Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afifah Zahra
"Iklim dapat mempengaruhi siklus hidup, siklus perkembangbiakkan nyamuk, dan dapat berpengaruh terhadap jumlah jentik atau angka bebas jentik, jentik kemudian berkembang menjadi nyamuk dan menularkan virus Dengue kepada manusia. Kepadatan penduduk berhubungan dengan jarak terbang nyamuk yang hanya berkisar 50 meter, maka daerah dengan penduduk padat dapat mempercepat penularan virus Dengue. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dan curah hujan), faktor ke padatan vektor (angka ABJ), dan kepadatan penduduk dengan angka incidence rate DBD di Kecamatan Cilandak Tahun 2010-2019. Penelitian ini menggunakan studi ekologi. Jenis data yang diambil adalah data sekunder. Data incidence rate DBD, dan angka ABJ didapatkan dari laporan tahunan Puskesmas Kecamatan Cilandak. Data mengenai kepadatan penduduk didapatkan dari Badan Pusat Statistik. Data terkait iklim didapat dari BMKG. Hubungan akan dianalisis menggunakan uji pearson product moment. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hanya kepadatan penduduk yang memiliki hubungan yang signifikan dengan IR DBD (p=0,003, r=0,783). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa suhu memiliki hubungan signifikan terhadap IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2011 (p=0,048, r=-0,580) dan 2015 (p=0,020, r=-0,66). Kelembaban memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015 (p=0,013, r=0,426) dan 2019 (p=0,046, r=0,584). Curah hujan memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak pada tahun 2019 (p=0,021, r=0,654). Kepadatan penduduk memiliki hubungan signifikan dengan IR DBD pada tahun 2010 (p=0,003, r=-0,783), 2012 (p=0,010, r=-0,706), 2014 (p=0,10, r=-0,706), 2015 (p=0,001, r=-0,844), 2016, 2017, dan 2019. Secara keseluruhan tahun 2010-2019, curah hujan dan kelembaban memiliki hubungan dengan IR DBD di Kecamatan Cilandak (p=0,029, r=0,685). Untuk mengurangi IR DBD disarankan untuk tetap melakukan kegiatan PSN, meningkatkan jumlah jumantik mandiri, dan meningkatkan penggunaan lavitrap.

Climate can affect the life cycle, the breeding cycle of mosquitoes, and can affect the number of larvae or larvae-free numbers, larvae then develop into mosquitoes and transmit the dengue virus to humans. Population density is related to mosquito flying distances that are only around 50 meters, so areas with dense population can accelerate the transmission of the dengue virus. This study aims to analyze the relationship between climate factors (air temperature, humidity, and rainfall), vector density factors (ABJ figures), and population density with DHF incidence rate in Cilandak District in 2010-2019. This research uses ecological studies. The type of data taken is secondary data. DHF incidence rate data, and ABJ figures were obtained from the annual report of the Cilandak District Health Center. Data on population density was obtained from the Central Statistics Agency. Climate related data obtained from BMKG. Relationships will be analyzed using the Pearson product moment test. The results of the bivariate analysis showed that in 2010 only population density had a significant relationship with IR DHF (p = 0.003, r = 0.783). The results of the bivariate analysis showed that temperature had a significant relationship with DHF IR in Cilandak District in 2011 (p = 0.048, r = -0.580) and 2015 (p = 0.020, r = -0.66). Humidity has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2015 (p = 0.013, r = 0.426) and 2019 (p = 0.046, r = 0.584). Rainfall has a significant relationship with IR DHF in Cilandak District in 2019 (p = 0.021, r = 0.654). Population density has a significant relationship with IR DHF in 2010 (p = 0.003, r = -0.783), 2012 (p = 0.010, r = -0.706), 2014 (p = 0.10, r = -0.706), 2015 ( p = 0.001, r = -0.844), 2016, 2017 and 2019. Overall in 2010-2019, rainfall and humidity have a relationship with IR DHF in Cilandak District (p = 0.029, r = 0.685). To reduce the DHF IR it is advisable to keep doing PSN activities, increase the number of independent jumantik, and increase the use of lavitrap."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munasirah
"Masalah yang dialami oleh ibu post partum salah satunya inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan suatu keadaan keluarnya urin tanpa mampu di kontrol yang akhirnya menimbulkan berbagai masalah pada individu yang mengalaminya. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 136 wanita (17 - 45 tahun). Tujuan untuk mengetahui angka kejadian, dampak dan penanganan inkontinensia pada ibu postpartum dengan menggunakan instrumem The Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID) dan Incontinence Impact Questionnaire (UUQ) untuk mengevaluasi dampak inkontinensia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian inkontinensia pada ibu adalah 37,5% dengan usia antara 30 s/d 34, dimana multipara 80,4%, dimana 56,9% mengalami stress inkontinensia, 7,8% urge inkontinensia, dan 35,3% inkontinenisa campuran. sebagian besar (76,4%) tidak merasakan dampak dari masalah inkontinensia, dan sebagian besar (86,3%) masih kurang baik dalam penanganan inkontinensia. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perlu peningkatan kesadaran pada ibu post partum terhadap masalah inkontinensia.

Problems experienced by post partum one of them is urinary incontinence. Urinary incontinence is a condition of urinary discharge without being able to control. eventually cause a variety of problems in individuals who experience. This descriptive study was conducted on 136 women (17 - 45 years). The objectives of this study were to know incidence rate, impact and managing incontinence in postpartum. To evaluate urinary incontinence used The Questionnaire for Urinary Incontinence Diagnosis (QUID), and Incontinence Impact Questionnaire (IIQ) were used to evaluate the impact of incontinence. The incontinence incidence rate was 37.5% with age between 30 s / d 34, where multipara was 80.4%, of which 56.9% had incontinence stress, 7.8% urge incontinence, and 35.3% mixed incontinence. Most mothers (76.4%) did not feel the impact of the incontinence problem, and most (86.3%) were still poor in managing incontinence. From the result of the research, it is concluded that need to increase awareness on post partum mother to incontinence problem. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Randiana
"Indonesia sebagai salah satu negara yang masih tinggi angka kesakitan malaria tahun 2007 sekitar 311 libu kasus, dan ditargetkan turun hingga 5 per 1000 penduduk pada tahun 2010. Berbagai faktor dapat mempengaruhi keberhasilan program pembelantasan malaria, termasuk penggunaan kelambu yang ditempat lain terbukti dapat menurunkan resiko malaria. Sampai dengan tahun 2007 angka kesakitan malaria di Kabupaten Aceh Jaya masih tinggi. Untuk itu perlu dilihat melihat bagaimana hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Penelitian ini adalah penelitian observasional kasus kontrol yang dilakukan dengan cara wawancara tersuuktur. Responden adalah penduduk dad desa yang terpilih dalam kegiatan mass blood survey. Penduduk dengan hasil pemeriksaan posififdimasukkan sebagai kelompok kasus (97 orang), sedangkan penduduk dengan hasil pemeriksaan negatif dipilih secara random dan dimasukkan kedalam kelompok kontrol (194 orang). Analisis dilakukan secara multivaliat dengan menggunakan analisis regresi logistik.
Hasil penelitian mencmukan bahwa risiko malaria jika tidak menggunakan kclambu sebesar 2,11 (95% CI 0,91 - 4,93), OR kelambu dan anti nyamuk 11,9 (95% CI 2,29 - 62,0). Artinya mereka yang tidak menggunakan kclambu bcrisiko malaria sebesar 2,1 kali dibandingkan dengan mereka yang menggunakan kelambu, dan risiko malaria tersebut meningkat menjadi 11,9 kali jika tidak menggunakan anti nyamuk. Diketahui dari kelompok kasus 81,4% tidak menggunakan kelambu dan pada kelompok kontrol 38,I% tidak menggunakan kelambu. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak yang tidak menggunakan kelambu meskipun telah mendapatkan pembagian kelambu. oleh karena im Perlu meningkatkan penyuiuhan dan pcnyebaran infommasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan kelambu dan juga anti nyamuk baik itu anti nyamuk bakar, oles maupun semprot, dengan rnelibatkan secara aktif para tokoh masyarakat dan kader untuk menyampaikan informasi tenaang penyakit malaria secara benar dan dapat memberikan contoh yang baik sehingga tidak lagi menganggap remeh terhadap penyakit malaria.

Indonesia is one of the countries with high malaria incidence rate. In 2007, the incidence rate was 311000 cases and it is targetted to be decreased to 5 per 1000 resident in 2010. Many factors that influenced the success of malaria elimination program, including mosquiuto net utilization which has been proved to decrease malaria risk. Until 2007, the malaria morbidity rate in Aceh Jaya District was still high. Therefor, it is needed to examine the relationship of mosquito net utilization with incidence of malaria and factors contributed to it.
This was case control observational research conducted by sructured interview. Respondent were residents from selected villages in Mass Blood Survey. Residents with positive test result were included in case group (97 respondents) whereas those with negative test result were included in control group (194 respondents).
The results revealed that when mosquito net was not used, the risk of malaria was 2.11 (95% CI 0.91 - 493), OR of mosquito net and mosquito repellent was 11.9 (95% CI 2.29-620), meaning that those who did not use mosquito net had a risk to have malaria as 2.2 times compare to those who used mosquito net, and the risk was increased to 16.6 times when mosquito repellent was not used. The result showed that 81.4% of case group did not use the mosquito net whereas those in control group was 38.1% This suggested that many residents still.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Naulita
"Latar Belakang: Meskipun kontroversial, hospital readmission (HR) dapat mencerminkan keadaan pasien saat dipulangkan dan sebagai indikator untuk mengevaluasi mutu perawatan rumah sakit (RS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui insidensi dan faktor risiko HR pada pasien infeksi intrakranial.
Metode Penelitian: Studi kohort retrospektif pasien infeksi intrakranial periode April 2019-November 2021, menggunakan data Indonesian Brain Infection Study dan telusur rekam medis. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square dan Mann Whitney, dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil: Insidensi HR pasien infeksi intrakranial sebesar 28,45%. Mayoritas subjek mengalami HR sebelum 30 hari (64,7%). Penyebab HR terbanyak adalah penyakit lain yang berbeda dengan diagnosis awal (55,9%). Komorbid penyakit ginjal meningkatkan risiko HR (aOR=7,2, IK 95%=2,2-23,8,p=0,000). Gejala klinis saat perawatan awal berupa kelemahan motorik dan kejang juga meningkatkan risiko HR (aOR=2,27,IK 95%=1,28-4,01, p=0,001) dan (aOR=1,93,IK 95%=1,02-3,62, p=0,037). Sedangkan ketersediaan pelaku rawat dapat menurunkan risiko HR (aOR=0,07,IK 95%=0,03-0,45, p=0,002).
Kesimpulan: Insidensi HR pada pasien infeksi intrakranial dalam waktu 6 bulan sebesar 28,45%. Penyakit ginjal, gejala klinis kelemahan motorik dan kejang pada perawatan awal merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko HR, sedangkan ketersediaan pelaku rawat merupakan faktor yang dapat menurunkan risiko HR. 

Background: Although controversial, hospital readmission (HR) can reflect the patient's condition at discharge and as an indicator to evaluate the quality of hospital care. This study aims to determine the incidence and risk factors for HR in intracranial infections.
Method: A retrospective cohort study of intracranial infection patients, in period April 2019-November 2021, using secondary data from the Indonesian Brain Infection Study and tracing medical records. Bivariate analysis using Chi Square and Mann Whitney test, followed by multivariate logistic regression analysis.
Results: The incidence of HR in patients with intracranial infections was 28.45%. The majority of subjects experienced HR before 30 days (64.7%). The most common cause of HR was other diseases that were different from the initial diagnosis (55.9%). Kidney disease comorbidity increased HR risk (aOR=7.2;95%CI=2.2-23.8;p=0.000). Clinical symptoms during initial treatment such as motor weakness and seizures also increased the risk of HR (aOR=2.27;95%CI=1.28-4.01;p=0.001) and (aOR=1.93;95%CI=1.02-3.62;p=0.037). Meanwhile, the availability of caregivers can reduce HR risk (aOR=0.07;CI 95=0.03-0.45;p=0.002).  
Conclusion: The incidence of HR in patients with intracranial infection within 6 months was 28.45%. Kidney disease, motor weakness and seizures are factors that can increase the risk of HR, while the availability of caregivers is a factor that can reduce the risk of HR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Tri Utami
"Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubungan dengan pekerjaan maupun lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi : metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Incidence rate menunjukkan betapa banyak insiden telah terjadi atau seberapa parah kecelakaan pada kegiatan konstruksi terjadi. Selain itu, incidence rate merupakan satu dari sekian banyak item yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Kegiatan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan K3L yang dapat dianalisa, berdasarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja dengan menggunakan perhitungan incidence rate dan dapat diketahui kegiatan K3L apa saja yang berarah kepada zero accident pada Proyek Pembangunan Perpustakaan Pusat UI, Depok. Sehingga, dengan adanya analisa incidence rate, maka indikasi kecelakaan pada kegiatan K3L dapat dipantau serta dapat diketahui apakah Proyek Pembangunan Perpustakaan Pusat UI Depok layak dinyatakan sebagai zero accident project atau tidak.

Affect human health in relation to employment or work environment, both physically and psychologically, including: work methods, working conditions and environment which may cause an accident, illness or a change of a person's health. Incidence rate indicates how many incidents have occurred or how severe accidents in the construction activity occurs. In addition, the incidence rate was one of the many items that can be used to measure the performance of Work Health, Safety and Environment (HSE).
This aims research is to identify activities that can be analyzed for HSE based on the factors that cause workplace accidents by using the calculation of incidence rate and we could be know what's the activities from HSE trending to zero accident at the UI Project Library UI Development, Depok. Thus, with the incidence rate analysis, the indication of an accident on HSE activities can be monitored and can be known whether the Project expressed as a zero accident feasible project or not.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1007
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Supriyanto
"ABSTRAK
Sindrom metabolik merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskular dan tingginya tingkat insidens sindrom metabolik pada pekerja menyebabkan biaya ekonomi perusahaan meningkat. Sindrom metabolik diindikasikan berhubungan dengan kerja gilir. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kerja gilir terhadap insidens sindrom metabolik pada pekerja laki-laki di perusahaan kimia. Penelitian kohort retrospektif dengan median follow-up 5 tahun ini menggunakan metode Nelson-Aalen untuk analisis hazard function. Dengan kriteria sindrom metabolik menggunakan modifikasi Definisi Harmonisasi, hasil penelitian mendapatkan tingkat insidens sindrom metabolik pada 355 pekerja gilir 62/1.000 orang-tahun, tidak ada perbedaan signifikan dengan tingkat insidens pekerja non gilir 59/1.000 orang-tahun RR=1,05; IK95 =0,80-1,39 . Kumulatif hazard function pekerja gilir 0,33 lebih besar dibandingkan dengan pekerja non gilir 0,29, perbedaan juga tidak signifikan HR=1,13; p>0,05 . Pekerja umur >30 tahun mempunyai kumulatif hazard function lebih besar daripada pekerja umur 50 tahun=3,36; p

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a predisposing factor for cardiovascular disease and high incidence rate of metabolic syndrome in workers contributes to an increase in organization rsquo s economic cost. Metabolic syndrome was indicated to be associated with shiftwork. This study aimed to assess shiftwork rsquo s effect on the metabolic syndrome incidence among male workers in a chemical company. This retrospective cohort study with median follow up 5 years, was utilizing Nelson Aalen method for hazard function analysis. Using a modified Harmonization Definition to define metabolic syndrome, results found that the metabolic syndrome incidence rate of 355 shift workers was 62 1,000 person year, no significant difference with that of day workers 59 1,000 person year RR 1.05 95 CI 0.80 1.39 . Cumulative hazard function for shift workers 0.33 was higher in comparison with day workers 0.29, but the difference was also not significant HR 1.13 p 0.05 . Workers aged 30 years old had higher cumulative hazard function than workers aged 50 years old 3.36 p"
2016
T55630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggariwati
"ABSTRAK
Awal tahun 2019 terjadi peningkatan insiden DBD di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Data 2014-2015 menunjukkan DKI Jakarta selalu memiliki IR DBD di atas
angka Nasional. Pola peningkatan IR DBD di DKI Jakarta sangat bervariasi antar
Kelurahan, beberapa Kelurahan mengalami peningkatan kasus sangat tinggi sementara
Kelurahan lain justru turun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan peningkatan IR DBD per Kelurahan periode Januari-Mei 2019.
Jenis penelitian observasional analitik dengan disain cross sectional. Hasil penelitian
mendapatkan model fit multivariat memuat 3 variabel yang mempengaruhi peningkatan
IR DBD per Kelurahan, yakni Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan nilai Prevalens Rasio
(PR) 1,66 (95% CI= 1,14-2,41), IR DBD sebelumnya, PR 0,60 (95% CI = 0,42-0,86)
dan proporsi umur 6-17 tahun PR sebesar 1,52 (95% CI= 1,06-2,16). Untuk mencegah
peningkatan IR DBD tingkat Kelurahan maka ABJ perlu ditingkatkan minimal 90-95%
dan dipertahankan bagi yang telah mencapai ≥ 95% melalui upaya pokok pengendalian
vektor DBD yakni dengan melaksanakan kegiatan PSN 3 M Plus dan Gerakan 1 Rumah
1 Jumantik (G1R1J), pihak Sekolah perlu dilibatkan dalam gerakan PSN ini sebab
proporsi usia Sekolah SD sd SMA yang tinggi berperan dalam peningkatan IR DBD,
Dinas Kesehatan beserta jajarannya perlu memberikan feed back pelaporan DBD kepada
masyarakat dan lintas sektor di tingkat Kelurahan secara rutin agar masyarakat dan aparat
Kelurahan senantiasa waspada terhadap potensi peningkatan kasus DBD di wilayahnya,
untuk menjaga kualitas PE DBD hendaknya senantiasa mendapat pembinaan dari Dinkes
dan Sudinkes.

ABSTRACT
Beginning 2019 year the incidence of dengue was increase in almost all of regions in
Indonesia. Data from 2014 to 2015 shows that DKI Jakarta always has a DHF incidence
rate above the national rate. The pattern of increasing DHF IR in DKI Jakarta varies
greatly among urban villages, some urban villages have experienced very high increase
in cases while other urban villages have actually declined. This study aims to determine
the factors associated with an increase in DHF Incidence Rate by urban village in the
period January to May 2019. This research is an analytic observational type with cross
sectional design. The results get a multivariate fit model containing 3 variables that affect
the increase in DHF per village, namely larvae free rate (ABJ) with a Prevalence Ratio
(PR) 1.66 (95% CI = 1.14-2.41), DHF Incidence Rate previously, PR was 0.60 (95% CI
= 0.42-0.86) and the proportion of ages 6-17 years of PR was 1.52 (95% CI = 1.06-
2.16). To prevent an increase in DHF at the Village level, the ABJ needs to be increased
by at least 90-95% and maintained for those who have reached ≥ 95% through the main
efforts to control the DHF vector, namely by carrying out the activities of the PSN 3M
Plus and Movement 1 House 1 Larva Monitor (G1R1J), parties Schools need to be
involved in this PSN movement because a high proportion of elementary school age to
senior high school plays a role in increasing DHF Incidence Rate, the Health Office and
its staff need to provide DBD reporting back to the community and cross-sectoral at the
urban village level regularly so that the community and village's officials are always on
the lookout for the potential increase in dengue cases in their region, to maintain the
quality of DHF Epidemiological Investigation should always receive guidance from the
Public Health Office of DKI Jakarta Provincial."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Kartika
"Latar Belakang: Indonesia merupakan negara tropis dan daerah endemik nyamuk Aedes aegypti. Meskipun program pencegahan dan kontrol infeksi dengue menyebabkan jumlah kasus infeksi dengue di Indonesia mengalami penurunan, namun jumlah kasus di Kota Depok mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor iklim (kelembapan udara). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data kelembapan udara, angka kejadian dengue, serta hubungan antara keduanya di Kota Depok selama tahun 2018- 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan metode observasional deskriptif, yaitu studi ekologi kedokteran. Teknik pengambilan sampel adalah dengan teknik total sampling. Data sekunder yang digunakan berasal dari Dinas Kesehatan Kota Depok dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Hasil: Studi ini menunjukkan jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Depok tahun 2018- 2020 adalah 5.226 kejadian, rerata kelembapan udara di Kota Depok tahun 2018-2020 adalah 71,03%, serta terdapat korelasi positif (r = 0,182) yang tidak signifikan (p = 0,289) antara keduanya di Kota Depok tahun 2018- 2020. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembapan udara dengan angka kejadian DBD di Kota Depok pada tahun 2018-2020.

Introduction: Indonesia is a tropical country and endemic area for Aedes aegypti mosquito. Although the dengue infection prevention and control program caused the number of dengue infection cases in Indonesia to decrease, the number of cases in Depok City has increased. One of the affecting factors is climatic factors (humidity). Objectives: This study aims to determine air humidity data, incidence of dengue, and the correlation between the two in Depok City during 2018-2020. Method: This study uses quantitative research design with descriptive observational methods, namely the study of medical ecology. The sampling technique used is the total sampling technique. The secondary data used is obtained from Depok City Public Health Office and Meteorology, Climatology and Geophysics Agency. Result: This study shows that the total number of dengue hemorrhagic fever (DHF) cases in Depok City during 2018-2020 was 5226 events, the average humidity in Depok City during 2018- 2020 was 71.03%, and there was a positive correlation (r = 0.182) with no significant relationship (p = 0.289) between the two in Depok City during 2018-2020. Conclusion: There is no significant relationship between air humidity and the incidence of DHF in Depok City during 2018-2020."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library