Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Laras Sita Persitia
"Kecemasan merupakan bentuk gangguan kesehatan mental yang banyak menyerang individu pada rentang usia emerging adulthood. Di Indonesia, hasil survei menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental yang paling banyak diidap oleh dewasa awal adalah gangguan kecemasan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kecemasan adalah infleksibilitas psikologi. Individu yang memiliki kondisi psikologis yang tidak fleksibel cenderung kaku dan mudah merasa cemas. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat pengaruh infleksibilitas psikologi terhadap kecemasan dengan moderasi self compassion. Metode penelitian ini adalah deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif. Responden yang terlibat di dalam penelitian ini adalah 180 individu pada masa emerging adulthood. Hasil penelitian menemukan bahwa self compassion dapat melemahkan hubungan infleksibilitas psikologis dengan kecemasan. Dapat dikatakan bahwa individu yang mampu bersikap welas diri terhadap diri sendiri maka dapat dapat menurunkan pemikiran yang cenderung kaku dan dijauhkan dari potensi kecemasan.
Anxiety is a form of mental health disorder that often attacks individuals in the emerging adulthood age range. In Indonesia, survey results show that the most common mental health disorder suffered by early adults is anxiety disorder. One factor that can cause anxiety is psychological inflexibility. Individuals who have inflexible psychological conditions tend to be rigid and easily feel anxious. This study was conducted with the aim of seeing the effect of psychological inflexibility on anxiety with self-compassion moderation. This research method is descriptive using a quantitative approach. The respondents involved in this study were 180 individuals in emerging adulthood. The results of the study found that self-compassion can weaken the relationship between psychological inflexibility and anxiety. It can be said that individuals who are able to be self-compassionate towards themselves can reduce thoughts that tend to be rigid and are kept away from potential anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Nadira Khairunnisa
"Non-suicidal self-injury (NSSI) saat ini banyak ditemukan pada dewasa muda dengan prevalensi 4-23%. Pada dewasa muda yang memiliki banyak tekanan secara emosional, NSSI sering digunakan untuk mengatasi tekanan tersebut karena adanya kecenderungan untuk tidak menerima tekanan emosional yang tidak diinginkan. Kecenderungan tidak menerima emosi secara kaku disebut juga infleksibilitas psikologis (IP). Penggunaan strategi regulasi emosi diduga dapat menjembatani hubungan kedua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah strategi regulasi emosi cognitive reappraisal (CR) dan strategi regulasi emosi expressive suppression (ES) dapat menjadi mediator dari hubungan IP dan NSSI. Total partisipan berjumlah 231 dan jumlah partisipan NSSI 135 orang dengan rata- rata usia 22 tahun. Perilaku NSSI diukur menggunakan NSSI-FS, IP menggunakan AAQ-II dan strategi regulasi emosi menggunakan ERQ. Melalui analisis mediasi, ditemukan regulasi emosi CR memediasi secara penuh hubungan antara IP dan NSSI, sedangkan ES tidak dapat memediasi. Dengan kata lain ketika individu cenderung kaku dan terus-menerus enggan untuk mengalami pikiran, perasaan, dan sensasi internal yang tidak nyaman (IP), hal tersebut akan menghambat penggunaan CR, yang kemudian meningkatkan kecenderungan perilaku NSSI pada individu dewasa muda.
Non-suicidal self-injury (NSSI) is currently prevalent among emerging adults, with rates ranging from 4-23%. Among young adults who experience significant emotional pressure, NSSI is often used as a way to cope with this pressure due to a tendency to reject unwanted emotional distress. This tendency to rigidly reject emotions is also referred to as psychological inflexibility (PI). The use of emotion regulation strategies is suspected to mediate the relationship between these two variables. This study aims to examine whether the emotion regulation strategy of cognitive reappraisal (CR) and expressive suppression (ES) can mediate the relationship between PI and NSSI. A total of 231 participants were involved, with 135 reporting NSSI, and the average age was 22 years old. NSSI behavior was measured using the NSSI-FS, PI using the AAQ-II, and emotion regulation strategies using the ERQ. Through mediation analysis, it was found that CR fully mediated the relationship between PI and NSSI, while ES could not mediate this relationship. In other words, when individuals are rigid and consistently unwilling to experience uncomfortable thoughts, feelings, and internal sensations (PI), it hinders the use of CR, which in turn increases the tendency for NSSI behavior among young adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library