Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zannysya Alvedanica Yori
"Arkeologi Indonesia dalam lingkup kajian Arkeologi Industri hingga saat ini belum pernah ditemukan adanya pembahasan mengenai industri dalam sektor pertanian tembakau. Penelitian ini dilakukan dengan mengangkat objek PT Taru Martani sebagai salah satu pabrik cerutu tertua di Indonesia. Terletak di Kota Yogyakarta, PT Taru Martani sudah berdiri sejak tahun 1918 sehingga melalui penelitian ini akan memberikan gambaran terhadap proses produksi cerutu milik Taru Martani melalui tinggalan kebudayaan materialnya yaitu, peralatan dan mesin yang digunakan. Mengingat banyaknya jenis produk dan besarnya industri milik PT Taru Martani terbukti cukup berpengaruh pada pasar cerutu di Indonesia bahkan ke beberapa bagian dunia. Penelitian ini menggunakan metode dari Kenneth Dark dengan mengumpulkan sumber data dari tinggalan budaya.  Data yang sudah terkumpul berupa proses produksi cerutu ini kemudian dijabarkan menjadi bukti arkeologi dengan mengaitkannya pada konteks ruang, waktu, dan penelitian. Jika seluruh rangkaian ini diinterpretasikan, maka terjawablah bagaimana rekonstruksi industri proses produksi cerutu yang ada pada PT Taru Martani. Proses produksi pada PT Taru Martani dimulai dengan membuat kepompong cerutu dari lembaran daun tembakau asal Besuki, merajang daun tembakau untuk isi ke dalam dua jenis (short filler dan long filler), kemudian dilinting ke dalam kepompong tembakau, dilanjut dipres menggunakan mesin pres, hingga masuk tahapan pengeringan sampai cerutu siap dikemas. Dengan menggambarkan proses produksi cerutu menggunakan kajian Arkeologi Industri, dapat disimpulkan bahwa tinggalan kebudayaan material seperti ini jika ditempatkan pada kerangka interpretasi dan dikaitkan pada konteks penelitian bisa menjadi bukti tinggalan arkeologis. Penelitian yang memberi gambaran proses pembuatan cerutu menggunakan tinggalan kebudayaan material yang masih tersisa ini diharapkan dapat menjadi edukasi dan tetap merawat tinggalan mesin yang ada serta menjadi sumber informasi catatan arkeologis. Penelitian ini pun bisa bermanfaat menjadi publikasi secara akademis yang akurat dan mampu memajukan industri tembakau dan lebih mengenal PT Taru Martani di Indonesia.

In Indonesian archeology, within the scope of Industrial Archeology studies, up to now there has never been any discussion of industry in the tobacco farming sector. This research was carried out by highlighting PT Taru Martani as one of the oldest cigar factories in Indonesia. Located in the city of Yogyakarta, PT Taru Martani has been established since 1918 so this research will provide an overview of Taru Martani's cigar production process through its material cultural remains, namely, the equipment and machines used. Considering the many types of products and the size of PT Taru Martani's industry, it has proven to be quite influential on the cigar market in Indonesia and even in several parts of the world. This research uses Kenneth Dark's method by collecting data sources from cultural remains. The data that has been collected in the form of the cigar production process is then translated into archaeological evidence by linking it to the context of space, time and research. If this entire series is interpreted, it will be answered how to reconstruct the existing cigar production process industry at PT Taru Martani. The production process at PT Taru Martani begins by making cigar cocoons from tobacco leaves from Besuki, chopping the tobacco leaves to fill them into two types (short filler and long filler), then rolling them into tobacco cocoons, then pressing them using a press machine, until they enter drying stages until the cigar is ready to be packaged. By describing the cigar production process using Industrial Archeology studies, it can be concluded that material cultural remains like this, if placed in an interpretive framework and linked to a research context, can become evidence of archaeological remains. It is hoped that this research, which provides an overview of the process of making cigars using remaining material cultural remains, can provide education and maintain existing machine remains as well as being a source of information for the archaeological record. This research could also be useful as an academic publication that is accurate and capable of advancing the tobacco industry and getting to know PT Taru Martani in Indonesia better."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natania
"Kenaikan cukai rokok merupakan isu kompleks yang menjadi perdebatan setiap tahunnya. Pasalnya, keputusan pemerintah sering kali ditangkap dari berbagai macam perspektif yang berbeda, khususnya dalam media. Hal ini terlihat dari fakta bahwa industri rokok memiliki kekuatan dalam memengaruhi isi media. Selain itu, ditemukan bahwa media menunjukkan bias keberpihakan terhadap industri rokok. Berangkat dari hal tersebut, penulis melakukan analisis teks dengan metode framing pada pemberitaan wacana kenaikan cukai rokok di media daring Kompas.com, Detik.com, dan TribunNews.com. Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat pola berbeda dari ketiga media. Namun, ketiganya masih menunjukkan keberpihakan terhadap industri tembakau. Secara spesifik, keseluruhan pemberitaan media Detik.com merepresentasikan perspektif industri. Sementara itu, Kompas.com dan TribunNews.com masih memperlihatkan perspektif pemerintah sebagai argumen tandingan.

The increase of cigarette tax is a complex issue which becomes a debate every year. This is because governments' decisions are often captured from different perspectives, especially in the media. This can be seen from the fact that the cigarette industry has the power to influence media content. In addition, it was found that the media showed biases in favor of the cigarette industry. Coming from this concern, the author conducted a text analysis using the framing method on the news report about the increase in cigarette excise tax in the online media, which is Kompas.com, Detik.com, and TribunNews.com. From the analysis conducted, found that there was a different pattern of the three media. However, the three media still show favoritism with the tobacco industry. Specifically, all coverage in the Detik media represents the perspective of the cigarette industry. Meanwhile, Kompas and TribunNews still show the government's perspective as a counter argument."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Rasya Nadhine
"Tulisan ini menganalisis perbandingan pengaturan terkait rokok dalam Undang-Undang Kesehatan dari masa ke masa beserta peraturan-peraturan pelaksananya. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Fokus utama penelitian ini adalah untuk memahami regulasi mengenai rokok yang berkembang serta implikasi dari setiap perubahan tersebut terhadap kesehatan masyarakat dan industri tembakau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan mengenai rokok di Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan mengatur zat adiktif secara umum tanpa menyebutkan rokok secara spesifik. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memperkenalkan aturan yang lebih spesifik mengenai rokok, termasuk pembatasan pada iklan, promosi, dan kawasan bebas rokok. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan memperluas cakupan regulasi dengan memasukkan rokok elektronik dan memperkenalkan aturan-aturan baru. Setiap perubahan regulasi membawa implikasi penting baik untuk kesehatan masyarakat, maupun bagi industri tembakau. Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa regulasi mengenai rokok di Indonesia telah berkembang menuju pendekatan yang lebih komprehensif dan berfokus pada kesehatan masyarakat. Meskipun demikian, tantangan dalam penegakan dan pengawasan tetap ada, terutama dalam menghadapi perkembangan baru seperti rokok elektronik. Upaya lebih lanjut diperlukan untuk menyeimbangkan antara perlindungan kesehatan dan dampak ekonomi pada industri tembakau.

This thesis analyzes how the comparison of smoking-related regulations in the Health Act from time to time along with its implementing regulations. This paper is prepared using the doctrinal method. The focus of this study is to understand how the regulation of smoking has developed and the implications of any changes to public health and the tobacco industry. The results show that the regulation of smoking in Indonesia has undergone significant development. Law No. 23 of 1992 on Health regulates addictive substances in general without mentioning cigarettes specifically. Law No. 36 of 2009 on Health introduced more specific regulations on smoking, including restrictions on advertising, promotion, and smoke-free areas. Law No. 17 of 2023 on Health expanded the scope of regulation to include electronic cigarettes and introduced new rules. Each regulatory change has important implications for both public health and the tobacco industry. Overall, this study concludes that smoking regulation in Indonesia has evolved towards a more comprehensive and public health-focused approach. Nonetheless, challenges in enforcement and supervision remain, especially in the face of new developments such as electronic cigarettes. Further efforts are needed to strike a balance between health protection and economic impact on the tobacco industry."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library