Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christiana Retno Sawitri
Abstrak :
Penelitian pengaruh perbedaan jumlah inokulum terhadap pertumbuhan Fuglena sp. dalam 50 ml medium Calvayrac telah dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Jurusan Biologij FMIPA-UI, Depok. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh enam variasi jumlah inokulum, yaitu inokulum 10.000 sel/ml, 50.000 sel/ml, 100.000 sel/ml, 150.000 sel/ml, 200.000 sel/ml, dan 300.000 sel/ml terhadap pertumbuhan Fuglena sp. dan korelasinya. Parameter yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, kerapatan sel saat peak, dan laju pertumbuhan Fuglena sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak berkisar dari 2,75 hari pada inokulum 300.000 sel/ml sampai 8 hari pada inokulum 10.000 sel/ml. Rerata laju pertumbuhan terkecil (0,780) dicapai oleh inokulum 300.000 sel/ml dan terbesar (0,888) pada inokulum 10.000 sel/ml. Sedangkan rerata kerapatan sel saat peak berkisar dari 1.745.686,75 sampai 1.787.418,75 sel/ml. Hasil analisis variansi satu faktor pada(/= 0,01 menunjukan bahwa, enam variasi jumlah inokulum berpengaruh terhadap waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, namun tidak berpengaruh terhadap kerapatan sel saat peak dan laju pertumbuhan Fuglena sp. Terdapat korelasi negatif antara variasi enam jumlah inokulum dan waktu yang dibutuhkan oleh Fuglena sp. untuk mencapai peak, serta laju pertumbuhan Euglena sp. Selanjutnya disimpulkan bahwa jumlah inokulum yang efektif dalam hal kerapatan sel awal dan waktu untuk mencapai peak, yaitu kerapatan sel awal relatif se.dikit dengan waktu untuk mencapai peak yang relatif singkat pula adalah inokulum 150.000 sel/ml (4,25 hari).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Setiawati
Abstrak :
Penelitian pengaruh pemberian variasi strain Nostoc CPG24 dan GIA13a yang diinokulasikan pada hari ke-1 dan hari ke-10 terhadap pembibitan padi (Oryza sativa L.) varietas Ciherang pada beberapa media tanam telah dilakukan sejak bulan Maret sampai Mei 2015. Berat inokulum total yang diberikan sebesar 0,2g; 0,4g; dan 0,6g pada media tanah kebun steril (TKS), tanah kebun non steril (TKNS), pupuk organik steril (POS), dan pupuk organik non steril (PONS). Pengamatan dilakukan terhadap panjang akar, tinggi tanaman, berat basah, dan berat kering tanaman padi pada umur 14 hari. Data dianalisis menggunakan uji ANAVA, kecuali data berat basah dan berat kering. Berdasarkan uji ANAVA, strain CPG24 dan GIA13a tidak berpengaruh terhadap panjang akar tetapi berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi (P<0,05). Variasi inokulum tidak berpengaruh terhadap panjang akar dan tinggi tanaman padi (P<0,05). Media tanam berpengaruh terhadap panjang akar dan tinggi tanaman padi (P<0,05). ......The effect of Inoculation of Nostoc Strains CPG24 and GIA13a at the 1st and 10th day on the Germination of Ciherang Rice (Oryza sativa L.) in several media had been examined from March to May 2015. The given total inoculum are 0,2g; 0,4g; and 0,6g to sterilized soil (TKS), nonsterilized soil (TKNS), sterilized organic soil (POS), and nonsterilized organic soil (PONS). Observation is focused to root length, height, fresh and dry weight of 14-day-old plant. Data was analyzed by using ANAVA, with the exception of fresh and dry weight. Based on the ANAVA, CPG24 and GIA13a strain has no effect on root length but has an effect on plant height (P<0,05). Inoculum variation has no effect on root length and height of rice plant (P<0,05). The Media affects the root length and height of rice plant (P<0,05).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nabilla Al Shifa Riza
Abstrak :
Flora mikroorganisme merupakan salah satu aspek penting dalam optimalisasi proses berlangsungnya anaerobic digestion. Biostarter merupakan bahan penyedia flora mikroorganisme pendegradasi yang berperan dalam proses penguraian limbah organik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh jenis inokulum dengan penggunaan biostarter berupa kotoran sapi, rumen sapi, EM4, OrgaDec, PROMI terhadap kinerja proses dan hasil penyisihan Total Solids (TS), Volatile Solids (VS), Chemical Oxygen Demand (COD), dan produksi volume biogas. Penelitian dilakukan dengan metode Biochemical Methane Potential (BMP) yang dilakukan selama 48 hari menggunakan substrat berupa sampah organik dari UPS Universitas Indonesia dan inokulum dengan enam variasi sampel yaitu kotoran sapi, rumen sapi, EM4 dan molase, EM4 dan zat pengaya, OrgaDec dan zat pengaya, serta PROMI dan zat pengaya. Dimana inokulum sebelumnya melalui proses aklimatisasi dengan laju beban organik sebesar 10 kg-VS/m3-hari dan diikuti dengan proses degasifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 gram substrat berupa sampah makanan dari UPS Universitas Indonesia dapat dikonversi menjadi biogas dengan volume 4,37 mL/48 hari (menggunakan EM4 dan Molase); 6,91 mL/48 hari (menggunakan rumen sapi); 7,24 mL/16 hari (menggunakan PROMI dan Zat Pengaya); 14,39 mL/16 hari (menggunakan OrgaDec dan Zat Pengaya); 22.37 mL/48 hari (menggunakan EM4 dan Zat Pengaya); serta 261.25 mL/48 hari (menggunakan Kotoran Sapi). Hasil uji analisis statistik menggunakan One Way ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan inokulum mepengaruhi nilai persentase TS Reduction dan VS Reduction (p < 0,05), dimana inokulum berupa campuran biostarter PROMI dan zat pengaya memiliki nilai persentase reduksi TS dan VS terbesar. Di samping itu, hasil uji statistik dengan menggunakan Independent T-Test menunjukkan bahwa biostarter komersial dalam inokulum dapat meningkatkan persentase TS Reduction (p < 0,05) dengan menggunakan anaerobic digestion metode BMP.
Microbial flora is one of significant aspects in optimization of the anaerobic digestion process. Biostarter is material that provides microbial flora which has role in organic waste degradation. The aim of this study was to find out and analyze the effect of inoculum type with the use of biostarter such as cow manure, cow rumen, EM4, OrgaDec, PROMI on process performance and removal of Total Solids (TS), Volatile Solids (VS), Chemical Oxygen Demand (COD), and production of biogas volume. This study conducted with Biochemical Methane Potential (BMP) method for 48 days using organic waste from Unit Pengolahan Sampah Universitas Indonesia as substrate and inoculum with six sample variations—such as cow manure; cow rumen; EM4 and molasses; EM4 and enrichment ingredients; OrgaDec and enrichment ingredients; PROMI and enrichment ingredients, which those inoculums were previously acclimated (with organic loading rate in the amount of 10 kg-VS/m3-day) and were followed with degassing process. The results of this study showed that 5 grams of substrate, namely food waste from Unit Pengolahan Sampah Universitas Indonesia can be converted into biogas with a volume of 4,37 mL/48 days (using EM4 and molasses); 6,91 mL/48 days (using cow rumen); 7,24 mL/16 days (using PROMI and enrichment ingredients); 14,39 mL/16 days (using OrgaDec and enrichment ingredients); 22,37 mL/48 days (using EM4 and enrichment ingredients); and 261,25 mL/48 days (using cow manure). The results of statistical analysis using One Way ANOVA showed that the difference in the use of inoculums influenced the value of the percentage of TS Reduction and VS Reduction (p < 0,05), where the inoculum in the form of a mixture of PROMI biostarter and enrichment ingredients had the highest TS and VS reduction percentage values. In addition, the results of statistical test using the Independent T-Test showed that commercial biostarter in the inoculum can increase the percentage of TS Reduction (p < 0.05) by anaerobic digestion with BMP method.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusta Indahing Tyas
Abstrak :
ABSTRAK
Karbon dioksida merupakan gas yang diproduksi oleh aktivitas respirasi manusia dan akan terakumulasi di dalam ruangan. Batas maksimal paparan CO2 yang diperkenankan oleh OSHA adalah sekitar 5000 ppm. Konsentrasi CO2 di atas nilai tersebut dapat menyebabkan kesulitan bernapas, terganggunya konsentrasi, kantuk, gangguan pengelihatan, dan penurunan produktivitas individu. Penggunaan organisme fotosintetik mulai dipertimbangkan untuk mengatasi tingginya konsentrasi CO2 di dalam ruangan. Mikroalga merupakan salah satu organisme yang menjanjikan sebagai agen fiksasi CO2. Seperti halnya tanaman, mikroalga melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya, sehingga CO2 berkurang dan oksigen terbentuk sebagai produk samping. Mikroalga memiliki kelebihan sebagai agen fiksasi CO2 dibandingkan dengan tanaman tingkat tinggi karena pertumbuhannya yang dapat mencapai 50 kali lebih cepat dan parameter pertumbuhannya dapat diprediksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil pertumbuhan, profil fiksasi CO2, dan profil produksi O2 dari mikroalga N. oculata pada berbagai densitas inokulum dengan umpan CO2 0,03 ; 5 ; dan 15 . Metode pengambilan data pertumbuhan, fiksasi CO2, dan konsentrasi O2 masing-masing dilakukan dengan instrumentasi spektrofotometer, Gas Chroatography TCD, dan Oxygen Meter. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pertumbuhan dan fiksasi CO2 terbaik terjadi saat N. oculata diberikan umpan CO2 sebanyak 5 pada densitas inokulum 0,15 g L-1. Produktivitas biomassa dan fraksi CO2 terfiksasi pada densitas 0,15 g L-1 pada umpan 5 CO2 masing-masing sebesar 0,1003 g L-1 hari-1 dan 31,5 Sementara itu, perolehan nilai oksigen tertinggi, 8,3 mg L-1 oksigen terlarut, ditunjukkan pada kultur dengan densitas inokulum sebesar 0,06 g L-1 pada pengaliran 5 CO2.
ABSTRACT
Carbon dioxide is a gas produced by human respiration activity and it will be accumulated in the room. The maximum limit of CO2 exposure allowed by OSHA is about 5000 ppm. CO2 concentration above that value can cause breathing difficulties, distraction concentration, drowsiness, visual impairment, and decreasing individual productivity. The use of photosynthetic organisms began to be considered to cope with the high concentrations of CO2 indoors. Microalgae is one of the promising organisms as a CO2 fixation agent. Like terrestrial plants, microalgae have the ability to do photosynthesis with the aid of light, so that CO2 is reduced and oxygen is produced as a by product. Microalgae have the advantage of being a CO2 fixation agent compared to terrestrial plants because its growth is about 50 times faster and the growth parameters can be predicted. The aim of this study was to obtain growth profile, CO2 fixation profile, and O2 production profile from microalgae N. oculata at various inoculum densities aerated with 0,03 , 5 and 15 CO2. Methods used to determine the growth, CO2 fixated fraction, and O2 produced were Spectrophotometer, Gas Chromatography, and Oxygen Meter respectively. The results show that the best growth and fixation of CO2 occurs when N. oculata is fed 5 CO2 at an inoculum density of 0.15 g L 1. The productivity of biomass and CO2 fixated fraction respectively was 0.1003 g L 1 day 1 and 31.5 . Meanwhile, the highest oxygen value produced was 8.3 mg L 1 of dissolved oxygen, shown in culture with inoculum density of 0.06 g L 1 aerated with 5 CO2.
2017
S67003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Fitri
Abstrak :
Inokulum merupakan suatu media pertumbuhan bagi mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan mikroorganisme dan kinerja reaktor Anaerobic Digestion (AD). Kinerja inokulum dapat dioptimalkan dengan beberapa cara, salah satunya adalah aditif asetat yang dapat mendorong pertumbuhan archaea metanogen agar fermentasi anaerob berjalan lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan asetat dalam inokulum pada populasi mikroorganisme penghasil metana dan pengaruhnya pada populasi mikroorganisme, pembentukan biogas, penyisihan Volatile Solids (VS) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Terdapat 2 jenis inokulum yang digunakan pada penelitian ini, inokulum alami yang terbuat dari kotoran sapi dan inokulum buatan yang terbuat dari terasi, gula pasir, batang pohon pisang busuk, susu, dan dedak, ekstrak ragi, Lactobacillus MRS Broth, cairan rumen, dan penambahan asetat sebagai sumber karbon. Percobaan dilakukan pada reaktor AD berbahan fiber dan tanpa pengaduk yang memiliki volume keseluruhan 1 m3 dan volume isi 0,8 m3 selama 71 hari kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan asetat tidak terbukti memperkaya populasi archaea metanogen dan produksi biogas. Metana dihasilkan dari genus Methanosaeta yang jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 0,004% dan genus Prevotella dalam jumlah cukup banyak yaitu 26,6% pada akhir operasional. Prevotella membentuk metana melalui penggunaan asam laktat yang dihasilkan genus Lactobacillus. Namun, inokulum buatan dengan aditif asetat terbukti meningkatkan konsentrasi metana hingga 41,7%, VSD hingga 91%, dan CODr hingga 99,5%. Hal ini menunjukkan inokulum buatan memiliki potensi yang sangat baik sebagai media pertumbuhan untuk menunjang pengolahan sampah makanan pada Anaerobic Digestion (AD) dengan bantuan pengontrolan pH yang sesuai dengan rentang pH optimum untuk tahap metanogenesis.
The inoculum is a growth medium for microorganisms to decompose organic matter that can optimize the growth of microorganisms and the performance of the Anaerobic Digestion (AD) reactor. The performance of the inoculum can be optimized in several ways, one of which is acetate additives which can encourage the growth of archaea methanogens so that anaerobic fermentation runs better. The purpose of this study was to analyze the effect of the addition of acetate in the inoculum on the population of methane-producing microorganisms and their effect on microorganism populations, biogas formation, removal of Volatile Solids (VS) and Chemical Oxygen Demand (COD). There are 2 types of inoculums used in this study, natural inoculum made from cow dung and modified inoculum made from shrimp paste, granulated sugar, rotten banana tree trunks, milk, and bran, yeast extract, Lactobacillus MRS Broth, rumen liquid, and additions acetate as a carbon source. The experiments were carried out on an AD reactor made from fiber and without stirrer which had an overall volume of 1 m3 and a volume of contents of 0.8 m3 for 71 working days. The results showed that the addition of acetate was not proven to enrich the archaea methanogen population and biogas production. Methane is produced from the genus Methanosaeta, which is very small, only 0.004% and the genus Prevotella in considerable numbers, which is 26.6% at the end of operation. Prevotella forms methane through the use of lactic acid produced by the genus Lactobacillus. However, the modified inoculum with acetate additives was proven to increase the concentration of methane to 41.7%, VSD to 91%, and CODr to 99.5%. This shows that the modified inoculum has very good potential as a growth medium to support food waste processing in Anaerobic Digestion (AD) with the help of pH control that is in accordance with the optimum pH range for the methanogenesis stage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah inokulum konsorsium bakteri yang optimum dalam mendegradasi hidrokarbon minyak bumi. Sedimen dan air laut yang dicemari minyak jenis ALCO digunakan sebagai medium uji hidrokarbon minyak bumi yang diinokulasikan dengan berbagai jumlah inokulum bakteri sebesar 106, 107, 108, 109, dan 1010 sel/ml. Pengamatan proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dilakukan selama 28 hari dengan interval waktu inkubasi hari ke-0, 2, 5, 9, 14, dan 28. Aktivitas konsorsium bakteri dapat diketahui dengan menghitung jumlah total sel bakteri menggunakan metode perhitungan Acridine Orange Direct Count (AODC) dan pengukuran konsentrasi minyak bumi dengan metode gravimetri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioaugmentasi dengan inokulum konsorsium bakteri sebesar 106--1010 sel/ml dapat mendegradasi hidrokarbon minyak bumi sebesar 42,54%--55,92%, sedangkan kontrol positif (K(+)) sebesar 32,90% dan kontrol negatif ((K(-)) sebesar 3,47%. Perlakuan K10 dengan inokulum konsorsium bakteri sebesar 1010 sel/ml menghasilkan persentase degradasi hidrokarbon minyak bumi terbesar yaitu 55,92% serta meningkatkan jumlah total sel bakteri sampai log 9,47.
ABSTRACT
The study was conducted to determine the optimum amount of inoculums in the bacterial consortium degrading petroleum hydrocarbons. Sediments and sea water contaminated with ALCO type is used as the test medium ALCO petroleum hydrocarbons that were inoculated with various amounts of bacterial inoculum of 106, 107, 108, 109, and 1010 cells / ml . The biodegradation process was observed for 28 days with intervals 0, 2, 5, 9, 14, and 28 days. Bacterial consortium activities was determined by counting total number of bacterial cells using of Acridine Orange Direct Count (AODC) method and measuring the concentration of petroleum hydrocarbons are analyzed by gravimetric method The results revealed that bioaugmentation which inoculums consortium bacteria of 106 - 1010 cells / ml can degraded petroleum hydrocarbons at 42,54% to 55,92%, while positive control (K(+)) only 32,90% and negative control (K(-)) only 3,47%. Treatment K10 with a consortium of bacteria inoculums of 1010 sel/ml increased capability of degrade petroleum hydrocarbons up to 55,92% and total number of bacterial cells up to log 9,47.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anondho Wijanarko
Abstrak :
ABSTRAK
Pemanasan global merupakan isu utama dalam berbagai jurnal pengetahuan dan pemberitaan akhir-akhir ini. Cara-cara pencegahan dan penanggulanan sudah mulai dikembangkan untuk menghindari efek yang lebih berbahaya. Salah satu cara penanggulananya adalah dengan fiksasi CO2 oleh mikroalga. Fiksasi CO2 selain dapat mengurangi kadar CO2 di udara juga dapat menghasilkan biomassa mikroalga yang memiliki nilai ekonomis seperti protein dan glukosa. Hasil biomassa ini kini telah banyak diolah untuk dikonsumsi manusia.

Proses foto sintesis merupakan proses utama berlangsungnya pembentukan biomassa selain proses enzimatis (tanpa cahaya). Penelitian sebelumnya telah membuktikan semakin besar intensitas chaya yang diberikan pada kultur mikroalga semakin besar pula biomassa yang dihasilkan. Penelitian ini diaharapkan dapat menunjukkan pengaruh variasi intensitas cahaya dan jumlah inokulum terhadap produksi biomassa dan fiksasi Co2 oleh mirkoalga.

Penelitian ini akan menggunakan Chlorella sp. Chlorerlla merupakan alga hijau (Chlorophyta) dan merupakan mikroalga yang paling banyak dikembangkan. Mikroalga ini akan dilihat pertumbuhannya dalam fotobioreaktor. Sistem reaktor yang digunakan adalah fotobioreaktor kolom gelembung.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Fitriati
Abstrak :
Penelitian yang telah dilakukan dari Maret –Mei 2015, bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam serta menentukan inokulum optimum untuk pembibitan tanaman padi varietas Ciherang. Pembibitan padi dilakukan selama 14 hari di rumah kaca menggunakan 4 media tanam berbeda, yaitu tanah kebun steril dan non steril serta pupuk organik steril dan non steril. Strain Nostoc CPG24 dan GIA13a masing- masing sebanyak 0,2; 0,4; dan 0,6 g diinokulasikan pada keempat media tanam pada hari ke-1 pembibitan. Parameter yang diukur adalah tinggi, panjang akar, serta berat basah dan berat kering tanaman. Hasil uji statistik menunjukkan media tanam berpengaruh terhadap pembibitan padi varietas Ciherang. Pengaruh strain CPG4 dan GIA13a terhadap pembibitan hanya terdapat di media pupuk organik steril. Pemberian variasi inokulum (0,2; 0,4; dan 0,6 g) strain CPG24 dan GIA13a mampu meningkatkan tinggi dan panjang akar secara signifikan (P<0,05) dibandingkan kontrol pada media pupuk organik steril. ......The experiment that has been done from Maret– May 2015 was used to know the effect of media and determine optimum inoculum for Ciherang rice germination. The rice germination was done for 14 days in the green house used four different medias, they are sterilized and unsterilized garden soil and also sterilized and unsterilized organic soil. Strains CPG24 and GIA13a was inoculated into four different medias on first day of rice germination as much as 0,2; 0,4; and 0,6 gram fresh weight for each strain. The effect of Nostoc strain to rice germination was evaluated by using vegetative parameters, including plant height, root lenght, fresh and dry weight. The statistic result showed that media gave effect for rice germination. Application of three variations of inoculum from both strains only gave effect on sterilized organic soil. Variations of inoculum of CPG24 and GIA13a strains had significant effect (P<0,05) to increase plant height and root lenght of plants in sterilized organic soil.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai variasi inokulum sel Scenedesmus isolat Subang yang ditumbuhkan dalam 800 ml Medium Ekstrak Tauge (MET) 4% untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kerapatan sel dan kadar protein biomassa selama 5 hari. Pengambilan data berlangsung pada bulan Oktober 2008 dan dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA UI. Penelitian bersifat eksperimental dengan 3 macam perlakuan, yaitu inokulum 0,35 x 106 sel/ml; 0,75 x 106 sel/ml; dan 1,25 x 106 sel/ml dengan 3 ulangan untuk masingmasing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan inokulum tidak memengaruhi kerapatan sel dan kadar protein biomassa Scenedesmus. Rerata kerapatan sel tertinggi pada saat peak dicapai oleh perlakuan III (inokulum 1,25 x 106 sel/ml), pada hari kelima pengamatan. Rerata kerapatan sel terendah dicapai oleh perlakuan I (inokulum 0,35 x 106 sel/ml) pada hari ketiga pengamatan. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan tidak ada pengaruh variasi inokulum terhadap kerapatan sel dan kadar protein biomassa Scenedesmus yang ditumbuhkan dalam 800 ml MET 4%.
Universitas Indonesia, 2009
S31547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhtiy Afifah
Abstrak :
Pengelolaan limbah lumpur tinja yang sangat terbatas dapat ditingkatkan dengan memanfaatkannya menjadi biogas. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi biogas pada lumpur tinja dengan menambahkan sampah makanan dan sampah taman. Sistem yang digunakan berupa Anaerobic Co-digestion dengan variasi konsentrasi lumpur tinja, yaitu sebesar 25% dan 50% berdasarkan nilai Volatile Solids (VS). Inokulum yang digunakan adalah rumen sapi. Penelitian dilakukan menggunakan reaktor batch skala lab berukuran 51 L dengan masa operasi selama 42 hari. Biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25% adalah 0,30 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 71,93% dan COD sebesar 72,42%. Sedangkan, biogas yang dihasilkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% adalah 0,56 m3CH4/kg VS dengan destruksi VS sebesar 92,43% dan COD sebesar 87,55%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa potensi biogas pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 50% lebih besar dibandingkan pada konsentrasi lumpur tinja sebesar 25%.
Faecal sludge management can be optimized by converting the sludge into biogas. The purpose of this study is to optimize the biogas potential of faecal sludge with food waste and garden waste. The system use Anaerobic Co-digestion with variation of 25% and 50% concentration of faecal sludge based on Volatile Solids (VS). Inoculum used was cow?s rumen. The study was operated using lab-scale batch reactor 51 L for 42 days. Biogas produced from 25% concentration of faecal sludge is 0,30 m3CH4/kg with 71,93% VS and 72,42% COD destruction. Meanwhile, 50% concentration of faecal sludge produced 0,56 m3CH4/kg VS biogas with 92,43% VS and 87,55% COD destruction. This study concludes that biogas potential from 50% concentration of faecal sludge is greater than 25% concentration of faecal sludge.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>