Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edy Wahyudi
Abstrak :
Dengan pelaksanaan otonomi daerah secara luas maka kebijakan perencanaan yang diamabil harus sesuai dengan potensi, kondisi, serta permasalahan yang dihadapi oleh darrah yang bersangkutan. Maka, penentuan sektor-sektor unggulan/prioritas yang akan dikembangkan merupakan hal yang sangat diperlukan agar perencanan berjalan efektif dan efisien. Tujuan dari studi ini adalah: (a) mengetahui proses penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan di Kabupaten Indramayu; (b) melakukan identifikasi sektor-sektor unggulan daerah; (c) melihat perubahan pertumbuhan suatu daerah dibandingkan dengan tingkat di atasnya; (d) memberikan rekomendasi strategi perencanaan pembangunan berdasrkan sektor-sektor unggulan Kabupaten Indramayu. Dalam kurun waktu 5 tahun (1998-2002) laju perekonomian Kabupaten Indramayu rnempunyai pertumbuhan rata-rata sebesar - 1,32 persen pertahun, nilai tersebut sangat minim. Sedangkan pertumbuhan rata-rata yang terjadi pada Provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu yang sama sebesar 0,89 persen. Sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi Kabupaten Indramayu terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi ]awa Barat sangat minim. Struktur perekonomian daerah Kabupaten Indramayu menunjukan bahwa sektor pertambangan dan penggalian masih mempunyai peranan tertinggi terhadap PDRB diikuti oleh sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor angkutan 1 dan komunikasi, sektor keuangan, sektor bangunan, serta sektor listrik, gas dan air bersih. Dari hasil analisis sektor basis dengan menggunakan model analisis LQ melalul pendekatan PDRB menunjukan bahwa Kabupaten Indramayu merniliki 2 sektor basis selam 5 tahun (1998-2002), yaitu: sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sedangkan pada sub sektor meliputi: sub sektor tanaman bahan makanan; peternakan; kehutanan; perikanan; minyak dan gas bumi; serta sub sektor penggalian. Dan hasil analisis Shift-Share diketahui pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Indramayu secara keseluruhan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Provinsi Sawa Barat. Dilihat dari nilai Proportional Shift-nya (Sp) perekonomian Kabupaten Indramayu terkonsenterasi pada industri-industri yang memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat Provinsi Sawa barat di antaranya ; sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, serktor engkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perbankan. Sedangkan secara agregat nilai Differentian Shift (Sd) bernilai negatif. Ini menunjukan Kabupaten Indramayu kurang umbuh secara pesat yang kemungkinan disebabkan oleh kondisi lokasional yang kurang menguntungkan atau kurang dukungan sumber daya lokal. Sektorsektor tersebut diantaranya : sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor angkutan dan komunikasi. Berdasarkan analisis SWOT maka dapat diketahui bahwa strategi yang dipilih untuk sektor pertanian adalah S-T yaitu strategi yang mampu memanfaatkan kekuatan (Strength) yang dimiliki untuk meminimalkan segala ancaman (Threat) yang ada, diarahkan dalam upaya peningkatan sarana dan prasarana, poeningkatan pendapatan pertanian melalui diversifikasi usaha pertanian, mengusahakan efisiensi usaha pertanian dengan bimbingan usaha dan melakukan sosialisasi dan promosi potensi sektor pertanian. Pada sektor pertambangan dan penggalian strategi yang dipilih adalah S-T yaitu strategi yang mampu memanfatkan kekuatan (Strength) yang dimiliki untuk meminimalkan segala ancaman (Threat) yang ada, diarahkan pada pemanfaatan sumberdaya lam tambang lainnya, mengundang masuknya investor dalam pengembangan sumberdaya alam lainnya . Sedangkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran strategi yang dipilih adalah S-O yaitu strategi yang mampu memanfaatkan kekuatan (Strength) yang dimiliki dan memanfaatkan secara optimal peluang (opportunity) yang ada, dengan memanfaatkan lokasi yang strategis, pemberian kredit kepada usaha kecil menengah, melakukan sosialisasi terhadap barang-barang yang diproduksi di daerah supaya dapat dilihat dan dikenal oleh daerah lainnya. Proses penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan di Kabupaten Indramayu menggunakan proses bottom-up seperti yang dianjurkan dalam kerangka prosedural. Dalam proses konsultasi di mana setiap tingkat pemerintahan menyusun draft proposal pembangunan tahunan berdasarkan proposal yang diajukan oleh tingkat pemerintah dibawahnya. Proses ini dimulai dari musyawarah pembangunan dusun (Musbangdus), musyawarah pembangunan desa (Musbangdes), yang dipimpin oleh kepala desa dan dihadiri oleh Badan Perwakilan Desa(BPD), LKMD, LSM, dan perwakilan kecamatan. Dalam praktik, pelaksanaan pembangunan di daerah berdasarkan pola perencanaan tersebut melibatkan berbagai instansi sebagai berikut: Bappeda Kabupaten, Bagian Pembangunan, Bagian Keuangan dan Dinas Daerah Kabupaten, DPRD Kabupaten.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T17137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcello, Hansel
Abstrak :
Di Kabupaten Indramayu sendiri, besarnya perubahan habitat mangrove cukup mengkhawatirkan. Dengan data digital Landsat tahun 1989, 2002, dan 2010, dilakukan penelitian untuk melihat perubahan luasan dan jenis mangrove yang terjadi di Indramayu selama kurun waktu 21 tahun tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode terbimbing (supervised). Penelitian menunjukan hampir semua degradasi hutan mangrove yang terjadi di Kabupaten ini disebabkan oleh peralihan fungsi menjadi tambak. Perubahan hutan mangrove di kabupaten Indramayu ini terjadi di lima kecamatan, antara lain kecamatan Cantigi, Indramayu, Kandanghaur, Losarang, dan Sindang. Penelitian ini juga berusaha menganalisis peralihan fungsi tersebut dengan produksi perikanan di lima kecamatan tersebut. ......In the Regency of Indramayu, the conversion magnitude of Mangrove habitat is of concern. Based on the Landsat Image taken in year 1989, 2002, and 2010, a research has been conducted to study these changes in respect of the area and type of Mangrove in Indramayu in the 21 years period. The research was conducted by using the Supervised Method. The result of the research shows that almost all of the Mangrove degradation in the Regency is caused by the conversion of Mangrove to Fishery. In more details, the Mangrove conversion in Indramayu takes place in five districts of Cantigi, Indramayu, Kandanghaur, Losarang, and Sindang. The research is also performed in an effort to study the connection of the Mangrove conversion in regard to the fishery industry in those 5 districts of Indramayu.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1446
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zamzami
Abstrak :
ABSTRAK
Dukuh Jeruk dan Mundu adalah dua desa dalam wilayah kecamatan Karangampel yang kondisi penduduknya dari segi profesi lebih kurang menunjukkan adanya ketimpangan. Jumlah buruh tani di desa Dukuh Jeruk adalah empat kali lipat lebih banyak dibanding petani pemilik lahan sawah. Sedangkan di desa Mundu, perbandingannya hampir mencapai 2: 1.

Struktur sosial ekonomi yang cenderung timpang itu beserta akibat-akibat sosial yang mengikutinya pada masa lalu juga telah memberi kontribusi terbentuknya budaya kekerasan (culture ofviolence) di wilayah ini. Akan tetapi, pada masa lalu budaya kekerasan itu -berkat kearifan lokal, terwadahi dalam kesenian rakyat seperti: (a) pertujukan adu jawara (centeng) pasca panen; (b) satron atau tradisi perang antar kelompok tani pasca panen menjelang musim tanam dan (b) sampyong, tradisi adu kekuatan kaki dengan sa ling mencambukkan rotan dalam bentuk duel satu lawan satu sebagai sarana mencari pemuda tangguh, jujur dan gagah berani. Kearifan lokal ini merupakan sistem budaya yang ada di masyarakat untuk mengembalikan konflik pada isu yang sesungguhnya yang bersifat realistik yaitu sumber-sumber ekonomi, seperti terpenuhinya aliran air ke lahan sawah dan kesempatan untuk menggarap sawah milik petani bagi para buruh tani.

Akan tetapi, ketimpangan sosial ekonomi yang tetap terjaga serta semakin berkembangnya kebutuhan ekonomi warga Dukuh Jeruk dan Mundu sejalan dengan arus industrialisasi (terutama paska beroperasinya Pertamina di kedua desa tersebut sejak 1972, mengakibatkan terkikisnya kesenian yang berbasiskearifan lokal tersebut. Karena masalah perebutan sumber-sumber ekonomi (resources) semakin kompleks, maka bakat-bakat "kekerasan" sebagian kelompok masyarakat disalurkan pada bentrok fisik setiap kali terjadi pertentangan di antara mereka. Awalnya perseteruan yang terjadi bersifat individual tetapi kemudianberkembang menjadi konflik antar kelompok.

Masalah pertanian yang cukup kompleks yang dialami oleh warga kedua desa (sebagaimana umumnya masyarakat petani Jawa) ditambah dengan keengganan para pemuda untuk bergelut di bidang pertanian tidak didukung oleh kapasitas mereka untuk beralih ke sektor industri, menyebabkan kelompok ini mengalami dislokasi dan disorientasi. Beroperasinya Pertamina sejak 1972 di kedua desa ini tidak menjadi tidak berarti apa-apa bagi mereka dan malah mendorong minat mereka untuk bermigrasi atau bekerja di sektor-sektor lain semakin tinggi, meskipun hanya menjadi buruh.

Hubungan masyarakat Dukuh Jeruk dan Mundu tidak lepas dari berbagai konflik yang sering melibatkan kekerasan fisik, baik dalam konteks antar individu maupun tarwuran antar kelompok (desa). Pemicunya adalah masalah-masalah sederhana seperti perebutan sumber air di sawah, perebutan simpati kaum perempuan di kalangan para pemuda atau sekedar perasaan tersinggung akibat permintaan tak terkabul melalui pemalakan yang dilakukan oleh sebagian pemuda yang membiasakan diri dengan perilaku menyimpang.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, akumulasi masalah sosial ekonomi dan legitimasi budaya yang berasal dari kesenian adu jawara, sampyong dan satron yang bentuk dan nilai estetiknya sebagai sebuah kesenian telah memudar -sementara masalah-masalah perebutan resources tidak pernah berhenti, merupakan faktor yang melatar belakangi kekerasan. Yang pertama memberi basis realistik pada konflik sedangkan yang kedua memberi basis non realistik. Kolaborasi basis ini melahirkan komunalisasi pada saat pemicu konflik hadir di tengah-tengah masyarakat. Inilah yang kemudian mendorong kekerasan terjadi dalam konflik.

Tawuran yang terjadi selama 1998-2000 antara warga kedua desa tersebut merupakan peristiwa fundamental di mana terjadi pergeseran dalam faktor-faktor tersebut, sehingga berakhirnya peristiwa tersebut menandai perubahan yangberarti di masyarakat. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan kerugian-kerugian konflik serta peluang pengembangan usaha kecil dan menengah, termasuk pertanian yang terbuka pasca krisis 1997 mendasari lahirnya situasi kondusif resolusi konflik. Sehingga, sejak berkhirnya tawuran tiga tahun terse but, konflik-konflik yang terjadi tidak bisa lagi membangkitkan komunalisme buta. Adapun temuan di lapangan menunjukkan, faktor langsung yang berperan dalam meredakan konflik besar itu adalah: (1) strategis dan efektifnya pendekatan keamanan; (2) peran dan aksi simpatik para tokoh masyarakat dan pemerintah setempat; serta (3) rasionalitas dan penguatan sosial ekonomi.

Di atas semua itu, sesungguhnya dinamika konflik antara warga Dukuh Jeruk dan Karangampel merupakan masalah pergeseran masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri modern. Oleh sebab itu, sejauh mana kekuatankekuatan sosial dan kultural masyarakat mampu beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan industrialisasi, maka sejauh itu pula kekerasan-kekerasan dalam konflik bisa dieliminasi menjadi kompetisi yang wajar.
2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melok Roro Kinanthi
Abstrak :
[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memeroleh gambaran dan pemahaman mengenai faktor-faktor berperan dalam komitmen pernikahan para Tenaga Kerja Wanita (TKW) di desa Dadap, Indramayu dan bagaimana dinamikanya, dengan menggunakan kerangka teori Bioekologi. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan partisipatif dan analisis dokumen terhadap berbagai sumber, seperti TKW, perangkat desa, budayawan setempat, warga, dan staf lembaga pemerintahan terkait. Sebagai informan kunci, TKW yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, terdiri dari mereka yang masih mempertahankan pernikahan dan yang telah mengakhirinya. Partisipan dipilih secara purposive dan snowball. Menggunakan teknik analisis dari Miles, Huberman, dan Saldana (2014), temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah tampaknya context makrosistem merupakan pre-determined bagi interaksi antara berbagai context lingkungan yang mengelilingi partisipan, yakni mikrosistem, mesosistem, eksosistem, dan karakteristik personal partisipan itu sendiri, yang mana berbagai interaksi tersebut berperan dalam dinamika komitmen pernikahan partisipan. Diantara berbagai context lingkungan yang saling berinteraksi tersebut, tampaknya interaksi antara individu dengan mikrosistemnya, dalam hal ini pasangan, atau yang dinamakan proximal process, dan karakteristik personal yang dihasilkan dari proximal process tersebut menjadi penentu utama komitmen pernikahan partisipan. Faktor lingkungan berperan sebagai pemicu timbulnya konflik dalam pernikahan partisipan dan sebagai faktor yang melatari proximal process dan karakteristik personal partisipan. Sementara itu, keputusan untuk tetap berkomitmen dan bagaimana partisipan merespon situasi sulit tersebut lebih banyak ditentukan oleh proximal process dan karakteristik personal partisipan yang dihasilkan dari proximal process itu sendiri. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa teori Bioekologi dapat menjelaskan komitmen pernikahan TKW di desa Dadap, Indramayu.;
ABSTRACT
The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment. Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process;The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment. Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process, The objective of this research is to obtain a description and understanding of certain aspects portraying a marriage commitment on Indonesian female migrant worker (TKW) in the village of Dadap, Indramayu, as how dynamic those are, by utilizing the Bioecology theory framework. Utilizing a qualitative approach and having a case study design, data contained in this research are compiled by a means of interview, participatory observation, and documentary analysis against any resources, such as TKW, official community, society, and relevant government institution staff. As the key informant, TKW involved in this research comprised of 11 persons, some who keep striving their marriage and others are already divorced. Participants are selected purposively and snowball. Utilizing an analysis technique by Miles, Huberman, and Saldana (2014), the finding on this research exposes a macrosystem context which constitutes a pre-determined of interaction among environment context surrounded to participants, i.e. microsystem, mesosystem, exosystem, and their personal characteristic, of which those interaction play its role on a dynamic commitment of participants marriage.Among those interacted environment context, it appears interaction between individual with her microsystem (spouse), or it is called as proximal process, and personal characteristic resulted from a proximal process plays a major determination to participant marriage commitment. Environment aspect plays its role as a trigger of conflict within a marriage of participants, and as an aspect contributing proximal process and participant personal characteristic. While the decision to maintain a commitment and how participants respond to particular difficult situation are more determined by proximal process and personal participants characteristic resulting from its proximal process]
2015
D2060
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eca Lacantika
Abstrak :
Partai Golkar merupakan partai politik dengan basis pendukung terbesar di Indramayu. Hal tersebut tercermin dari jumlah dewan Partai Golkar yang mendominasi dalam DPRD Indramayu selama berturut-turut periode kepengurusan. Sama seperti empat periode sebelumnya, Partai Golkar kembali mengusung kandidat cabup dan cawabup tanpa berkoalisi pada Pilkada Indramayu 2020, yakni Daniel Mutaqien Syafiuddin dan Taufik Hidayat. Sejak pertama kali pilkada dilaksanakan di Indramayu, kandidat usungan Partai Golkar selalu berhasil memenangkannya dengan mendulang suara mayoritas penduduk. Akan tetapi, pada Pilkada Indramayu 2020, Partai Golkar kalah memenangkan kompetisi. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana faksionalisme yang terjadi dalam DPD Partai Golkar Indramayu berpengaruh terhadap kegagalan Daniel-Taufik dalam Pilkada Indramayu 2020. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana faksionalisasi internal menyumbang faktor kegagalan memenangkan Partai Golkar pada Pilkada Indramayu 2020 yang merupakan wilayah basis pendukungnya. Fenomena ini dikaji menggunakan kerangka teori faksionalisme dari Boucek. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faksionalisme degeneratif yang terjadi dalam DPD Partai Golkar Indramayu membawa dampak-dampak negatif seperti kemunduran partai, disintegrasi partai, dan melemahnya legitimasi partai yang pada akhirnya berimplikasi pada kekalahan Daniel-Taufik sebagai kandidat usungan Partai Golkar dalam Pilkada Indramayu 2020. Kata Kunci: Pilkada, Faksionalisme, Partai Golkar, Indramayu ......The Golkar Party is the party with the largest supporters in Indramayu. That is reflected with its domination in the number of Golkar Party boards that dominate the Indramayu legislature. Just like the previous four periods, the Golkar Party has again brought upĀ  candidates without forming a coalition in the Indramayu Local Leaders Election 2020, namely Daniel Mutaqien Syafiuddin and Taufik Hidayat. Since the first Local Leaders Election was held in Indramayu, the Golkar Party candidates have always managed to win the competition by gaining the majority of the population's votes. However, in the Indramayu Local Leaders Election 2020, Golkar Party lost the competition. This study attempts to answer the problem of How did the factionalism in the Regional Leadership Council of the Golkar Party in Indramayu affect the failure of Daniel-Taufik in the Indramayu Local Leaders Election 2020. The purpose of this study is to find out how internal factionalization contributed to the failure of the Golkar Party in the Indramayu Local Leaders Election 2020 which is the area of its support base. This study case is analysed using the theoretical framework of Boucek's factionalism. This study uses qualitative research methods with in-depth interview techniques. This study results show that the degenerative factionalism occurred in the Regional Leadership Council of the Golkar Party in Indramayu brought negative impacts such as party decline, party disintegration, and weakening of party legitimacy which ultimately had implications for Daniel-Taufik's defeat as the candidate for the Golkar Party in the Indramayu Local Leaders Election 2020. Key Words: Local Leaders Election, Factionalism, Golkar Party, Indramayu
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Naim
Abstrak :
Pneumonia termasuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang banyak menyerang pada balita. Insidens pneumonia balita di Indonesia diperkirakan 10%-20% per tahun. Di kabupaten Indramayu, jumlah kasus pneumonia yang dilaporkan puskesmas selama tahun 1997 s/d 2000 menunjukkan adanya peningkatan. Air Susu Ibu (ASI) pada masa bayi merupakan nutrisi yang terbaik dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dewasa ini terdapat kecendungan menurunnya pemberian ASI ekslusif, padahal pemberian ASI tersebut akan memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit termasuk infeksi pernafasan dan infeksi usus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan di kabupaten Indramayu. Pada penelitian ini sebagai variabel independen utama adalah pemberian ASI. Rancangan penelitian ini menggunakan kasus kontrol tidak berpadanan (unmatched). Sampel kasus sebanyak 167 orang yaitu anak umur 4-24 bulan yang menderita pneumonia yang datang ke puskesmas di kabupaten Indramayu selama periode Juli-Agustus 2001, sedangkan kontrol juga sebanyak 167 orang yaitu anak umur 4-24 bulan yang merupakan tetangga kasus dan tidak menderita pneumonia, sehingga total sampel sebanyak 334 orang. Pengolahan data menggunakan analisis bivariat dan multivariat yakni multiple regression logistic dengan bantuan software statistik STATA versi 6.0. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI tidak eksklusif mempunyai risiko terjadinya pneumonia pada umur 4-24 bulan sebesar 4,89 kali (95% CI 2,86 - 8,36) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Hubungan pemberian ASI terhadap terjadinya pneumonia tersebut sudah dilakukan pengendalian variabel independen lainnya. Disamping itu ada variabel lain yakni adanya perokok, adanya asap pembakaran, riwayat imunisasi campak dan jenis kelamin anak yang secara bermakna terdapat hubungan dengan terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan. Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan yang cukup kuat antara pemberian ASI tidak eksklusif terhadap terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan Gerakan Pemberian ASI Eksklusif melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan bagi ibu-ibu balita rentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam mencegah terjadinya pneumonia balita. ......Pneumonia is one the Acute Respiratory Infections (ARI) which attacked to infant. The incident of infant pneumonia in Indonesia estimated 10-20% each year. In Indramayu district, the number of pneumonia cases that reported by Health Center during the year of 1997-2000 showed there was increasing. Breast-feeding on childhood is the best nutrition and important to achieve the optimal development of infant. Nowadays, there is tendency of the decreasing in giving exclusively breast-feeding; even it will give the protection to varieties of diseases, including lung and intestine infections. The objective of this study was to identify the relationship of breast-feeding to pneumonia at infant age 4-24 months in Indramayu District. In this study, as Main dependent variable was the breast-feeding. The design.of this study using unmatched. The number of samples were 167 people, they were infants age 4-24 months whose suffering pneumonia that came to Health Center in Indramayu District during the period of July - August 2001. While the control were 167 infants age 4 - 24 months whose the neighbor of cases and *as not suffering pneumonia, so the total of samples were 334 people. The data management used for analysis were bivariate and multivariate, those were multiple regression logistic with supported software statistic STATA version 6.0. The result of the study showed that the infant who gave the breast-feeding not exclusively had the risk to pneumonia 4,89 times (95% CI 2,86 - 8,36) at the of 4 - 24 months compared to infant whose gave the breast-feeding exclusively The relationship of breast-feeding to such pneumonia has been conducted to control the another independent variable_ Besides that, there were other variables, they - were: smoking, smoke of fire, history of measles immunization and the sex of infant that significantly had the relationship to pneumonia at infant age 4 - 24 months. The conclusion of this study, there was relationship significantly between breast-feeding not exclusively to pneumonia at infant age 4 - 24 months. So that, it is needed to do the Breast-feeding Movement Exclusively through Health Education and Promotion to infants mothers on the important of breast-feeding in pre-venting to infant pneumonia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aspas Aslim
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Jawa Barat pada tahun 1995 terjadi 3140 kasus DBD dengan Cale Fatality Rate (CFR) 3,9%. Di Kabupaten Indramayu setama 5 tahun terakhir (1992 - 1996), jumlah kasus DBD makin tinggi dan wilayah endemis DBD makin luas. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu, serta mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dibuat rencana pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan DBD dilakukan dengan memetakan wilayah endemis DBD tahun 1992-1996 dan menguji hubungan antara kerawanan DBD dengan kepadatan penduduk. Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah kerawanan DBD menyebar menyusuri jaringan jalan propinsi, yang kemudian diikuti dengan penyebaran di sepanjang jalan kabupaten. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara kerawanan DBD dengan mobilitas penduduk. Dengan uji X2 terbukti bahwa kepadatan penduduk berhubungan secara bermakna. dengan tingkat kerawanan DBD. Ditinjau dari segi pelayanan kesehatan, terlihat bahwa pelayanan promotif dan preventif (fogging, abatisasi, pemberantasan sarang nyamuk) untuk mengendalikan DBD masih belum memadai. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan justru setelah terjadi suatu kasus DBD, sehingga tidak berfungsi sebagai tindakan promotif dan preventif. Disimpulkan bahwa 1). tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu tahun 1992-1996 semakin meningkat, meskipun masih ada 68 desa yang selama 5 tahun tersebut tetap berstatus sebagai desa potensial DBD; 2). tingkat kerawanan DBD berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk; dan 3). upaya promotif dan preventif belum dilaksanakan secara memadai, sehingga tidak menghasilkan efek promotif dan preventif. Disarankan untuk mengupayakan pengendalian DBD dengan 3 strategi utama yaitu 1). meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat akan masalah DBD 2). meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan vektor DBD, terutama melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk; dan 3). memanfaatkan berbagai institusi kemasyarakatan yang ada untuk menggerakkan masyarakat dalam pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu. Sebagai langkah tindak lanjut akan dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menyampaikan hasil analisis yang telah dilakukan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu. 2. Membuat rencana kerja operasional yang rinci, serta mengusulkannya kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu. 3. Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap DBD dengan memanfaatkan berbagai jalur komuikasi, yaitu radio daerah, dan pertemuan-pertemuan lintas sektoral atau R.apat Koordinasi Kabupaten yang dilaksanakan pada setiap tanggal 17. 4. Mengintensifkan dan memperluas cakupan fogging masal sebelum masa penularan (SMP) di semua desa endemis. 5. Melakukan abatisasi nasal setiap tiga bulan sekali di semua desa. 6. Mengintensifkan pelaksanaan fogging fokus segera setelah dilaporkan adanya kasus DBD. ......Assessment of Dengue Hemorrhagic Fever's Endemicity at the Village Level in Indramayu District 1992-1996 and Development of Strategy and Plan of Action for Controlling Dengue Hemorrhagic Fever in Indramayu DistrictDengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in Indonesia. In 1995, there was 3140 DHF cases in West Java with the case fatality rate of 3.9%. During the last 5 years (1992-1996) there was an increased case in Indramayu District, as well as a wider endemic areas. This study aimed to assess the endemic of DHF in Indramayu District, and identify its potential related factors. Based on the results, a strategy and plan of action for controlling DHF in Indramayu District will be developed. It was found that the endemic areas spread out along the province road, and followed by its spread along the district road. This result indicated that the people's mobility had some association with the DHF's endemic. The X2 tests showed a significant association between the DHF's endemic and the population density. Through a qualitative assessment, it was also found that promotive and preventive measures (fogging, abatisation, vector control) were not applied adequately, so that their function as promotive and preventive measures were not met. It was concluded that 1). during 1992-1996 the DHF's endemic in Indramayu District was worse; 2). the DHF's endemic associated with the people's mobility and population density; and 3). promotive and preventive measures for controlling DHF's vector were not applied adequately. It was suggested to control DHF in Indramayu District through 3 main strategies, i.e. 1). to improve the community's knowledge and awareness on DHF; 2). to improve community participation in controlling DHF's vector, and 3). to use any community's institution in controlling DHF. Several follow up activities were planned to be done: 1. To report the result of this assessment to the governmental head of Indramayu District (Bupati). 2. To make a detail and comprehensive plan of action for controlling DHF in Indramayu District. 3. To improve the community's knowledge and awareness on DHF by using any means of communication such as district's radio and regular monthly intersectoral coordination meeting. 4. To intensify and extensity mass fogging in all endemic areas. 5. To do a mass abatisation in all villages. 6. To intensify focal fogging soon after a DHF case is reported.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Wulaningrum
Abstrak :
Pemerintah berkewaj iban menyediakan tanah bagi penyelenggaraan transmigrasi sesuai dengan ketentuan Pasal 23 UU No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, Penyediaan tanah transmigrasi harus memenuhi kriteria kejelasan areal (clear) dan status tanah harus bebas dari masalah (clean) termasuk dalam penyediaan tanah pekarangan bagi para transmigran lokal di kecamatan Cikedung kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pelaksanaan pembuatan sertipikat tanah pekarangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya bagi tanah transmigran yang diteliti merupakan permasalahan pokok dalam penelitian ini. Metode penelitian mempergunakan metode kepustakaan. Data yang dihimpun adalah data sekunder berupa bahan hukum primer yaitu UU No. 5 Tahun 1960, UU Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, PP Nomor 2 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi dan yang terkait dengan pengadaan tanah transmigrasi serta bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum pertanahan dan transmigrasi. Observasi dan wawancara di Ditjen Pembinaan Penyiapan Pemukiman dan Penempatan Transmigrasi Depnakertrans, Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Indramayu serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat guna mendukung penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerbitan sertipikat tanah pekarangan transmigran lokal di Cikedung yang telah ditempatkan selama tujuh tahun masih terbengkalai hingga melampaui batas waktu yang telah ditetapkan yaitu selambatlambatnya lima tahun sejak ditempatkannya para transmigran sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat (1) PP No. 2 Tahun 1999. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak adanya kesinambungan kerja Kepala Seksi Pengukuran dan Pemetaan yang lama dengan yang baru pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Indramayu, sehingga menyebabkan terhambatnya penyelesaian sertipikat tanah induk atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu yang pada akhirnya berdampak pula kepada terhambatnya penyelesaian sertipikat tanah pekarangan bagi para transmigran tersebut.
Pursuant to Article 23 of Law Number 15 of 1997 concerning Transmigration, the government is obliged to provide the land for transmigration program. Land Acquisition for transmigration must comply the criteria of clean and clear meaning status of the land has to be free from any disputes, including the availability of the local transmigrants land in Cikedung, Indramayu, West Java. The process of the issuance land's certificate for the yard and also the influence factors for transmigrans, are the main issues of the research. The research method is literature method, data collected are secondary data in the form of primary substance law i.e. Law Number 5 of 1960 concerning Basic Agrarian Law, Law Number 15 of 1997 concerning Transmigration, Government Regulation Number 2 of 1999 regarding Transmigration's Implementation ("GR No.2/1999) and some technical guidance regarding land acquisition of transmigration, secondary substance law in the form of land law and transmigration books. The observation and interview were held in Labor and Transmigration Department, Local Land Ofiice of Indramayu and Vital Statistic and Civilization Official, in order to support the library research. The research result show that the publicationof land's certificate of local transmigrants land which has been placed for seven years since the transmigrants were stayed on the land as regulated in Article 56 Para (1) of GR No.2/1999. This matter particularly caused by incontinuity cooperation between the past Head of Measurement and Mapping of the Indramayu Land Office and the present Head of Measurement and Mapping of the Indramayu Land Office, thus causes obstacles for the process of land's certificate on behalf of Indramtu Local Government which affects to the transmigration's land certification process.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37612
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Permata
1989
S33400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Fikri
Abstrak :
Pekerja seks komersial PSK merupakan masalah global yang terus meningkat setiap tahunnya, termasuk di Indonesia. PSK merupakan kelompok yang memiliki faktor risiko tinggi dalam penularan infeksi menular seksual IMS . Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui hubungan infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi kondom wanita dan IUD pada pekerja seks komersial di Daerah Indramayu, Jawa Barat. Dari 252 PSK, diperoleh 151 subjek positif terinfeksi T. vaginalis dengan proporsi subjek pengguna Intrauterina Device IUD 49 orang 38,8 dan pengguna kondom wanita 102 orang 80,9 . Pada uji chi-squares didapatkan hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi ......Commercial Sex Workers CSW were global burdens and each year continues to increase, include in Indonesia. Commercial Sex Workers were the group that had a high risk of sexual transmitted disease STD . In analytical cross sectional study, this study examined associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java. Among the 252 sex workers enrolled, there were 151 positive infected by Commercial Sex Worker with the proportion of Intrauterina Device IUD usage was 49 commercial sex workers 38,8 and female condom usage was 102 sex workers 80,9 . In Chi Square test, there was a significant associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>