Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahdyat Eko Prsetyo
"Persaingan yang semakin ketat dewasa ini akibat adanya globalisasi di satu pihak dan konsumen yang semakin kritis dalam memilih produk di pihak lain, membuat perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam pasar industrinya tidak mempunyai pilihan lain kecuali meningkatkan efisiensi dan produktivitas sambil tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang telah ditentukan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dengan harga yang kompeti-tif. Dalam tulisan ini Penulis ingin mengetengahkan tentang sistem Total Quality Control, yaitu suatu sistem pengendalian kualitas yang juga tetap berpegang pada efisiensi dan efektifitas kerja perusahaan, termasuk didalamnya adalah penggunaan perangkat-perangkat akuntansi manajemen dalam mengendalikan apa yang dinamakan Quality Cost, yang pada akhirnya dapat menghemat Total Biaya Produksi Perusahaan secara keseluruhan. Penulis mengadakan penelitian pada sebuah perusahaan peterna-kan yang penulis anggap juga mempunyai masalah mengenai kualitas yang sama dengan perusahaan manufaktur. Dan dalam penelitiannya, penulis menemukan bahwa perusahaan peternakan bisa dikatakan, lebih berkepentingan dalam menerapkan Total Quality Control daripada industri manufaktur, dikarenakan sifat produknya yang tidak dapat di-rework atau diperbaiki. Dalam tulisan ini pula, penulis mencoba untuk menggunakan perangkat akun.tansi manajemen untuk dapat mengidentifikasi peluang yang hilang karena kurang diperhatikannya masalah kualitas tersebut, sebagai satu cara untuk membuat .pihak manajemen lebih menyadari pentingnya masalah kualitas ini untuk perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikry Nurrahman
"Beragam potensi yang dimiliki oleh pasar hewan ternak Indonesia ternyata tidak serta merta membawa industri ini menjadi industri unggulan di Indonesia. Kekayaan alam yang berlimpah, bonus demografi yang akan terjadi hingga 2030, dan kebutuhan pasar internasional yang semakin meningkat merupakan segelintir potensi yang sudah seharusnya dimanfaatkan oleh Indonesia. Studi ini bertujuan untuk meneliti determinan dari pendapatan peternak sapi/lembu dan domba/kambing di Indonesia. Studi ini berfokus kepada tiga kelompok variabel eksternal yaitu bencana alam, kondisi iklim, dan inklusivitas keuangan. Studi ini menggunakan data IFLS tahun 2007 dan 2014 yang dilakukan di 13 provinsi Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kerugian bencana dan nilai pinjaman merupakan dua variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pendapatan peternak sapi dan kambing. Temuan penting lainnya adalah variabel internal seperti kepemilikan lahan memiliki peranan yang amat besar dalam menentukan besar atau kecilnya pendapatan seorang peternak.

The variety of potential possessed by the Indonesian livestock market does not necessarily bring this industry to become a leading industry in Indonesia. Abundant natural wealth, demographic bonuses that will occur until 2030, and increasing international market needs are a handful of potential that Indonesia should use. This study aims to examine the determinants of the income of cattle and goat farmers in Indonesia. This study focuses on three groups of external variables namely natural disasters, climate conditions, and financial inclusiveness. This study uses IFLS data for 2007 and 2014 conducted in 13 provinces in Indonesia. The estimation results show that disaster losses and loan values are the two most influential variables on the income of cattle and goat farmers. Another important finding is internal variables such as land ownership have a very large role in determining the size or income of a farmer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Astu Anggoro
"Victoria yang sebelumnya bernama Port Phillip adalah daerah yang subur dan memiliki tanah yang cukup baik bagi industri pastoral. Pada tahun 1836 Victoria telah berkembang sebagai daerah pastoral dimana industri wol menjadi pusat perekonomiannya. Para imigran yang terus berdatangan bersama hewan-hewan temak mereka untuk menjalankan industri pastoral di sana karena pada masa itu harga wol di pasar Eropa dan Amerika sangat tinggi. Pada tahun 1851 terjadi perubahan dalam bidang perekonomian ketika ditemukannya emas di Victoria. Penemuan emas ini membuat semakin banyaknya para imigran yang datang dan dalam dan luar koloni Australia. Kemudian terjadilah pergeseran kehidupan perekonomian dimana industri pastoral sebagai pusat perekonomian telah digantikan oleh industri pertambangan emas. Skripsi ini hendak menjelaskan bagaimana proses terjadinya perubahan dari masa pastoral ke masa emas dan dampak yang ditimbulkan dari adanya masa emas terhadap perkembangan industri pastoral dan juga bagaimana kehidupan perekonomian masyarakat pada kedua masa tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Qalbi Andara
"Rantai pasok industri peternakan memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan industri manufaktur karena produknya yang bersifat bulky dan perishable. Hal tersebut membuat pentingnya manajemen risiko dalam rantai pasok di industri peternakan. Pada penelitian ini, studi kasus dilakukan di PT Widodo Makmur Perkasa WMP yang merupakan peternakan sapi besar di Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi tentang risiko dalam rantai pasok sapi dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko serta merancang tindakan-tindakan untuk mitigasi risiko yang mungkin timbul pada rantai pasok sapi PT WMP.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah House of Risk HOR. HOR terbagi atas dua fase, fase pertama adalah identifikasi dan evaluasi risiko dan fase kedua adalah perancangan mitigasi risiko. Dari penelitian yang sudah dilakukan, tahap identifikasi didapatkan 28 jenis kejadian risiko dan 22 agen risiko.
Hasil pengolahan HOR fase 1 ditemukan terdapat 11 agen risiko yang mencakup 80 dari total Aggregate Risk Potential ARP. Terakhir, hasil pengolahan HOR fase 2 ditemukan terdapat 6 tindakan mitigasi yang direkomendasikan berdasarkan agen-agen risiko yang memiliki ARP terbesar.Kata Kunci: Industri Peternakan, House of Risk HOR, Manajemen Risiko Rantai Pasok.

The supply chain of livestock industry has more risk than manufacturing industry because of its bulky and perishable products. This makes the importance of risk management in the supply chain of livestock industry. In this research, case studies were conducted at PT Widodo Makmur Perkasa WMP, which is a big cattle livestock in West Java.
This study aims to study the risks in the supply chain by identifying and evaluating risks and designing for risk mitigation that may arise in supply chain of livestock industry.
The method used in this research is House of Risk HOR. HOR is divided into two phases, the first phase is the identification and evaluation of risk and the second phase is the design of risk mitigation. From the research that has been done, identification stage found 28 types of risk events and 22 risk agents.
Results of HOR phase 1 shown 11 risk agents that covering 80 of total Aggregate Risk Potential ARP. Lastly, the results of HOR phase 2 shown 6 recommendation of mitigation measures based on the largest ARP risk agents.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Bachrizal Muqorobin
"Metode House of Risk (HOR) adalah integrasi antara dua metode yaitu metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan House of Quality (HOQ) yang berfokus pada penentuan sumber risiko serta strategi aksi mitigasi terhadap sumber risiko yang telah ditetapkan melalui proses eliminasi. Metode House of Risk (HOR) banyak digunakan untuk melakukan penanganan terhadap permasalahan yang terjadi di berbagai industri tak terkecuali industri sektor peternakan. Berbeda dengan industri manufaktur, Hasil dari industri peternakan memiliki sifat-sifat mutu yang heterogen, mudah rusak, jumlah dan volume yang tidak dapat dipastikan hasilnya. Domba merupakan salah satu komoditas ternak yang ada di Indonesia. Pemerintah terus mendukung pengembangan peternakan domba karena siklus domba yang lebih cepat, sehingga dapat memutar perekonomian rakyat lebih cepat. Pertumbuhan industri peternakan domba tentunya berbanding lurus dengan munculnya risiko pada proses rantai pasoknya. Setelah melakukan pengolahan data dengan House of Risk (HOR) fase 1 maka diperoleh 23 kejadian risiko dan 23 penyebab risiko. Berdasarkan perhitungan Pareto, terdapat 9 agen risiko yang mencakup 80% dari total Aggregate Risk Potential (ARP) dan dipilih sebagai prioritas mitigasi. Pada pengolahan data House of Risk fase 2 didapatkan 6 strategi aksi mitigasi risiko yang diperingkatkan berdasarkan nilai Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk).

aThe House of Risk (HOR) method is an integration between two methods, namely the Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) and House of Quality (HOQ) methods which focus on determining risk sources and mitigation action strategies for risk sources that have been determined through an elimination process. The House of Risk (HOR) method is widely used to handle problems that occur in various industries, including the livestock sector industry. In contrast to the manufacturing industry, products from the livestock industry have heterogeneous quality characteristics, are perishable, the amount and volume of which cannot be ascertained. Sheep is one of the livestock commodities in Indonesia. The government continues to support the development of sheep farming because the sheep cycle is faster, so that it can rotate the people's economy more quickly. The growth of the sheep farming industry is of course directly proportional to the emergence of risks in the supply chain process. After processing the data with the House of Risk (HOR) phase 1, 23 risk events and 23 risk causes were obtained. Based on Pareto calculations, there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk). there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk). there are 9 risk agents that cover 80% of the total Aggregate Risk Potential (ARP) and are selected as mitigation priorities. In the House of Risk phase 2 data processing, 6 risk mitigation action strategies were obtained which were ranked based on the Effectiveness to Difficulty Ratio of Action (ETDk).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cantika Putry
"Penelitian ini membahas mengenai permasalahan industri peternakan yang menghasilkan dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dampak buruk yang dihasilkan karena cara pandang manusia yang antroposentris ketika melihat hewan dan alam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan mendeskripsi dan menganalisis dampak yang dihasilkan industri peternakan serta keterkaitannya dengan manusia. Permasalahan pada industri peternakan hanya dapat diperbaiki dengan merubah cara pandang pandang manusia terhadap alam. Manusia perlu memiliki kesadaran ekologis untuk mendukung kelestarian alam dan penghindaran pada aktivitas yang merusak alam.Deep ecology menawarkan identifikasi dan realisasi diri untuk dapat menghadirkan kesadaran ekologis pada manusia yaitu dengan menyadari bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang bersimbiosis dengan hewan dan alam. Dengan melakukan identifikasi dan realisasi diri manusia akan lebih bijak dalam mengonsumsi suatu produk dengan mempertimbangkan dampak ekologis dari produk yang akan ia konsumsi seperti memilih mengonsumsi produk yang ramah lingkungan. Sehingga tercipta bentuk tindakan konsumsi yang lebih mapan dan mengedepankan keseimbangan antara kehidupan manusia dengan hewan dan alam. Peran aktif manusia serta kebijakan politik diperlukan untuk mengatasi kerusakan yang dihasilkan oleh industri peternakan.

This research discusses the problems of the industrial animal farming that produce adverse impacts on the environment and human health. The adverse impacts are produced because of the anthropocentric human perspective when looking at animals and nature. This research was conducted using a descriptive analysis method by describing and analyzing the impacts produced by the industrial animal farming and its relationship with humans. Problems in the industrial animal farming can only be corrected by changing the way humans view on nature. Humans need to have ecological awareness to support the preservation of nature and avoidance of activities that damage nature. Deep ecology offers identification and self- realization to be able to bring ecological awareness to humans, namely by realizing that humans are a unit that is symbiotic with animals and nature. By identifying and self- realization, humans will be wiser in consuming a product by considering the ecological impact of the product he will consume, such as choosing to consume environmentally friendly products. Thus creating a more established form of consumption action and prioritizing the balance between human life and animals and nature. The active role of human beings as well as political policies are needed to overcome the damage produced by the industrial animal farming.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syaifulloh Imron
"Potensi startup di Indonesia sangat tinggi. Pada tingkat Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi kedua ekosistem startup yang mempunyai valuasi terbesar serta menjadikan Indonesia di posisi pertama dengan jumlah startup terbanyak di tahun 2020. Sektor industri peternakan ayam yang mempunyai potensi tinggi dengan total produksi ayam broiler mencapai 3,2 juta ton pada tahun 2020. Melihat startup mempunyai potensi yang besar, namun kebanyakan startup hanya memiliki usia di bawah dua tahun. Hal tersebut dikarenakan startup seringkali tidak dapat menemukan customer mereka dengan mudah, produk yang belum market fit dan model bisnis yang masih membutuhkan pengembangan. Chickin saat ini mempunyai 100 peternak yang berpotensi menjadi mitra, yang mana peternak tersebut menggunakan produk IoT Chickin namun belum bermitra dengan Chickin. Tujuan penelitian ini untuk melakukan product improvement dan merumuskan model bisnis startup sehingga terbentuk minimum viable product (MVP) yang product-market fit. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif menggunakan metode customer development. Tahap pertama dari penelitian ini yaitu melakukan analisis model bisnis startup poultry sejenis untuk menghasilkan model bisnis kompetitor. Setelah itu dilakukan iterasi menggunakan customer development. Pada tahap customer discovery dilakukan pemetaan value proposition canvas (VPC) yang selanjutnya dibuat MVP-nya. Responden pada penelitian ini yaitu peternak Chickin di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai pengguna IoT Chickin. Penelitian ini memiliki masing - masing lima responden yang dilakukan wawancara pada tahap penyusunan VPC dan customer validation. Minimum viable product yang diujikan kepada peternak mendapatkan conversion rate sebesar 100%. Dari penelitian ini terbentuk model bisnis dan high fidelity MVP yang menjawab product-market fit.

The potential for startups in Indonesia is very high. At the Southeast Asia level, Indonesia occupies the second position in the startup ecosystem, which has the largest valuation and puts Indonesia in the first position with the highest number of startups in 2020. The poultry industry sector has high potential, with a total production of broiler chickens reaching 3,2 million tons in 2020. Startups have great potential, but most are only under two years old. This is because startups often need help finding their customers easily, products that are not yet a market fit, and business models need to improve. Chickin currently has 100 farmers who have the potential to become partners. The farmers use Chicken's IoT products but have yet to partner with Chickin. This research aims to improve the product and formulate a startup business model so that a minimum viable product (MVP) that product-market fit. This research was conducted qualitatively using the customer development method. The first stage of this research is to analyze a similar poultry startup business model to produce a competitor's business model. After that, iteration is carried out using customer development. At the customer discovery stage, a VPC is mapped, which is then made a MVP. Respondents in this study were Chickin farmers in Central Java and Yogyakarta as IoT Chickin users. This study had five respondents each who were interviewed at the stage of preparing the VPC and customer validation. The MVP that is tested on farmers gets a conversion rate of 100%. From this research, a business model and a high fidelity MVP have formed that answer the product- market fit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library