Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Muhammad Rahadian Prayudha
Abstrak :
ABSTRAK
Inovasi yang dilakukan di dalam organisasi sektor publik telah menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik dan menuju pemerintahan kelas dunia. Namun dalam pelaksanaannya, prakondisi proses inovasi yang berada di dalam organisasi sektor publik, khususnya di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam mencanangkan suatu inovasi berbasis IT masih kurang, sehingga harus diteliti dari enam variabel berdasarkan teori A-to-F Model Kotler, 2015 . Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Pos Positivis dengan metode pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terhadap informan dan studi pustaka. Hasil penelitian menggambarkan bahwa prakondisi proses inovasi SIGA-BN di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggunakan teori A-to-F Model berdasarkan variabel prakondisi activators, prakondisi browsers, prakondisi creators, prakondisi developers, prakondisi executors, dan prakondisi facilitators. Diharapkan, dari penelitian ini organisasi sektor publik yang ingin membangun suatu inovasi, dapat terlebih dahulu membuat prakondisi dalam membangun proses inovasi tersebut, sehingga inovasi yang dicanangkan bisa terus berlanjut
ABSTRACT
Innovation conducted within public sector organizations has become an obligation that must be implemented in the process of organizing public services and towards world class government. In practice, however, the preconditioning of innovation processes within public sector organizations, particularly in the Ministry of Women 39 s Empowerment and Child Protection in launching an IT based innovation is lacking, so it should be examined from six variables based on the A to F Model Kotler, 2015 . In this study, researchers used Pos Positivis approach with qualitative data collection methods by conducting in depth interviews on informants and literature study. The results of this study illustrate that the pre conditions of the SIGA BN innovation process at the Ministry of Women 39 s Empowerment and Child Protection use A to F Model theory based on precondition activator variables, pre conditions browsers, precondition creators, precondition developers, precondition executors, and precondition facilitators. Hopefully, from this research public sector organizations that want to build an innovation, can first make the preconditions in building the innovation process, so that innovation can be launched continuously
2018
T51327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Ariyoso
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas prakondisi proses inovasi di Kementerian Sekretariat Negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivisme. Teknik analisis data menggunakan teori Innovation Process (A-to-F Model) yang dikemukakan oleh De Bes dan Kotler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prakondisi proses inovasi di Kementerian Sekretariat Negara belum berjalan dengan baik, terutama pada tahapan prakondisi developers, prakondisi executors, dan prakondisi facilitators. Belum adanya aturan main yang jelas terkait strategi pengembangan inovasi dikhawatirkan akan terjadi tumpah tindih terhadap tugas dan fungsi unit kerja yang melakukan pengembangan inovasi, pengembangan inovasi juga masih bersifat sendiri-sendiri atau belum tersentralisasi. Selain itu, tidak ada unit kerja yang bertanggung jawab menangani proses inovasi, serta belum adanya evaluasi terhadap inovasi yang sudah dihasilkan dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya duplikasi inovasi dan efektivitas penggunaannya.
ABSTRACT The thesis discusses the prerequisites to build the innovation process at the Ministry of State Secretariat. The study employs post-positivism approach. Analysis technique data uses the theory innovation processes (A-to-F Model) by De Bes and Kottler. The research result shows that the prerequisites to build innovation process at the Ministry of State Secretariat have not worked properly, especially the developer prerequisites, executor prerequisites, and facilitator prerequisites. The absence of clear guidelines to innovation development strategy raises concerns about the overlapping in duty and functions of the units of work which develop innovation, the development of innovation also are carried out separately, not centralised yet. In addition, there is no a unit of work which is assigned to manage the process of innovation, as well as the lack of evaluation of the produced innovation, might impact on the occurrence of the duplication of innovation and the effectiveness of its use.

Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T51741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Knott, Anne Marie
New York: McGraw-Hill, 2017
658.3 KNO h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Rudy Franclin
Abstrak :
Tesis ini dibuat berangkat dari ketertarikan penulis terhadap agenda artikel riset empiris The Impact of Entrepreneural Leadership on Innovation Management and Its Measurement Validation (Fontana dan Musa, 2017). Salah satu temuan yang disampaikan dalam artikel tersebut adalah tidak ada hubungan signifikan antara Proses Inovasi dan Kinerja Inovasi. Riset itu menggarisbawahi peran manajemen inovasi dalam menentukan hubungan positif antara proses dan kinerja inovasi. Penulis bermaksud mengeksplorasi faktor lain yang dapat memediasi hubungan antara Proses Inovasi dan Kinerja Inovasi. Dengan menggunakan metode kuantitatif SEM-PLS, peneliti melakukan survei terhadap 100 pucuk pimpinan dari 60 perusahaan non Keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran Organisasi pada level tim merupakan salah satu faktor yang dapat memediasi hubungan antara Proses Inovasi dan Kinerja Inovasi. Hasil lain yang diperoleh adalah adanya hubungan langsung antara Proses dan Kinerja Inovasi pada perusahaan non Keuangan, sehingga dapat diidentifikasi dengan jelas kontribusi manajemen inovasi terhadap kemampuan daya saing perusahaan. ......This thesis was made based on the author's interest in the agenda of the empirical research article The Impact of Entrepreneurial Leadership on Innovation Management and Its Measurement Validation (Fontana and Musa, 2017). One of the findings presented in the article is that there is no significant relationship between the Innovation Process and Innovation Performance. The research underlines the role of innovation management in determining the positive relationship between innovation processes and performance. The author intends to explore other factor that can mediate the relationship between the Innovation Process and Innovation Performance. Using the SEM-PLS method, researcher conducted a survey of 100 leaders from 60 non financial companies. The results showed that Organizational Learning at the team level is one of the factors that can mediate the relationship between the Innovation Process and Innovation Performance. Another result obtained is the existence of a direct relationship between the Process and Performance of Innovation in non-financial companies, so it can be clearly identified the contribution of innovation management to the company's competitiveness.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.H. Revoldi
Abstrak :
ABSTRAK
Kemampuan Organisasi untuk menghasilkan produk baru merupakan kemampuan yang sangat penting saat ini, karena lingkungan organisasi saat ini tems berubah secara cepat. Perubahan dalam sistem sosial-ekonomi, perubahan mengenai harapan dan kebutuhan dan keinginan pelanggan, mcrupakan kesempatan dan lantangan yang hams dijawab oleh organisasi melalui produk dan jasa yang baru. Inovasi mcrupakan upaya meugeksploitasi perubahan menjadi Sebuah kcscmpatan bagi organisasi, atau bagaimana mcngcksploitasi ide baru secara sukses. lnovasi mcnjadi scmakin penting karena ada hubungan yang signihkan antara tingkat inovasi dengan tingkat kinerja organisasi. Namun demikian tidak semua inovasi secaaa langsung meningkatkan kinerja, ada banyak kasus organisasi yang inovatif tidak berkinerja balk. Tugas akhir ini ingin menjawab tantangan di atas, yaitu bagaimana mengelola sebuah proses inovasi. Pendekatan inisiatif managemen pcngetahuan digunakan karcna, walaupun menghasilkan produk dan jasa baru merupakan hal yang panting, namun jauh lebih penting adalah menciptakan pengetahuan baru yang memungkinkan semua ilu terjadi. Karena aktivitas inovasi merupakan aktivitas yang sarai dcngan pcngetahuan.
ABSTRACT
Study Program: Human Resources and Knowledge Mangement Title : Building Innovation advantage through Knowledge Management lnisiative on Training and Development Centre for Supervisory of Finance and Development Supervisory Board. Organizational Ability to create new product is a very important aspect in this time. organizational environment change very quickly. Change in sosial-economy system, changing in customer expectations and customer desires/needs can be challenges and opportunities for the organization to create and to serve new products or services. Innovation is to exploit change become an opportunity to organization, or how to exploit new idea successfully. Innovation becomes more important because there was signifikan corelation between levels of innovation with organization performance. But, not all innovation can directly improve organization pertbrmance, there were many cases, that inovative organization had poor performance. This Final Script try to answer this challenge, how to manage an innovation process in organization. Knowledge Management Initiative approach used because, even create new service and product was important things, but there much more important to create new knowledge to make all things happened. There was a reason that innovation activities were full knowledge activities.
2007
T34050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Indah Pertiwi
Abstrak :
Perubahan regulasi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, meningkatkan persaingan dalam industri telekomunikasi. PT TELKOM yang dulunya memonopoli pengelolaan bisnis telekomunikasi domestik, harus siap berkompetisi untuk mempertahankan dominasi market. Dalam rangka memenangkan persaingan PT TELKOM telah merumuskan kembali visi, misi, dan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan ini selanjutnya dijabarkan dalam bentuk target kinerja usaha yang harus dicapai, dan didistribusikan (deploy) kepada seluruh jajaran PT TELKOM secara berjenjang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan memberdayakan inovasi sebagai basil dari proses perbaikan berkelanjutan yang dilakukan oleh karyawan baik secara berkelompok dalam bentuk GKM (Gugus Kendali Mutu) dan PKM (Proyek Kendali Mutu) maupun perorangan. Namun sayangnya sistem pengelolaan inovasi di tingkat KANDATEL saat ini belum sempurna. Pengelolaan inovasi saat ini, baru berorientasi kepada kuantitas dari inovasi yang dihasilkan setiap tahunnya, belum kepada impact implementasi inovasi terhadap kinerja usaha. Berdasarkan latar belakang yang ada, karya akhir ini mencoba menjawab apakah tatacara penilaian inovasi saat ini dapat diberdayakan untuk mendukung pencapaian kinerja usaha. Upaya mencari jawaban tersebut dirumuskan dalam tiga permasalahan pokok, yaitu Apakah tatacara penilaian inovasi saat ini sudah dapat digunakan untuk mengukur dampak implementasi inovasi terhadap kinerja usaha ? Jika belum, aspek penilaian dan dimensi apa saja yang sebaiknya digunakan ? Dan bagaimana mengelola inovasi pasca standarisasi agar dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan? Karya akhir ini mempunyai tiga maksud. Pertama, melakukan analisis terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDA TEL saat ini. Kedua, mengusulkan penyempurnaan tatacara penilaian inovasi di tingkat KANDA TEL. Dan ketig~ merekomendasikan action steps dalam mengelola inovasi pasca standarisasi. Pembahasan karya akhir ini dibatasi pada lingkup penilaian dan pengelolaan inovasi basil GKM tingkat KANDATEL di DIVRE II, dengan objek penelitian KANDATEL Jakarta Barat. Pelaksanaan penilaian dan pengelolaan inovasi tingkat KANDATEL di DIVRE II relatif sama. Dari basil penelitian di lapangan terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDATEL saat ini, ditemukan 4 (empat) kelemahan dari tatacara penilaian inovasi tersebut. Pertama, Aspek penilaian inovasi sebagian besar hanya menilai kemampuan inovator membuat inovasi. Aspek penilaian seperti ini dilatar belakangi upaya untuk membudayakan GKM di lingkungan perusahaan serta untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan karyawan dalam pelaksanaan pengendalian mutu. Kedua, Inovasi saat ini bam secara implisit mendukung kinerja usaha. Hal ini disebabkan pada saat membuat suatu inovasi, para inovator tidak langsung mengarahkan tujuan pembuatan inovasi kepada pencapaian indikator kinerja usaha tertentu, melainkan kepada indikator QCDSMR (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan Revenue). Ketig~ Penilaian inovasi belum melibatkan pelanggan. Berdasarkan penelitian terhadap inovasi yang sudah distandarisasi pada tahun 2002 dan 2003, ditemukan hanya 1% dari total inovasi yang penilaiannya melibatkan pelanggan. Keempat, Penilaian inovasi hanya dilakukan sebelum standarisasi. Sedangkan mekanisme untuk mengukur implementasi inovasi tersebut pasca standarisasi Belum ada. Berdasarkan analisis di atas, tatacara penilaian inovasi ini perlu disempumakan dengan menggunakan 2 (dua) aspek penilaian. Pertama, Aspek penilaian pelanggan dengan menggunakan dimensi kepuasan pelanggan. Pemilihan aspek penilaian ini dengan pertimbangan sasaran dari program perbaikan berkelanjutan adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan. Aspek kepuasan pelanggan meliputi pengukuran 10 (sepuluh) dimensi mutu, yaitu reliability, timelines and convinience, completeness, accuracy, responsiveness, courtecy, accessibility, aesthetics, consistency, dan performance. Dan kedua, Aspek penilaian kinerja usaha, dengan pertimbangan mendukung kebijakan perusahaan dalam memberdayakan inovasi. Aspek penilaian kinerja usaha meliputi 6 (enam) atribut penilaian, yaitu jumlah indikator kinerja usaha yang dipengaruhi, peningkatan kinerja usaha yang terjadi, pengaruh negatif terhadap indikator kinerja lainnya, peningkatan kinerja unit yang menjadi pelanggan internal, efisiensi yang terjadi, dan percepatan proses kerja. Berdasarkan surat Keputusan Direksi nomor 25/PS.150/CTG-20/2003 tentang Sistem Pengelolaan Inovasi, inovasi saat ini dibagi atas 4 (empat) jenis yaitu temuan bam, rekayasa ulang, standar proses baru, dan kiat manajemen. Oleh karena itu, tatacara penilaian inovasi sebaiknya dibedakan antara keempat jenis inovasi yang ada. Pengelolaan inovasi pasca standarisasi saat ini di tingkat KANDATEL belum diatur mekanismenya. Oleh karena itu, pada karya akhir ini juga diusulkan penyempurnaan pengelolaan inovasi pasca standarisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengatur mekanisme diseminasi inovasi, melakukan penilaian inovasi pasca standarisasi, melibatkan manajemen dalam mengelola inovasi yang telah distandarisasi, dan meningkatkan komitmen karyawan dan evaluator dalam mengelola inovasi melalui pemberian reward dan kompensasi.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Gunawan
Abstrak :
Penelitian ini adalah mengenai inovasi layanan permohonan Penerbitan paspor melalui website pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat. Dalam penelitian ini juga dianalisis alasan dan faktor yang melandasi mengapa inovasi layanan permohonan Penerbitan paspor melalui website kurang terdifusikan secara maksimal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif di mana akan berusaha untuk menggambarkan fakta-fakta mengenai proses komunikasi yang dilakukan untuk menyebarkan inovasi layanan permohonan penerbitan paspor melalui website, menjelaskan keadaan dari objek penelitian, dan membuktikan teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers dengan mendapatkan sebagian besar data dari responden. Pisau bedah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan empat dimensi difusi inovasi yang dikemukakan oleh Rogers, yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang telah menggunakan inovasi layanan permohonan penerbitan paspor melalui website. Informan dalam penelitian ini adalah para pejabat yang terkait dengan masalah Penerbitan paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Barat. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Mayoritas responden memberikan pendapat bahwa inovasi layanan permohonan penerbitan paspor melalui website mempunyai keuntungan yang relatif tinggi, dengan tingkat kompatibilitas, triabilitas, obserabilitas yang tinggi dan tingkat kompleksitas yang rendah. 2) Akan tetapi layanan ini kurang terdifusikan secara maksimal karena Kantor Imigrasi Jakarta Barat belum melaksanakan promosi baik itu melalui media massa maupun media interpersonal secara maksimal. 3) kendala utama yang dihadapi dalam masalah ini adalah rendahnya komitmen dari Kantor Imigrasi Jakarta Barat untuk melakukan sosialisasi tentang inovasi, belum adanya anggaran untuk melakukan sosialisasi, dan masih kentalnya unsur birokrasi yang hierarkis dalam melakukan pelayanan publik. Hasil penelitian menyarankan bahwa Kantor Imigrasi Jakarta Barat perlu untuk lebih menggencarkan usaha promosi inovasi kepada masyarakat, perlu ditingkatkan kesadaran dan komitmen agen pembaharu untuk lebih menyebarluaskan inovasi dan perlu adanya suatu langkah untuk memasukkan semangat kompetisi dalam menjalankan birokrasi demi mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. ......The research is about analyzing respondent’s opinion on the innovation of passport application using website in Immigration Office Class I West Jakarta. The research also analyses the reasons as well as factors underlying the fact that service innovation an passport application through website is less diffused exellently. The research adopts quantitative method as it is regarded suitable for the research where it enables the researcher to illustrate the facts dealing with communication process carried out to diffuse service innovation on paspport aplication through website, describe the condition of the research object and prove Rogers’s Theory of diffusion of innovation by gaining most of the data from the respondents. The research uses four elements of Rogers’s Diffusion of Innovation Theory, which are innovation, communication channel, time, and social system. However, in the element of social system, the researcher focuses more on adopter characteristic and change agents. Sample of this research are people who have used service innovation on passport application through website. The informants involved in the research are officials who are related to passport issuance matters in the Immigration Office Class I West Jakarta. Data collection is conducted by distributing questionnaire and conducting in depth interview. The research results conclude that: 1) the majority of the respondents said that service innovation on paspport application through website processes high relative profit, with high level of compatibility, triability, and observability and low level of complexity. They also stated that the service innovation offers positive values and profit in terms of passport application voiewed from the quick annual decision making process. 2) Nonetheless, the service is less diffused excellently due to the lack of promotion performed by West Jakarta Immigration Office, neither in mass media nor interpersonal media, optimally. In addition, it only relied on information board as a media to deliver information on innovation. 3) Main obstacles faced in this case are the low level of commitment from West Jakarta Immigration Office to conduct socialization on innovation, the absence of budget to conduct socialization, and the stong hierarchical bureaucratic element in the implementation of public service. The research resuts suggest that Immigration Office Class I West Jakarta needs to promote the service innovation unceasingly to the society, increase the awareness and commitment of reformer agents in order to diffuse innovation, and create a step to insert spirit of competition in implementing bureaucracy to achieve service quality to the society.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medityo Herdi M.
Abstrak :
Pada era globalisasi ini setiap organisasi dituntut untuk mampu bersaing secara kuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Saat ini pengetahuan telah menjadi basis penting dalam sebuah organisasi modern. Pengetahuan yang dimiliki individu-individu sebagai sumber daya manusia tercipta melalui interaksi dan interseksi antara pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit. Kemampuan karyawan untuk selalu menghasilkan inovasi merupakan factor kunci bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan yang ketat. Salah satu upaya yang dipandang efektif dalam meningkatkan kemampuan inovasi karyawan di perusahaan adalah melalui pengembangan aktivitas kebiasaan untuk berbagi pengetahuan. Melalui kebiasaan berbagi pengetahuan tersebut karyawan akan dirangsang untuk mampu berfikir lebih kritis dan kreatif. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk menganalisa hubungan antara perilaku berbagi pengetahuan dan kemampuan individu untuk berinovasi pada PT Alcatel-Lucent Indonesia, (2) untuk menganalisa proses perilaku berbagi pengetahuan pada PT Alcatel-Lucent Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh merupakan data dari wawancara dan kuesioner. Data sekunder yang diperoleh dari studi literatur, baik dari buku, jurnal maupun skripsi. Penelitian ini dilakukan pada PT Alcatel-Lucent Indonesia dengan jumlah responden sebanyak 56 orang. Teknik pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Knowledge Sharing Behavior mempunyai hubungan yang positif dan sangat kuat terhadap Individual Innovation Capability. Semakin tinggi Knowledge Sharing Behavior maka semakin tinggi juga Individual Innovation Capability. Terlihat bahwa koefisien korelasi yang didapat sebesar 0.721 yang berarti kedua variable tersebut mempunyai hubungan yang positif karena nilai korelasi lebih dari 0 menuju +1 dan diantara rentang 0.71 ? 0.90 dimana rentang tersebut mempunyai arti hubungan yang terjadi sangat kuat. ......In this globalization era every organization is required to compete vigorously to achieve predetermined goals. Current knowledge has become an important basis in a modern organization. The knowledge of individuals as human resources created through the interaction and intersection between tacit knowledge and explicit knowledge. Employee?s ability to always produce innovation is a key factor for a company to survive in the condition of intense competition. One of the measures considered effective in improving individual innovation capability through the development of knowledge sharing behavior. Through the knowledge sharing behavior, employees will be stimulated to be able to think more critically and creatively. Based on this, the study aims to (1) analyze the relationship between knowledge sharing behavior and individual innovation capability in PT Alcatel-Lucent Indonesia, (2) analyze the process of knowledge sharing behavior in PT Alcatel-Lucent Indonesia. Types of data used in this study are primary and secondary data. Primary data is obtained from interviews and questionnaires. Secondary data is obtained from study of literature, either from bookss, journal and thesis. This study was conducted at PT Alcatel-Lucent Indonesia with the number of respondents is 56 persons. Data processing technique in this study is Spearman Rank Correlation. The result showed that the knowledge sharing behavior has a positively related and have a very strong relationship against the individual innovation capability. The higher Knowledge Sharing Behavior, the higher the Individual Innovation Capability. The obtained correlation coefficients are 0.721 which means the two variables are positively related because the correlation value greater than 0 and headed to +1 and the range between 0.71 - 0.90 which is means it has very strong relationship.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hawthorne, Edward P.
London: McGraw-Hill c., 1978
658.5 HAW m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>