebagai variabel prognostik di antara kasus kanker.
ABSTRACT
(Fine-needle) Aspiration cytology examination is an efficient diagnostic tool, which will facilitate early detection of breast cancer. One of the advanced cytotechnology as diagnostic adjunct is immunocytochemistry. Inmunocytochenistry can detect cellular chemical contain, i.e_ C-erbB-2 oncoprotein, which is produced by neu oncogene as manifestation of genetic mutation. Another substance is PCNA (proliferating cell nuclear antigen), which can measure proliferation or growth of the tumor. This study aim is to evaluate correlation of structural and functional analysis of the cell. Multivariate analysis can enhance diagnostic accuracy and prognostic measure.

General design of the study is cross-sectional observation. Research subject are 24 patient with breast tumor, 12 were cancer, other were benign lesion. Cytology specimen was examined in Cytology Laboratorium, Department of Anatomic Pathology, Faculty of Medicine, University of Indonesia, during December 1993 until Hei 1994. Imnunostaining was done with immunoenzyme (peroxidase - antiperoxidase) technique. The primary antibody anti- C-erbB-2 oncoprotein is monoclonal antibody from clone CB11; source of primary antibody anti- PCNA is monoclonal antibody from clone 19A2 (Biogenex). Cytonorphologic analysis was done with Papanicolaou staining slide and Giemsa staining.

The result of this study is positivity oncoprotein c-erbB-2 in 60% of breast cancer cases, with membranous staining granule in the plasmalemma. Benign lesions do not overexpression oncoprotein, except 2 cases of the old patient with focal staining. PCNA positivity of breast cancer were variable amount, which are consistent with variability of the tumor growth. But the benign lesions were also expression PCNA, especially the young patient.

Conclusion of this study is the overexpression of oncoprotein indicate of increase mutagenesis consistent with the age, as accumulative effect. Proliferation rate can not distinguish malignant or benign neoplasm of the breast, but this contribution is to prognostic factor among the cancer cases.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tity Silvia
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang. Transfusi darah mempunyai resiko untuk menyebabkan transmisi penyakit melalui darah, seperti malaria. Indonesia merupakan daerah endemik malaria terutama jenis P.falsiparum dan P.vivax. Di daerah endemik sulit menyaring kasus malaria hanya melalui wawancara dan keadaan klinis saja sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk menyaring kasus malaria. Pemeriksaan laboratorium terhadap malaria yang ada saat ini adalah pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa, rapid diagnostic tests (RDT) dan PCR. Teknik yang digunakan tersebut memiliki keterbatasan. Perubahan yang terjadi pada permukaan membran eritrosit selama perkembangan parasit malaria intraseluler antara lain diekspresikannya berbagai protein polimorfik yang diketahui dapat memberi respon imun yang kuat. Antibodi terhadap molekul protein ini dapat ditemukan dalam serum penderita segera setelah penyembuhan infeksi malaria primer. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk melihat apakah sediaan apus sel darah merah yang terinfeksi malaria yang diwarnai dengan teknik imunositokimia dapat mendeteksi adanya antigen pada permukaan sel darah merah tersebut menggunakan mikroskop cahaya. Metodologi.Penelitian ini dilakukan pada 42 bahan penelitian yang terdiri dari bahan yang positif dan negatif berdasarkan pemeriksaan mikroskop. Bahan penelitian ini diperiksa dengan teknik PCR sebagai baku emas, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan imunositokimia ( immunocytochemistry,ICC). Hasil. Dari 42 bahan penelitian yang diperiksa dengan PCR , dua bahan tidak dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan ICC karena sediaan terlalu kecil.Dari 40 bahan yang diperiksa dengan PCR dan ICC, tiga bahan penelitian menunjukkan hasil positif dengan pemeriksaan PCR maupun ICC. Satu bahan penelitian yang negatif dengan pemeriksaan PCR menunjukkan hasil positif dengan pemeriksaan ICC. Sensitivitas pemeriksaan menggunakan teknik ICC dibandingkan dengan PCR adalah 100% dengan spesifisitas 97%. Simpulan. Pemeriksaan ICC cukup sensitif untuk menyaring adanya sel darah merah yang terinfeksi malaria sehingga dapat dipertimbangkan sebagai pemeriksaan untuk uji saring malaria pada darah donor.
ABSTRACT
Background. Blood transfusion are at risk to cause the transmission of blood borne diseases, such as malaria. Indonesia is a malaria- endemic areas , especially P.falciparum and P.vivax. In endemic areas, malaria is difficult to filter out throught interviews and clinical manifestation only. Hence, the laboratory tests to screen cases of malaria are needed. The existing laboratory techniques to detect malaria are microscopic examination with Giemsa staining, rapid diagnostic test and PCR. These technique had limitation . Changes that occur on the surface of the erythrocyte membrane during intracellular malaria parasite development such as the expression of various polymorphic protein, is known to induce a strong immune response. Antibodies to this protein molecule can be found in the serum of patients immediately after primary malarial infection. Therefore this research aims to search if the red blood cells smear of blood infected with malaria using immunocytochemistry technique can detect the presence of antigens on the surface of red blood cells using a light microscope. Methodology. In this study conducted at 42 study material consisting of positive and negative material base on microscope examination. This research material examined by PCR as gold standard, followed by immunocytochemistry examination (ICC). Result. Forty two research material were examined by PCR, two material can not be able to proceed with the ICC examination because the size of preparation are too small. Forty material were examined by PCR and ICC, three material research shows positive result with PCR and ICC . One study material negative with PCR shows positive result with the ICC. Sensitivity checks using ICC compared to PCR technique was 100% with specificity was 97%. Conclusion. ICC technique is sensitive to screen for red blood cells infected with malaria. It can be considered as a screening examination for malaria in blood donor.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Shafira Hanifah
Abstrak :
ABSTRACT
Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia pada pria dan wanita. Kejadian kanker di Indonesia mencapai 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan tingkat mortalitas mencapai 9,5% dari kasus kanker. Progresi kanker sangat terkait dengan ekspresi berlebihan COX-2 pada sel kanker kolorektal. Inhibitor COX-2 seperti COXIB dan NSAID memiliki efek kemopreventif, tetapi juga memiliki efek kardiovaskular yang berbahaya. Terdapat herbal yang memiliki aktivitas antikanker, salah satunya adalah tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa). Efek antikanker berbagai bagian tanaman telah diuji, tetapi penelitian mengenai bagian batang tanaman Mahkota Dewa masih minim. Ekstrak batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dipersiapkan untuk dimaserasi dalam etanol. Aktivitas antikanker ekstrak etanol Phaleria macrocarpa in-vitro diuji dengan MTT assay pada lini sel kanker kolorektal HCT116. Studi ini juga menilai efek ekstrak etanol Phaleria macrocarpa terhadap penghambatan ekspresi COX-2 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 melalui penghitungan nilai H-score dari pewarnaan imunositokimia. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) menunjukkan aktivitas antikanker melalui penghambatan pertumbuhan dengan nilai IC50 sebesar 1,327 µg/ml.  Salah satu jalurnya adalah melalui penghambatan ekspresi COX-2 yang ditunjukkan nilai H-score sebesar 173,33 pada pemberian ekstrak dengan dosis 200 ppm. Penelitian ini membuktikan bahwa batang (Phaleria macrocarpa) menghambat pertumbuhan kanker kolorektal, salah satunya melalui penghambatan COX-2.
ABSTRACT
Colorectal cancer is the third most malignancy in the world in men and women. The prevalence of cancer reached 12,8 per 100,000 adult populations, with mortality rate reaching 9,5% from all cancer cases. Cancer progression is strongly associated with excessive expression of COX-2 in colorectal cancer cells. COX-2 inhibitors such as COXIB and NSAID have been proven to have chemopreventive nature, but also have harmful cardiovascular effects. There are herbs that have anticancer activities such as Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) plant. Various parts of the plant have been researched on its anticancer effect, but research on its bark parts of Mahkota Dewa is still minimal. Ethanol extract from Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark was prepared for maceration in ethanol. Phaleria macrocarpa bark ethanol extract in-vitro anticancer activity was tested with MTT assay on HCT116 colorectal cancer cell line. This study also assessed the effect of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark on inhibition of COX-2 expression in the HCT116 colorectal cancer cell line by counting the H-score from immunocytochemistry staining. Ethanol extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark shows anticancer activity by inhibiting its growth with IC 50 of 1,327 µg/ml. One of the pathways is through inhibition of COX-2 expression, shown from H-score of 173,33 after administration of ethanol extract of Phaleria macrocarpa bark at a dose of 200 ppm. This study shows that Phaleria macrocarpa bark is a colorectal cancer growth inhibitor, one of which is through inhibition of COX-2.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Zahra Afifah
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker dengan insidensi tertinggi ketiga di dunia dengan angka mortalitas 880.792 jiwa (Globocan 2018). Saat ini tata laksana kanker kolorektal terbatas pada kemoterapi dan operasi dengan hasil klinis yang buruk. Adapun terapi target yang baru-baru ini dikembangkan ternyata memiliki efek samping yang cukup parah dan indikasinya terbatas. Di sisi lain, protein iNOS ditemukan meningkat pada jaringan yang mengalami inflamasi, termasuk pada kanker kolorektal. Peningkatan ekspresi iNOS dikorelasikan dengan prognosis kanker yang buruk sehingga berpotensi dijadikan sebagai target terapi dalam penanganan kanker kolorektal. Moringa oleifera merupakan tanaman obat yang diketahui khasiatnya sebagai agen antioksidan, antiinflamasi, dan antikanker. Penelitian ini ditujukan untuk menilai pengaruh ekstrak etanol daun Moringa oleifera terhadap ekspresi iNOS sel HT-29. Metode: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera diuji secara in vitro pengaruhnya terhadap ekspresi iNOS sel HT-29. Pengujian dilakukan secara imunositokimia dengan tiga serial konsentrasi ekstrak, yaitu 50, 100, dan 200 ppm, tanpa disertai kontrol. Ekspresi iNOS diukur dengan H-score melalui bantuan aplikasi ImageJ. Hasil: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera menurunkan ekspresi iNOS sel HT-29 pada konsentrasi 200 ppm dengan rerata H-score sebesar 118,67 ± 1,68. Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun Moringa oleifera pada konsentrasi 200 ppm secara signifikan (p < 0,05) dapat menurunkan ekspresi iNOS sel kanker kolorektal HT-29. ......Introduction: Colorectal cancer is cancer with the third-highest incidence globally with 880.792 mortality (Globocan 2018). Currently, the management of colorectal cancer is limited to chemotherapy and surgery with poor clinical outcomes. The recently developed targeted therapy has quite severe side effects and has limited indication. On the other hand, the iNOS protein was found to be increased in number in inflamed tissues, including colorectal cancer. Increased iNOS expression is correlated with a poor cancer prognosis so that it has the potential to be used as a therapeutic target in the treatment of colorectal cancer. Moringa oleifera is a medicinal plant known for its properties as an antioxidant, anti-inflammatory, and anticancer agent. This study aimed to assess the effect of Moringa oleifera leaf extract on iNOS expression in HT-29 cells. Method: Ethanol extract from Moringa oleifera leaf tested in vitro for its effect on iNOS expression in HT-29 cells. The test was carried out through an immunocytochemical procedure with three serial concentrations of the extract, 50, 100, and 200 ppm. iNOS expression was measured by H-score using ImageJ application. Result: Moringa oleifera leaf extract decreased the iNOS expression of HT-29 cells when given the extract with a concentration of 200 ppm with an average H-score of 118.67 ± 1.68. Conclusion: The administration of Moringa oleifera leaf extract at a concentration of 200 ppm significantly (p < 0.05) can decrease iNOS expression in HT-29 colorectal cancer cells.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aida Novitarani
Abstrak :
ABSTRACT
Pendahuluan. Kanker kolorektal colorectal cancer (CRC) menduduki peringkat ketiga sebagai kanker yang umum didiagnosis, dan peringkat keempat sebagai penyebab kematian akibat kanker di seluruh dunia. Tingkat insidensi CRC di Indonesia per-100.000 populasi adalah 19,1 bagi pria, dan 15,6 bagi wanita. Sebanyak 30% pasien CRC di Indonesia berusia 40 tahun atau lebih muda. Dalam studi pada jaringan pasien dengan CRC, diketahui bahwa adanya peningkatan ekspresi (overexpression) protein B-catenin serta adenomatous polyposis coli (APC) pada sel-sel CRC. Dalam perjalanan penyakit kanker, dapat ditemukan adanya protein caspase-3 sebagai faktor pro-apoptosis sel. Di Indonesia, tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan tumbuhan yang seringkali digunakan sebagai obat dan diduga dapat membantu dalam pengobatan kanker. Aktivitas biologis yang diketahui dari berbagai bagian dari tanaman Mahkota Dewa yang mendukung dalam pengobatan kanker diantaranya adalah antikanker, antiinflamasi, dan antioksidan. Metode. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dimaserasi dengan pelarut etanol. Efek ekstrak etanol batang Mahkota Dewa terhadap ekspresi protein B-catenin dan caspase-3 pada lini sel kanker kolorektal HCT116 dilakukan dengan pewarnaan imunositokimia serta penghitungan nilai H-score. Dosis ekstrak yang digunakan adalah 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, dan kontrol negatif, yaitu tanpa pemberian ekstrak. Analisis data dilakukan dengan Uji One-way Anova program IBM SPSS Statistics Version 20. Hasil. Pada ekspresi protein B-catenin lini sel kanker kolorektal HCT116, perbedaan bermakna diobservasi pada nilai H-score pemberian ekstrak dosis 200 ppm dibandingkan dengan nilai H-score pemberian ekstrak dosis lainnya dan kontrol negatif. Pada ekspresi protein caspase-3, tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna dari nilai H-score antar dosis. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas penghambatan dari batang mahkota dewa terhadap kanker kolorektal, yaitu dengan menghambat ekspresi protein B-catenin.
ABSTRACT
Introduction. Colorectal cancer (CRC) is the third highest incidence for cancer and fourth leading cause of death by cancer in the world. The incidence rate of CRC per-100.000 population in Indonesia is 19.1 for men and 15.6 for women. Almost a third of CRC patients in Indonesia were aged around 40 years old or younger. In a study using CRC patients tissue, it was observed that there is an overexpression of B-catenin protein and adenomatous polyposis coli (APC) in CRC cells. In the progress of cancer, caspase-3 protein can be observed as a pro-apoptotic factor of cells. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) has been widely used as a traditional medicine and was tought to have anticancer properties. Biological activities that are known from Phaleria macrocarpa are anticancer, antiinflammatory, and antioxidant properties. Method. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) stem bark was macerated in ethanol solvent. The effect of the ethanol extract of Mahkota Dewa stem bark on the expression of B-catenin and caspase-3 proteins in colorectal cancer cell line (HCT116) was assessed using H-score taken from immunocytochemistry stained specimens. Doses of extract given were 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, and no extract (negative control). H-score values were analyzed using one-way Anova test in IBM SPSS Statistics program Version 20. Results. Significant changes can be observed only in B-catenin cell group with 200 ppm dose of extract. In the caspase-3 group, no significant changes can be observed. Conclusion. This finding shows that Phaleria macrocarpa bark extract shows potential of inhibiting growth of colorectal cancer by suppressing the expression of B-catenin protein.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Maulidiya Shufiyani
Abstrak :
Pendahuluan. Mortalitas akibat kanker kolorektal di Indonesia sebesar 9,5% dari seluruh kasus kanker. Pasien kanker kolorektal dengan ekspresi iNOS yang tinggi diketahui memiliki prognosis yang buruk. Sampai saat ini diketahui terdapat dua specific drug therapy dengan target EGFR dan VEGF yang dapat digunakan pada pasien kanker kolorektal. Akan tetapi, kedua obat tersebut masih terbatas penggunaannya serta menimbulkan efek samping. Delima (Punica granatum) diketahui sebagai tanaman herbal yang memiliki aktivitas antioksidan, antiinflamasi, dan antikanker. Beberapa penelitian telah menguji efek delima terhadap kanker. Akan tetapi, penelitian mengenai efek biji delima terhadap kanker masih minim. Metode. Aktivitas antikanker ekstrak etanol Punica granatum secara in vitro diuji menggunakan metode MTT assay pada cell line kanker kolorektal HCT116. Terdapat delapan serial konsentrasi yang diuji melalui MTT assay. Efek ekstrak etanol Punica granatum terhadap ekspresi protein iNOS pada cell line kanker kolorektal HCT116 dinilai melalui penghitungan nilai H-score dari pewarnaan imunositokimia. Terdapat empat kelompok perlakuan; kontrol negatif (0 ppm), dosis kecil (50 ppm), dosis sedang (100 ppm), kelompok dosis besar (200 ppm). Tiga konsentrasi dengan persentase inhibisi terbesar dari hasil MTT assay digunakan sebagai dosis esktrak pada imunositokimia. Hasil. Ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) menunjukkan aktivitas antikanker melalui penghambatan pertumbuhan sel kanker kolorektal HCT116 dengan nilai IC50 sebesar 54,2763 μg/ml. Penurunan ekspresi protein iNOS dengan rerata nilai H-score sebesar 158,48 terjadi setelah diberikan ekstrak dengan dosis 200 ppm. Kesimpulan. Penelitian ini membuktikan bahwa biji delima (Punica granatum) menghambat pertumbuhan serta menurunkan ekspresi protein iNOS kanker kolorektal.
Preliminary. Mortality due to colorectal cancer in Indonesia is 9.5% of all cancer cases. Colorectal cancer patients with high iNOS expression are known to have a poor prognosis. Until now, it is known that there are two specific drug therapies targeting EGFR and VEGF that can be used in colorectal cancer patients. However, both drugs are still limited in their use and cause side effects. Pomegranate (Punica granatum) is known as an herbal plant that has antioxidant, anti-inflammatory, and anticancer activities. Several studies have tested the effects of pomegranate on cancer. However, research on the effects of pomegranate seeds on cancer is still minimal. Method. The anticancer activity of the ethanolic extract of Punica granatum was tested in vitro using the MTT assay method on the HCT116 colorectal cancer cell line. There are eight concentration series tested by MTT assay. The effect of Punica granatum ethanol extract on iNOS protein expression in the HCT116 colorectal cancer cell line was assessed by calculating the H-score value from immunocytochemical staining. There is four treatment groups; negative control (0 ppm), small dose (50 ppm), medium dose (100 ppm), large dose group (200 ppm). The three concentrations with the largest percentage of inhibition from the MTT assay were used as extract doses for immunocytochemistry. Results. Pomegranate (Punica granatum) seed ethanol extract exhibits anticancer activity by inhibiting the growth of HCT116 colorectal cancer cells with an IC50 value of 54.2763 g/ml. The decrease in iNOS protein expression with an average H-score of 158.48 occurred after the extract was given at a dose of 200 ppm. Conclusion. This study proved that pomegranate seeds (Punica granatum) inhibited growth and decreased the expression of colorectal cancer iNOS protein.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Nurul Annisa
Abstrak :
Pendahuluan. Kanker kolorektal menempati posisi keempat kanker dengan kasus baru di Indonesia, sehingga Kemenkes memiliki urgensi dalam menatalaksana kanker ini. Ekspresi protein Bcl-2 yang berlebihan pada pasien kanker kolorektal berperan dalam mekanisme proliferasi sel kanker, yaitu kegagalan kaskade apoptosis sel abnormal. Penanganan kanker kolorektal dapat berupa operasi eksisi atau terapi radiokemoterapi, namun beberapa obat memiliki efek samping yang dapat memperburuk prognosis pasien. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) diketahui memiliki aktivitas antikanker karena kandungan phalerin dan asam galatnya, namun belum banyak penelitian yang membahas efek batang Phaleria macrocarpa terhadap kanker kolorektal. Metode. Batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dimaserasi dengan pelarut etanol 96%. Efek ekstrak etanol batang Phaleria macrocarpa terhadap ekspresi protein Bcl-2 terhadap sel HCT116 dinilai melalui nilai H-score pada pewarnaan imunositokimia. Potensi aktivitas dan efektivitas senyawa-senyawa bioaktif yang terdapat di dalam batang Phaleria macrocarpa dalam menghambat kanker kolorektal melalui jalur pensinyalan Bcl-2 dievaluasi menggunakan metode docking molekuler. Hasil. Penurunan ekspresi Bcl-2 pada sel HCT116 dibuktikan dengan nilai rerata H-score sebesar 160,26 pada administrasi ekstrak etanol batang Phaleria macrocarpa dosis sedang (100 ppm) dan 130,57 pada dosis besar (200 ppm). Senyawa bioaktif 6,4'-dihydroxy-4-methoxybenzophenone-2-O-β-D-glucopyrano dapat menghambat kanker kolorektal melalui jalur pensinyalan Bcl-2. Kesimpulan. Ekstrak etanol batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) dosis 100 dan 200 ppm dapat menghambat pertumbuhan kanker kolorektal dan menurunkan ekspresi protein Bcl-2 pada sel HCT116. Senyawa bioaktif ekstrak etanol batang Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) yang paling poten adalah 6,4'- dihydroxy-4-methoxybenzophenone-2-O-β-D-glucopyrano.
Preliminary. Colorectal cancer occupies the fourth position of cancer with new cases in Indonesia, so the Ministry of Health has urgency in managing this cancer. Overexpression of Bcl-2 protein in colorectal cancer patients plays a role in the mechanism of cancer cell proliferation, namely the failure of the apoptotic cascade of abnormal cells. Colorectal cancer can be treated with surgical excision or radiochemotherapy, but some drugs have side effects that can be severe may worsen the patient's prognosis. Crown of God (Phaleria macrocarpa) known to have anticancer activity due to the content of phalerin and gallic acid, but not many studies have discussed the effect of Phaleria macrocarpa stems on colorectal cancer. Method. Mahkota Dewa stem (Phaleria macrocarpa) was macerated with 96% ethanol as solvent. The effect of Phaleria macrocarpa stem ethanol extract on Bcl-2 protein expression on HCT116 cells was assessed by the H-score value on staining. immunocytochemistry. The potential activity and effectiveness of the bioactive compounds contained in the stem of Phaleria macrocarpa in inhibiting colorectal cancer through the Bcl-2 signaling pathway were evaluated using the molecular docking method. Results. The decrease in Bcl-2 expression in HCT116 cells was evidenced by the mean value of The H-score was 160.26 at the medium dose of Phaleria macrocarpa stem ethanol extract (100 ppm) and 130.57 at the large dose (200 ppm). The bioactive compound 6,4'-dihydroxy-4-methoxybenzophenone-2-O-β-D-glucopyrano can inhibit colorectal cancer through the Bcl-2 signaling pathway. Conclusion. The ethanol extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) stems at doses of 100 and 200 ppm could inhibit the growth of colorectal cancer and reduce the expression of Bcl-2 protein in HCT116 cells. The most potent bioactive compound of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) stem ethanol extract was 6,4'-dihydroxy-4-methoxybenzophenone-2-O-β-D-glucopyrano.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Harmen
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Di Indonesia, kanker kolorektal menyerang kelompok usia produktif. Tanaman Phaleria macrocarpa diketahui mampu menghambat pertumbuhan kanker. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) terhadap ekspresi iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian in-vitro yang menggunakan cell-line kanker kolorektal HCT 116 yang diberikan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dalam 3 dosis yaitu dosis kecil (50 ppm), dosis sedang (100 ppm) dan dosis besar (200 ppm) dibandingkan dengan sel kanker kolorektal tanpa pemberian ekstrak sebagai kontrol negatif. Sel yang telah diberi perlakuan kemudian diwarnai dengan pewarnaan imunositokimia dengan antibodi anti-iNOS dan diukur ekspresi iNOS-nya dengan menggunkan H-Score dan dianalisis dengan menggunakan uji One-Way ANOVA dan Post-Hoc Bonferroni. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan uji skrinning fitokimia terhadap ekstrak yang digunkaan. Hasil: Ekspresi protein iNOS tertinggi yang diukur dengan H-Score pada penelitian ini ditemukan pada kontrol negatif (234,88). Pemberian ekstrak etanol batang mahkota dewa dengan dosis besar terbukti menurunkan H-Score sebesar 23,5% menjadi 179,67 dengan p=0,00. Pada Uji Post-Hoc didapatkan perbedaan bermakna baru terihat pada pemberian ekstrak dengan dosis yang besar (200 ppm). Pada uji skrinning fitokimia dapat ditemukan ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) positif mengandung tanin, flavonoid, glikosida, dan triterpenoid Kesimpulan: Ekstrak etanol batang mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dapat menurunkan ekspresi protein iNOS pada sel kanker kolorektal HCT 116.
ABSTRACT
Background: Colorectal cancer is one of the leading cause of death in the world. In Indonesia, colorectal cancer commonly found in productive group. Phaleria macrocarpa is known for its effect to inhibit the growth of cancer. Therefore, further research is needed to understand the effect of ethanolic extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) bark on expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell ine. Methods: This experiment is done in in-vitro setting using colorectal cancer cell line HCT 116 which are given ethanolic extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark in 3 different dosages which are 50 ppm; 100 ppm; and 200 ppm. The specimen is stained with immunocytochemistry staining with anti-iNOS antibody. The expression of iNOS is measured using H-Score and compared with control negative. The result of H-Score will be analyzed using One-Way ANOVA test followed by Post-Hoc Bonferroni Test. This experiment is also completed with phytochemistry screening test of the ethanol extract of Mahkota Dewa Bark (Phaleria macrocarpa) . Result: Highest expression of iNOS is seen in the control negative group (234,88). Administration of ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) in 200 ppm dose significantly decrease the H-score by 23,5% to 179,67 with p=0,00. In Post-Hoc test, significantly different H-Score is only seen in 200 ppm group. In phytochemistry screening test, the ethanol extract of mahkota dewa bark (Phaleria macrocarpa) is positive for tannin, flavonoid, glycoside, and triterpenoid. Conclusion: Administration of ethanol extract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) bark can decrease the expression of iNOS in colorectal cancer HCT 116 cell line.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Mutmainna Yakub
Abstrak :
Pendahuluan: Kanker kolorektal adalah penyakit ganas tersering pada saluran pencernaan. Di Indonesia kanker kolorektal menempati urutan ketiga terbanyak dengan insidensi kasus sekitar 18 per 100.000 penduduk. Ekspresi berlebih β-catenin dan penyimpangan jalur persinyalan β-catenin berkorelasi dengan prognosis yang buruk pada penderita kanker kolorektal. Terapi kanker kolorektal yang dikembangkan saat ini adalah terapi target spesifik yaitu EGFR dan VEGF. Namun, pemberian terapi target spesifik menimbulkan berbagai efek samping seperti ruam, gatal, kulit kering, hidung berdarah, hipertensi, perforasi usus dan gangguan ginjal. Delima (punica granatum) adalah tanamann herbal yang diketahui memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi. Efek delima sebagai antikanker telah diuji, namun penelitian mengenai biji delima terhadap kanker masih minim. Metode: Ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) dibuat dari serbuk kering biji buah delima melalui metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Efek ekstrak etanol biji delima (Punica granatum) terhadap ekspresi β-catenin pada sel kanker kolorektal HCT116 dinilai melalui nilai H-score pada pewarnaan imunositokimia. Studi ini juga menilai potensi aktivtas dan efektivitas senyawa bioaktif Punica granatum untuk menghambat kanker kolorektal melalui jalur persinyalan β-catenin menggunakan metode penambatan molekular. Hasil: Penurunan ekspresi β-catenin pada sel kanker kolorektal HCT116 dibuktikan dengan nilai rerata H-score sebesar 154,90 pada pemberian ekstrak etanol dengan dosis 200 ppm. Senyawa bioaktif coniferyl 9-O-[β-D-apiofuranosyl(1→6)]-O-β-D-glucopyranoside, dan sinapyl 9-O-[β-D-apiofuranosyl(1→6)]-O-β-D-glucopyranoside dapat menghambat kanker kolorektal melalui jalur persinyalan β-catenin. Kesimpulan: Biji delima (Punica granatum) terbukti menghambat pertumbuhan dan menurunkan ekspresi β-catenin pada sel kanker kolorektal HCT116. ......Introduction. Colorectal cancer is the most frequent malignancy in the gastrointestinal tract. In Indonesia, colorectal cancer placed third highest with an incidence of 18 per 100,000 population. Excessive expression of β-catenin and deviation of β-catenin signaling path correlate with poor prognosis of colorectal cancer patients. The currently developed colorectal cancer therapy is specific target therapy, i.e. EGFR and VEGF. However, it produces various side effects such as rash, pruritus, dry skin, nosebleed, hypertension, intestinal perforation and kidney disorder. Pomegranate (Punica granatum) is a herbal plant known to have anti-oxidant and anti-inflammatory properties. The effect of pomegranate as anti-cancer has been proven, however there are only a few studies regarding the effect of pomegranate seed on cancer. Methods: Pomegranate (Punica granatum) seed ethanol extract was created from pomegranate seed dry powder made through maceration using 96% ethanol solvent. The effect of pomegranate (Punica granatum) seed ethanol extract on β-catenin expression on HCT116 colorectal cancer cells was assessed using H-score on immunohistochemistry staining. This study also assessed the activity and effectivity potential of Punica granatum bioactive substance in inhibiting colorectal cancer through β-catenin signaling path using molecular docking method. Results: Decrease of β-catenin expression on HCT116 colorectal cancer cells was proven by the average H-score of 154.90 on administration of 200 ppm ethanol extract. Coniferyl 9-O-[ β-D-apiofuranosyl(1→6)-O- β-D-glucopyranoside and sinapyl 9-O-[β-D-apiofuranosyl(1→6)]-O-β-D-glucopyranoside bioactive substances can inhibit colorectal cancer through β-catenin signaling path. Conclusion: Pomegranate (Punica granatum) seed was proven to inhibit the growth and decrease the expression of β-catenin on HCT116 colorectal cancer cells.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library