Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daum, P.A.
Amsterdam: Querido, 1963
BLD 839.36 DAU i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Berg, Albert Jan van den
Den Haag: BBZTOH 's-Gravenhage, 1991
BLD 439.312 BER s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Birney, Alfred
Haarlem: In de Knipscheer, 2001
BLD 839.314 BIR y
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Knaap, G.J.
Dordrecht: Foris Publications, 1987
BLD 959.8 KNA k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Permatasari
"Buitenzorg atau sekarang disebut Bogor merupakan salah satu kota penting pada masa kolonial. Oleh karena itu, banyak peninggalan berupa bangunan yang sampai saat ini masih tetap berdiri. Pada bangunan-bangunan tersebut dapat terlihat adanya percampuran kebudayaan Barat dan lokal. Bangunan dengan ciri itu disebut memiliki gaya Indis. Skripsi ini membahas tentang percampuran kebudayaan yang terdapat pada bangunan Middelbare Landbouwschool (MLS). Percampuran kebudayaan tersebut dapat terlihat dari gaya-gaya yang digunakan pada komponen-komponen bangunan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa gaya yang terdapat di MLS, mulai dari klasik, modern, lokal, dan indis. Berdasarkan hal tersebut, bangunan MLS juga dapat dikatakan sebagai bangunan bergaya Indis.
......In a colonial period, Buitenzorg or also known as Bogor is one of important city, because of that there are so many inheritance in form of building which still exist until now. In that buildings can show a culture mixed between local and an occident culture. The building with that appearance have an Indis style. A culture mixed in a building of Middelbare Landbouw School (MLS) revealed in this research. A culture mixed can be shown on the building's interior. Some style in the MLS building, starting from classic, modern, local, and indis style has been found as a result of the research. Inother words, MLS is a building with the Indis style according to the research."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Laksmi Larasati
"Penelitian ini adalah penelitian arsitektur dengan pendekatan sejarah terhadap Rumah Mayor Cina Muntok. Rumah ini menghadirkan perpaduan arsitektur kolonial Indische Empire dan tradisional Cina, siheyuan; yang masing-masing memiliki dasar pemikiran berbeda terkait kebudayaan yang dimiliki. Penelitian ini mendokumentasikan arsitektur dan ornamen rumah, kemudian menganalisisnya dengan bantuan literatur dan teori terkait. Penelitian terhadap Tjoeng A Tiam yang diatribusikan sebagai pendiri dilakukan atas dasar karya seni dan ornamen yang terpajang dalam dekorasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan beberapa aspek dalam arsitektur dapat menampilkan bagaimana kedua kebudayaan tersebut bersanding sekaligus menyesuaikan dengan kondisi alam setempat. Pengetahuan yang tergali dari objek diharapkan dapat turut membantu sebagai referensi dalam proses pelestarian objek di masa depan
......This is an architectural research with historical approach on the Chinese Mayor Mansion in Muntok. The mansion's architecture is a combination of Colonial Indische Empire, and Chinese traditional siheyuan each with their own background culture. This research documented the mansion's architecture and decorations, which are then analysed using architectural and cultural literatures. Research on Tjoeng A Tiam, the name attributed as owner, is done through arts and ornaments available in the mansion. The result is the identification of the object's architecture that portrays the combination of both architecture style as well as their adjustments to the local environment. The information is expected to be used as reference for future conservation project of this object."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fritz Hendrik Nino
"ABSTRAK
Kehidupan orang Indo di masa kolonial, adalah berbeda dengan orang Indo di masa sekarang. Kalau kini situasi yang dialami golongan Indo adalah relative menyenangkan maka dahulu tidaklah demikian.
Pada masa colonial orang-orang Indo berada dalam situasi terjepit. Mereka tidak bisa diterima oleh pihak Eropa (Belanda) maupun pribumi. Oleh pihak Eropa mereka dianggap remeh karena bukan orang-orang kulit putih asli. Sementara orang-orang pribumi mencurigai golongan Indo ini dan rnenganggapnya sebagai setengah Belanda saja.
Dalam situasi seperti ini orang-orang Indo telah menentukan beberapa macam sikap. Ada dari mereka yang memilih untuk lebih mendekatkan diri pada pihak Eropa (memihak Eropa), lalu ada pula yang memihak pribumi. Sementara itu tidak sedikit pula yang cenderung untuk berdiri sendiri, dalam arti tidak memihak Eropa ataupun pribumi.
Selama periode 1898 hingga 1922 akan terlihat bagaimana kompleksnya permasalahan orang Indo ini, yang antara lain tidak hanya ditunjuk:kan lewat faktor-faktor eskternal seperti adanya diskriminasi rasial oleh kaum totok (kulit putih asli), nasionalisme pribumi dan lain-lain, tapi juga faktor-faktor internal, yakni dari segi orang Indo itu sendiri, seperti suasana psikis mereka, perilaku mereka, dan sebagainya. Belum lagi tentang indikasi adanya semangat kebangsaan di kalangan orang Indo. Mereka ini mau bergabung dengan pihak pribumi dan berjuang untuk Hindia.
Semangat kebangsaan tersebut memanq masih perlu dipertanyakan, apakah murni atau tidak. Setelah banyak dari orang Indo itu berubah sikap semenjak tahun 1913, yakni tidak lagi menentang golongan totok maka pertanyaan tadi sedikit demi sedikit mulai terjawab.
Jadi selain menyorot kehidupan orang Indo dari tahun 1598 hingga 1922, maka tulisan ini melihat pula secara khusus semangat kebangsaan dari orang-orang Indo.

"
1990
S12348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalanlangi, J. L. Pakan
"ABSTRAK
Kertas kerja ini berusaha mengangkat ke permukaan kembali wawasan kebangsaan Dr. Setiabudi Douwes Dekker yang dalam Sejarah Politik Indonesia lebih dikenal sebagai Indisch Nationalisme setelah wawasan kebangsaan tersebut diterima secara aklamasi menjadi asas, tujuan dan program politik Indische Partij pada tanggal 26 Desember 1912 dalam sebuah Rapat Nasional Indische Partij di Bandung. Indisch Nationalisme ini dapat disebut sebagai perintis Nasionalisme Indonesia sebagaimana menjadi pendapat para sejarahwan Indonesia seperti Prof, Sartono Kartodirdjo, bahkan Dr Ir Soekarno Presiden Pertama Republik Indonesia yang dikenal pula sebagai penggali Pancasila menyebut Setiabudi Douwes Dekker sebagai Bapak Nasionalisme Indonesia. Ada tiga buah faktor yang bertemu dan berpadu dalam kesadaran Setiabudi. Douwes Dekker yang menjadi penyebab lahirnya wawasan kebangsaannya itu yang kemudian dikenal sebagai Indisch Nationalisme, yaitu: Pertama, realitas struktur politik kolonial Nederlandsch India kurun waktu paruh akhir abad ke-19 hingga tahun2 pertama awal abad 20, sebagaimana yang dihadapi Berta digumuli oleh Setiabudi Douwes Dekker Dan kemudian lebih diperkuat oleh pengetahuan Setiabudi Douwes Dekker tentang sejarah dan budaya Indonesia."
1989
S16156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Baskoro Febianto
"Skripsi ini fokus membahas tentang dinamika Observatorium Bosscha (Bosscha Sterrenwacht) dalam fungsinya sebagai tempat penelitian hingga pendidikan astronomi di Indonesia. Skripsi ini mendiskusikan latar belakang pendirian Observatorium Bosscha pada masa Hindia Belanda dan berfungsi sebagai tempat penelitian astronomi, khususnya penelitian mengenai bintang ganda, paralaks bintang dan bintang variabel. Berafiliasinya Observatorium Bosscha dengan universitas membuka kesempatan untuk mengadakan pendidikan astronomi di tingkat pendidikan tinggi. Afiliasi tersebut semakin jelas dengan diserahkannya Observatorium Bosscha kepada Pemerintah Indonesia pasca pengakuan kemerdekaan Indonesia dan berdirinya bagian peminatan astronomi di Universitas Indonesia Bandung. Bagian astronomi ini kemudian berkembang menjadi Departemen Astronomi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959 dan menjadi institusi pendidikan astronomi satu ? satunya di Indonesia. Penelitian ini didasarkan dari sumber laporan tahunan yang dimiliki oleh Nederlandsch Indische Sterenkundige Vereeniging dan publikasi ilmiah Annalen van der Bosscha Sterrenwacht te Lembang (Java), serta surat kabar sezaman. Skripsi ini diteliti menggunakan metode sejarah.

This thesis focused about the dynamics of Bosscha Observatory (Bosscha Sterrenwacht) in its function as a place for research to astronomy education in Indonesia. This thesis discusses the background of the establishment observatory at the time of the Dutch East Indies and serves as a place of astronomical research, especially research on double stars, stellar parallax and variable stars. Affiliation with the university's observatory astronomy education opportunities held at the level of higher education. Affiliates are more apparent with Bosscha Observatory delivered to the Indonesian Government after the recognition of independence of Indonesia and the establishment of a part of specialization astronomy at the University of Indonesia, Bandung. Part of astronomy was later developed into the Department of Astronomy Bandung Institute of Technology in 1959 and as an educational institution astronomical one - the only one in Indonesia. The study is based on the source of the annual report which is owned by Nederlandsch Indische Vereeniging Sterenkundige and publications Annalen van der Bosscha Sterrenwacht te Lembang (Java), as well as newspapers contemporaries. This thesis investigated using the historical method."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64601
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Fajar Surya
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas upaya pemerintah kolonial terhadap pelestarian lingkungan di Hindia Belanda. Perusakan hutan dan perburuan hewan liar, merupakan masalah krusial yang mengancam kelestarian lingkungan hidup pada awal abad di Hindia Belanda. Hal tersebut dibuktikan dari musim pancaroba dan hujan yang tidak turun pada musim basah. Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial Hindia Belanda membuat beberapa landasan kebijakan untuk membatasi kerusakan dan melestarikan alam. Landasan kebijakan tersebut merupakan hasil dari masukan dan aksi sekelompok ilmuwan yang peduli terhadap lingkungan. Ide pemikiran Ilmuwan di Hindia Belanda tidak terlepas dari upaya pelestarian alam yang ada di Belanda. Sebagai negara induk, Belanda mempunyai peran penting sebagai pemicu dari beridirinya gerakan pelestarian alam di Hindia Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sejarah, yaitu: melalui tahap heuristik, dengan menelusuri Staatsblad lembaran negara , dan statuten yang melalui tahapan kritik. Sehingga dapat di interpretasi dan menghasilkan penulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah kolonial Hindia Belanda telah membangun landasan kebijakan dalam pengelolaan lingkungan yang konstruktif dengan membangun cagar alam dan suaka margasatwa.

ABSTRACT
This thesis discusses the efforts of the colonial government towards environmental conservation in the Dutch East Indies. The destruction of forests and the hunting of wild animals, was a crucial issue that threatened the preservation of the environment at the beginning of the century in the Dutch East Indies. This is evident during the transition season when the rain did not fall in the wet season. At the beginning of the 20th century, the Dutch East Indies colonial government made several policy platforms to limit environmental damage and preserve nature. The foundation of the policy is the result of input and action of a group of scientists who care about the environment. The ideas and thoughts of the scientists in the Dutch East Indies cannot be separated from the efforts of nature conservation in the Netherlands. As a mother country, the Netherlands had an important role as a trigger of the establishment of nature conservation movement in the Dutch East Indies. The method used in this research is the historical method, namely through the heuristic stage, by tracing the Staatsblad, and statuten through criticism stage. So that, can be interpreted and be writed as history. The results of this study indicate that the Dutch East Indies colonial government has built a constructive policy regarding environmental management by establishing nature reserves and wildlife sanctuaries. "
2017
S68382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>