Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naldo
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas resistensi band Mocca dalam menyikapi industri musik indonesia dalam konteks band indie sebagai agen perubahan strukturasi industri musik Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa industri musik Indonesia mengalami penurunan kualitas oleh karena itu terbentuklah musik indie yang lahir dari komunitas sebagai wadah perlawanan terhadap musik mainstream dan selera masyarakat.
Abstract
This thesis discusses the resistance of Mocca band and the dealing with Indonesian music industry in the context of the indie band as an agent of change on Indonesian music industry structuration. The study was a qualitative research design with case studies. The study concluded that Indonesian music industry deteriorated since it was formed by the birth of indie music community as a place of resistance against mainstream music and tastes of society.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31133
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aliefia Augustine
Abstrak :
Penelitian ini mengenai agensi perempuan dalam industri musik independen di Indonesia. Penulis berargumen bahwa musisi perempuan mempraktikkan otonomi dalam tatanan dunia patriarkis–di mana perempuan memiliki sedikit kesempatan untuk angkat bicara (Yab et al., 2022)--dan kapitalis–di mana industri jasa secara umum dan musik secara khusus terpusat di pulau Jawa dan Bali (Resmadi & Batari, 2020). Meskipun literatur akademik dan temuan riset menunjukkan bahwa musisi dari kelompok budaya non-dominan sulit berpartisipasi dalam industri musik, penulis berargumen bahwa musik independen memberikan bukti sebaliknya. Dengan mengambil kasus kelompok musik perempuan asal Lombok, The Dare. Kelompok musik perempuan ini mempraktikkan feminisme di tengah komersialisasi musik independen Indonesia yang didominasi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik feminisme dalam karya The Dare dengan menggunakan data sekunder. Penulis meminjam konsep reproduksi ideologi feminisme dan partisipasi audiens (Keltie, 2017) untuk mencapai tujuan ini. Penelitian ini menemukan bahwa The Dare mempraktikkan agensi melalui partisipasi audiens, dan mempromosikan feminisme melalui pertunjukan dan citra yang mereka bangun di dalam jaringan maupun di luar jaringan.   ......This journal is about women musicians’ agency in Indonesia’s independent music industry. In this journal, the author argues that women musicians practice autonomy in a patriarchal world–where there is only a small opportunity for women to speak up (Yab et al., 2022)–and a capitalist world–where service industry in general and specifically music industry focused in Java and Bali (Resmadi & Batari, 2020). Even though many literature and academic findings show that musicians who come dari marginalized cultures find it hard to participate in the music industry, the author argues that independent music proves the opposite. By looking at The Dare, a girl group from Lombok. This girl group practices feminism amidst the commercialization of Indonesia’s independent music industry which is dominated by men. This research aims to understand the feminism practice by The Dare with secondary data. The author uses feminism ideology reproduction and audience participation concept (Keltie, 2017) to achieve the result. This research finds that The Dare practice agency through audience participation and promoting feminism through their act and online-offline branding.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramandhika Putra
Abstrak :
Musik independen merupakan jalur pemasaran yang dilakukan sendiri oleh pelaku- pelakunya, tanpa ada bantuan major label. Oleh sebab itu, pemasaran menjadi hal yang penting pada musisi-musisi independen. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus dan paradigma post-positivistik. Penelitian ini berfokus pada kolektif musik Subnoise, sebuah kolektif musik independen di Bekasi, yang menggunakan media multi kanal dan juga komunikasi pemasaran untuk meningkatkan awareness terhadap diri mereka dan juga acara-acara yang mereka laksanakan. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan tiga perwakilan dari pihak kolektif Subnoise, dua perwakilan dari anggota kolektif selain Subnoise, dan dua perwakilan penikmat acara Subnoise. Dengan analisis menggunakan teori media, komunikasi pemasaran, konsep pemasaran multi kanal, dan juga skena musik, penelitian ini menemukan bahwa Subnoise menggunakan metode media multi kanal antara media sosial, konvensional, dan juga media tradisional. Dalam memanfaatkan multi kanal yang mereka miliki, Subnoise turut membangun personal branding menjadi sebuah kolektif yang menarik dan unik. Namun, sampai saat ini Subnoise belum mencapai tingkatan brand recognition, disebabkan oleh beberapa tahapan komunikasi pemasaran atau promosi yang tidak dilakukan oleh pihak Subnoise......Independent music is a marketing way that is carried out by the actors themselves, without any help from major labels. Therefore, marketing becomes important for independent musicians. This is a qualitative research, using case study method, and post-positivistic paradigm. This research focuses on Subnoise, an independent music collective based in Bekasi, that uses marketing communications and multi-channel media to raise awareness about them and the events they organize. Researcher uses interviews method, with three representatives from Subnoise, two representatives from collective members other than Subnoise, and two representatives from the audience. By analyzing using media theory, marketing communications theory, multi-channel marketing concept, and also the music scene, this study finds that Subnoise uses a multi-channel method between social media, conventional media, and traditional media. Subnoise build their own personal branding thru the multi-channels media that they have. However, until now, Subnoise has not reached the level of brand recognition, caused by several stages of marketing communications or promotions that are not carried out by Subnoise.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Ramadhina
Abstrak :
Maraknya pembajakan dan munculnya internet mendukung penurunan penjualan album musik fisik di Indonesia. Produsen musik akhirnya melakukan upaya baru yaitu menjual musik dalam bentuk layanan nada sambung pribadi. Namun dalam rangka memasarkannya, grup musik independen thedyingsirens tidak memiliki cukup modal untuk berkompetisi dengan musisi mayor yang gencar berpromosi melalui media konvensional, padahal kebutuhannya untuk menjadi unik sangatlah penting diantara keserupaan warna musik yang diusung oleh grup musik lain. Dengan mempertimbangan karakteristik khalayak sasaran, solusinya adalah pemasaran interaktif. Dengan ide berjudul my dying message, yang merupakan sebuah manifestasi dari perkataan yang tidak terucap dan perasaan yang tidak terungkap, program ini akan diimplementasikan dalam social media, surat, acara musik sederhana, serta poster dengan total biaya sekitar 38 juta rupiah. ......The rise of piracy and the emergence of the Internet support a decline sales of physical music albums in Indonesia. Music producers finally make a new effort, selling their music in the form of Ring Back Tone. But in order to market their own dial tone, thedyingsirens indie bands do not have enough capital power, to compete with those came from major labels who are aggressively promote their product through conventional media. Moreover, the needs to be unique is very important for there are too much similarities in terms of music and content carried by other bands. The best solution is using interactive marketing. With the idea titled my dying message, which is a manifestation of unspoken words and unrevealed feelings, this program will be implemented in the medium of online video, blogs, twitter, facebook, letters, simple musical events, as well as posters with a total cost of about 38 million rupiah.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raras Prawitaningrum
Abstrak :
Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri mengakibatkan perubahan di beberapa industri, salah satunya dalam industri musik. Industri musik yang pada awalnya dikuasai oleh industri arus utama mengalami perubahan dengan kemunculan kolektif independen karena didukung oleh beberapa faktor. Kolektif musik independen menggunakan pengalaman dan pengamatannya untuk membangun suatu industri yang berbeda agar bisa bertahan dan meraih kesuksesan di industri musik tanpa menggunakan mediasi. Hasil dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana strategi band independen rock metal asal Jakarta, Seringai, dalam menjual musik dan atributnya tanpa adanya mediasi, yakni label rekaman. ......Technology development undeniably caused changes in certain industries, one of them is music industry. Music industry that was initially dominated by mainstream industry is changing with the emergence of collective independent that is supported by several factors. Collective independent music use experience and observation to build a different industry to survive and achieve success in music industry without using mediation. Result of this study is to explain the strategy of an independent rock metal band from Jakarta, Seringai, in selling music and its attributes without mediation, which is record label.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library