Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Esa Pawenang Panjiwa Putra
"Gangguan fungsi TI pada organisasi dapat mengganggu bisnis organisasi. Oleh karena itu menjaga kualitas layanan yang tinggi dengan memaksimalkan ketersediaan layanan dan meminimalkan jumlah incident layanan TI menjadi hal yang penting. Pada kasus insiden mayor yang terjadi, penyelesaian gangguan TI yang berlangsung lama mengakibatkan terganggunya bisnis organisasi. Kecepatan memulihkan layanan setelah terjadinya gangguan tergantung pada seberapa cepat organisasi mengidentifikasi insiden dan seberapa baik disiapkan. Atas kejadian insiden mayor yang terjadi, Pimpinan tertinggi organisasi XYZ berharap adanya langkah taktis dan sistematis dalam antisipasi dan penanganan gangguan terhadap seluruh layanan TIK. Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan penelitian ialah mengetahui faktor utama penyebab utama keterlambatan pemulihan layanan TIK yang terjadi sehingga dapat memberikan rekomendasi terhadap masalah dalam pemulihan layanan.
Permasalahan pemulihan layanan dilihat dari empat faktor, yaitu Teknologi, Organisasi, Lingkungan dan Individu. Masing-masing faktor tersebut memiliki subfaktor yang didefinisikan pada penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dilakukan wawancara dengan responden yang terlibat langsung serta dokumen terkait dengan pemulihan layanan. Untuk mengetahui faktor/subfaktor yang paling memengaruhi pemulihan layanan, maka dilakukan pembobotan terhadap faktor/subfaktor menggunakan teknik AHP. Hasil pembobotan faktor tertinggi ialah organisasi, sedangkan hasil pembobotan subfaktor tertinggi ialah persepsi manfaat kelangsungan bisnis. Setelah itu dilakukan penyusunan rekomendasi berdasarkan studi literatur. Hasil dari studi literature dilakukan validasi oleh organisasi melalui FGD dan pakar. Hasil penelitian memberikan rekomendasi perbaikan dari masalah yang ditemukan menggunakan pendekatan best practice ITIL.
Impaired IT functions in organizations can disrupt the business organization. Therefore maintaining high service quality by maximizing service availability and minimizing the incident number of IT services becomes important. In the case of major incidents, resolving long standing IT disruptions results in disruption of the business organization. The speed of restoring services after the occurrence of interference depends on how quickly the organization identifies the incident and how well it is prepared. On the occurrence of major incidents, top level management of XYZ organization expects a tactical and systematic step in anticipating and handling disruptions to all ICT services. Based on these conditions, this research aim to study the main cause factors of IT disaster recovery problem that occurs so as to provide recommendations for it. IT disaster recovery problem can be identified by 4 factors, which are technology, organization, environment and individual. Each of these factors has a subfactors defined in the previous study. To find out the problem, interviews with the respondents who involved directly as well as documents related to service recovery. To know the factors subfactors that most affect the recovery of services, then weighted factor subfaktor using AHP techniques. The result of the highest weighted factor is the organization, while the highest weighted subfactor result is the perception of business continuity benefit. After that, do the preparation of recommendations based on literature study. The results of the literature study were validated by the organization through FGDs and experts. The results provide an improvement recommendation of the problems using the best practice approach of ITIL."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fajar Hariyanto
"Dalam era digital yang berkembang pesat, ancaman insiden keamanan siber menjadi isu di tingkat global maupun Indonesia. Insiden keamanan siber seperti serangan phishing, ransomware, dan malware telah menyebabkan kerugian finansial serta menurunkan reputasi. Computer Security Incident Response Team (CSIRT) memegang peran penting dalam mendeteksi, merespon, dan menanggulangi insiden keamanan siber. Namun, terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya tingkat kepercayaan antar CSIRT terhadap mekanisme berbagi informasi keamanan siber yang aman dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengevaluasi mekanisme berbagi informasi keamanan siber antar CSIRT di Indonesia. Mekanisme tersebut memanfaatkan teknologi blockchain yaitu Hyperledger Composer yang diintegrasikan dengan Interplanetary File System (IPFS) dan Traffic Light Protocol (TLP). Metode penelitian mencakup desain mekanisme berbagi informasi, simulasi implementasi, dan evaluasi performa. Pengujian performa menunjukkan bahwa latency rata-rata untuk proses unggah adalah 120 ms dan untuk unduh adalah 150 ms, dengan throughput rata-rata masing-masing 500 KB/s dan 480 KB/s. Penerapan standar TLP juga berkontribusi dalam mengatur dan mengendalikan aliran informasi serta batasan distribusinya. Penelitian ini memiliki peran dalam memberikan solusi inovatif berbagi informasi keamanan siber antar CSIRT di Indonesia yang belum banyak dieksplorasi. Selain itu, penelitian ini juga memberikan referensi mengenai pemanfaatan teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan siber.
In the rapidly evolving digital era, the threat of cyber security incidents has become a significant issue both globally and in Indonesia. Cyber security incidents such as phishing attacks, ransomware, and malware have caused financial losses and damaged reputations. The Computer Security Incident Response Team (CSIRT) plays a crucial role in detecting, responding to, and mitigating cyber security incidents. However, a key challenge faced is the lack of trust among CSIRTs regarding a secure and effective mechanism for sharing cyber security information. This research aims to design and evaluate a mechanism for sharing cyber security information among CSIRTs in Indonesia. The mechanism utilizes blockchain technology, specifically Hyperledger Composer, integrated with the Interplanetary File System (IPFS) and the Traffic Light Protocol (TLP). The research methodology includes designing the information-sharing mechanism, implementing simulations, and evaluating performance. Performance testing showed that the average latency for the upload process is 120 ms and for the download process is 150 ms, with average throughputs of 500 KB/s and 480 KB/s, respectively. The implementation of the TLP standard also contributes to regulating and controlling the flow of information and its distribution boundaries. This research provides an innovative solution for sharing cyber security information among CSIRTs in Indonesia, an area that has not been extensively explored. Additionally, this study offers a reference on the utilization of blockchain technology to enhance cyber security."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library