Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gina Aulia
Abstrak :
Infeksi soil-transmitted helminth (STH) merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di dunia, terutama di negara berkembang. Keberadaan dan aktivitas STH di tubuh inang dapat menyebabkan perubahan pada mukosa usus, termasuk menyebabkan kerusakan sel yang dapat mempengaruhi permeabilitas usus dan menstimulasi respon imun seperti inflamasi. Studi ini dilakukan untuk menentukan status inflamasi dan permeabilitas usus pada berbagai status infeksi parasit cacing usus pada anak usia balita di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Sampel tinja yang diperoleh dari anak berusia 20-59 bulan diperiksa keberadaan telur cacing dengan metode Kato-Katz dan diukur konsentrasi biomarker permeabilitas dan inflamasi usus dengan metode Enzyme-linked immunosorbent assay. Biomarker permeabilitas usus yang digunakan adalah α-1-antitripsin (AAT) fekal sedangkan biomarker inflamasi usus yang digunakan adalah calprotektin fekal (FC). Prevalensi infeksi STH pada penelitian ini adalah 17,12%, dengan spesies dominan A. lumbricoides diikuti oleh T. trichiura. Sebagian besar anak memiliki AAT terdeteksi (64,71%), sedangkan hasil sebaliknya ditemukan untuk FC (35,06%). Status infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status konsentrasi AAT, termasuk ketika dianalisis dengan spesies STH. Hubungan yang signifikan hanya ditemukan antara infeksi T. trichiura dan status konsentrasi FC. Sebagian besar anak mengalami peningkatan permeabilitas usus, tetapi tidak selalu disertai inflamasi usus. Infeksi STH tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan biomarker tinja kecuali antara status infeksi T. trichiura dan biomarker inflamasi usus yang mungkin dapat dijelaskan oleh perilaku spesies ini pada habitatnya dalam tubuh inang. ......Soil-transmitted helminth (STH) infection is still a major health problem in low-and middle-income countries (LMIC). The presence and activity of STH can cause changes in the intestinal mucosa, including cell damage that can affect intestinal permeability and stimulate immune responses such as inflammation. This study investigated the inflammatory and permeability status of the intestinal mucosa in various status of STH infection in preschool-age children (PSC) residing in Nangapanda District, Ende Regency, East Nusa Tenggara. Stool samples were obtained from children aged 20-59 months, and were then examined for worm eggs using Kato-Katz method and measured for the concentrations of biomarkers of intestinal permeability and inflammation by Enzyme-linked Immunosorbent assay. Intestinal permeability biomarkers were represented by fecal α-1-antitrypsin (AAT), while intestinal inflammation biomarkers were represented by fecal calprotectin (FC). The prevalence of STH infection in this study was 17.12%, with A. lumbricoides as the predominant species followed by T. trichiura. Most children had detectable AAT (64,71%), while the opposite result was found for FC (35,06%). STH infection status did not have a significant association with AAT concentration status, including when analyzed by STH species. A significant association was only found between T. trichiura infection and FC concentration status. Most children had increased gut permeability, but not necessarily accompanied by gut inflammation. STH infection did not have a significant correlation with fecal biomarkers except between T. trichiura infection status and gut inflammatory biomarker, which might be explained by the feeding habit of this spesies.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Fairuza
Abstrak :
Latar belakang. Kolestasis terkait sepsis (KTS) masih merupakan permasalahan medis di negara berkembang disebabkan tingginya morbiditas, mortalitas dan lama rawat. Inflamasi usus akibat disfungsi sawar usus diduga berperan dalam KTS sehingga perlu dibuktikan perannya terhadap terjadinya KTS. Inflamasi dan permeabilitas mukosa usus dapat dinilai melalui kadar kalprotektin dan alfa-1 antitripsin (AAT) pada tinja. Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara terjadinya KTS pada sepsis neonatorum dengan inflamasi dan gangguan permeabilitas usus yang dinilai dengan peningkatan kadar kalprotektin dan α-1-antitripsin dalam tinja. Metode. Studi kohort prospektif di ruang rawat inap Perinatologi dan Neonatal Intensive Care Unit Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Juni 2012- Oktober 2013. Delapan puluh neonatus diambil secara consecutive sampling dari 271 subjek proven sepsis yang dirawat pada periode studi ini, terbagi menjadi 2 kelompok (KTS dan sepsis tidak kolestasis) masing-masing 40 subjek. Dilakukan pemeriksaan kadar kalprotektin dan AAT tinja. Hasil penelitian. Tidak ditemukan perbedaan antara KTS dan sepsis tidak kolestasis dalam ekskresi kalprotektin tinja [KTS vs. sepsis tidak kolestasis, median (rentang) 104,4 (25 sampai 358,5) vs. 103,5 (5,4 sampai 351) μg/g; p = 0,637] dan alfa-1 antitripsin tinja [median (rentang) 28 (2 sampai 96) vs. 28 (2 sampai 120) mg/dL; p = 0,476). Tidak ditemukan peningkatan bermakna kadar kalprotektin tinja dengan nilai p = 0,63 (IK 95% 0,4 sampai 3,6) dan kadar AAT tinja dengan nilai p=0,152 (IK 95% 0,4 sampai 3,3). Simpulan. Kadar kalprotektin dan alfa-1 antitripsin tinja tidak terbukti dapat memprediksi kejadian KTS pada sepsis neonatorum. Tidak ada bukti proses inflamasi usus yang terjadi pada KTS melalui peningkatan permeabilitas paraselular usus. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai patogenesis inflamasi usus yang terjadi melalui peningkatan permeabilitas trans-selular dan kerusakan enterosit usus pada KTS.
Background. Sepsis-associated cholestasis (SAC) remain a medical problem in developing countries due to high morbidity, mortality and length of hospital. Intestinal inflammation as the causes of intestinal barrier dysfunction are suspected play a role in SAC, so it is necessary to prove its contribution to SAC. Intestinal inflammation and increased permeability were assessed through faecal calprotectin and alpha-1 antitrypsin (AAT) concentrations. Objective. To determine the association between SAC in sepsis neonatorum with intestinal inflammation and permeability were assessed through increased faecal calprotectin and AAT levels. Methods. This was cohort prospective study at Perinatologi and Neonatal Intensive Care Unit Department of Child Health Cipto Mangunkusumo Hospital during June 2012 to October 2013. Eighty neonates were obtained by consecutive sampling, of which 271 proven sepsis hospitalized in this period, devided 2 groups (SAC and non cholestasis sepsis) respectively 40 subjects. Faecal calprotectin and AAT concentrations was measured. Results. There was no significant association between SAC and faecal calprotectin excretion [SAC vs. non cholestasis sepsis, median (range) 104.4 (25 to 358,5) vs. 103.5 (5.4 to 351) μg/g; p = 0.637] and faecal AAT [median (range) 28 (2 to 96) vs. 28 (2 to 120) mg/dL; p = 0.476). Increased faecal calprotectin (CI 95% 0.4 to 3.6; p = 0,63) and AAT (CI 95% 0.4 to 3.3; p=0.152) did not differ significantly between the two groups. Conclusions. Faecal calprotectin and alpha-1 antitrypsin concentrations is not associated with SAC in sepsis neonatorum. There is no evidence of intestinal inflammation causes increased paracellular intestinal permeability in SAC. Further research is needed on the pathogenesis of intestinal inflammation in SAC which may result in increased intestinal permeability by transcellular and enterocyte damage.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafida Amalia Salma
Abstrak :
Pendahuluan: Penyakit Crohns merupakan subtipe penyakit radang usus kronis (IBD) yang umumnya terdapat di usus halus. Prevalensi penyakit ini adalah 100 kasus per 100.000 orang. Pengobatan lini pertama untuk IBD adalah kortikosteroid dan asam 5-aminosalisilat (5-ASA). Namun, ada efek samping yang mungkin ditimbulkan, pengobatan alternatif dari bahan alami dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan. Konsumsi asam elagat yang terdapat pada kulit buah delima dapat menjadi alternatif pengobatan anti inflamasi. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak etanol kulit buah delima sebagai anti inflamasi yang difokuskan pada ekspresi NF-κB pada usus halus mencit yang diinduksi DSS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain eksperimental in vivo dengan menggunakan simpanan bahan biologis jaringan usus halus mencit yang telah diberi perlakuan: tanpa intervensi (N); kontrol negatif (K-) menyebabkan DSS 2%; kontrol positif 1 (KA +) menginduksi DSS 2% dan aspirin; kontrol positif 2 (KE +) menginduksi DSS 2% dan asam elagat; kelompok dosis 1 (D1) diinduksi DSS2% dan ekstrak kulit buah delima dalam dosis kecil (240 mg / kgBB), dan kelompok dosis 2 (KD2) diinduksi oleh DSS2% dan ekstrak kulit buah delima dalam dosis tinggi (480mg / kgBW). Hasil: Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil uji Post Hoc Games Howell menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara KN dan K- (p = 0,018), KA + (p = 0,024), KE + (p = 0,034); Kelompok uji D1 dan K- (p = 0,004), KA + (p = 0,001), KE + (p = 0,005); Kelompok uji D2 dan K- (p = 0,020), dan KA + (p = 0,030). Kesimpulan: Pemberian etanol kulit buah delima dapat menurunkan ekspresi NF-κB pada sel epitel usus halus mencit yang diinduksi oleh DSS 2%.
Introduction: Crohns disease is a chronic inflammatory bowel disease (IBD) subtype that commonly located in the small intestine. The prevalence of this disease is 100 cases per 100.000 individuals. The first-line treatment for IBD is corticosteroids and 5-aminosalicylic acid (5-ASA). However, there are side effects that may be caused, alternative medicines from natural ingredients can be considered as the treatment. The consumption of elagic acid, which is found in pomegranate peels, can be an alternative anti-inflammatory treatment. Objective: This study was conducted to determine the effectiveness of pomegranate peel ethanol extract as an anti-inflammatory focused on the NF-κB expression on mice small intestine induced by DSS. Method: This study used an in vivo experimental design using stored biological material of mice small intestine tissue which had been treated: without intervention (N); negative control (K-) induced DSS 2%; positive control 1 (KA +) induced DSS 2% and aspirin; positive control 2 (KE +) induced DSS 2% and elagic acid; dose 1 group (D1) induced DSS2% and pomegranate peel extract in a small dose (240 mg/kgBW), and the dose 2 group (KD2) induced by DSS2% and pomegranate peel extract in a high dose (480mg / kgBW). Results: The One Way ANOVA test results showed significant results. The results of the Post Hoc Games Howell test showed that there were significant differences between KN and K- (p = 0.018), KA + (p = 0.024), KE + (p = 0.034); D1 test group and K- (p = 0.004), KA + (p = 0.001), KE + (p = 0.005); D2 test group and K- (p = 0.020), and KA + (p = 0.030). Conclusion: The administration of pomegranate peel ethanol can reduce the expression of NF-κB in mice small intestinal epithelial cells induced by DSS 2%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library