Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Kiki Syahgustina
"Teknologi MIMO OFDM-FDMA dapat digunakan untuk menyediakan layanan data berkecepatan tinggi secara realtime dengan kinerja yang baik pada kanal multipath fading. Skripsi ini merancangan dan menganalisa kinerja sistem MIMO OFDM-FDMA, yang melayani beberapa user dengan alokasi subcarrier yang berbeda-beda. Ada beberapa teknik dari OFDM-FDMA berdasarkan alokasi subcarrier-nya, yaitu: Block FDMA dan Interleaved FDMA. Pada Block FDMA setiap user dialokasikan ke sebuah grup subcarrier yang berdekatan dalam time slot tertentu, sedangkan pada Interleaved FDMA setiap user dialokasikan secara berselang-seling (interlaced) dengan user lain pada subcarrier. Teknik Space Time Block Coding (STBC) Alamouti 2x2 digunakan untuk sistem MIMO. Bit Error Rate (BER) yang dihasilkan oleh kedua teknik alokasi akan dianalisa untuk membandingkan kinerja sistem pada kanal AWGN dan kanal Rayleigh Fading.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa sistem MIMO OFDM-FDMA dengan alokasi subcarrier Interleaved FDMA memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan Block FDMA. Pada kanal AWGN, terdapat perbedaan sebesar 0,8 dB untuk 2 user dan 1 dB untuk 4 user pada BER = 10-3 pada kanal Rayleigh Fading, terdapat perbedaan sebesar 0,9 dB untuk 2 user dan 1,1 dB untuk 4 user pada BER = 10-3. Penambahan jumlah user pada masing-masing teknik alokasi meningkatkan BER yang dihasilkan, yang berarti menurunkan kinerja sistem. Frekuensi Doppler yang semakin tinggi pada masing-masing teknik alokasi juga meningkatkan BER yang dihasilkan, yang berarti menurunkan kinerja sistem.
MIMO OFDM-FDMA technique can be used in order to serve high data rate in realtime which give a good performance on a multipath fading channel. This final project was design and analyzes the performance of MIMO OFDM-FDMA system, that service multiuser with difference allocate it to subcarrier. There are several technique of OFDM-FDMA based on the allocation of subcarriers to users: Block FDMA and Interleaved FDMA. In Block FDMA technique, each user is allocated a bunch of adjacent subcarriers. In Interleaved FDMA technique, each user allocated interlaced with other user's subcarrier in frequency domain. Space Time Block Coding (STBC) Alamouti 2x2 technique is used for MIMO. Bit Error Rate (BER) which generated by both allocation technique will be analyze to compare the performance of system in AWGN channel and Rayleigh Fading channel. Based on simulation result, could be get that MIMO OFDM-FDMA system with Interleaved FDMA technique allocation of subcarriers give better performance than Block FDMA. Using AWGN channel, there are difference equal to 0,8 dB for 2 user and 1 dB for 4 user at BER = 10-3. Using Rayleigh Fading channel, there are difference equal to 0,9 dB for 2 user and 1,1 dB for 4 user at BER = 10-3. Addition the user of each method improve the BER result which finally affect the system performance degradation. Higher Doppler frequency of each method improve the BER result which finally affect the system performance degradation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51365
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Farisz Firstian Arya
"Pemanfaatan sistem photovoltaic (PV) sangat penting dalam mencapai Sustainable Development Goal (SDG) nomor 7, yang bertujuan menyediakan energi bersih dan terjangkau untuk semua. Namun, salah satu kendala utama yang dihadapi dalam implementasi PV adalah efisiensi yang masih belum optimal, terutama dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah. Dalam penelitian ini, digunakan algoritma MPPT Incremental Conductance yang dikombinasikan dengan implementasi two-phase interleaved boost converter untuk meningkatkan efisiensi sistem PV dan mengurangi nilai ripple. Seluruh pengujian dilakukan melalui simulasi pada perangkat lunak Simulink MATLAB, serta menggunakan data aktual iradiasi dan suhu dari beberapa hari di bulan Agustus 2023. Hasil simulasi menunjukkan bahwa algoritma MPPT Incremental Conductance terbukti efektif dalam menemukan titik kerja optimal sistem PV pada kondisi Standard Test Conditions (STC). Implementasi two-phase interleaved boost converter pada sistem PV meningkatkan efisiensi daya keluaran secara signifikan, dengan penurunan persentase error dari 9.05% menjadi 5.85%, serta mengurangi ripple dari 2.31% menjadi 1.22%. Meskipun perubahan pada parameter dinamik tidak signifikan, dengan tracking speed yang hanya berubah sedikit dari 0.55 detik menjadi 0.53 detik, sistem MPPT ini mampu merespon perubahan kondisi lingkungan secara efektif, menjaga titik kerja optimal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi MPPT Incremental Conductance dan two-phase interleaved boost converter efektif meningkatkan performa sistem pada kondisi iradiasi lebih dari 684 W/m2 hingga 1000 W/m2.
The utilization of photovoltaic (PV) systems is crucial in achieving Sustainable Development Goal (SDG) number 7, which aims to provide clean and affordable energy for all. However, one of the main challenges in the implementation of PV systems is the suboptimal efficiency, particularly under varying environmental conditions. In this study, the Incremental Conductance MPPT algorithm was used in combination with the implementation of a two-phase interleaved boost converter to improve the efficiency of the PV system and reduce ripple values. All testing was conducted through simulations in Simulink MATLAB software, using actual irradiation and temperature data from several days in August 2023. The simulation results showed that the Incremental Conductance MPPT algorithm effectively found the optimal operating point of the PV system under Standard Test Conditions (STC). The implementation of the two-phase interleaved boost converter in the PV system significantly increased the output power efficiency, with a reduction in error percentage from 9.05% to 5.85%, and reduced ripple from 2.31% to 1.22%. Although the changes in dynamic parameters were not significant, with tracking speed only slightly changing from 0.55 seconds to 0.53 seconds, this MPPT system was able to respond effectively to environmental condition changes, maintaining the optimal operating point. The results of this study indicate that the combination of the Incremental Conductance MPPT and two-phase interleaved boost converter is effective in improving system performance under irradiation conditions from 684 W/m2 to 1000 W/m2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bambang Dewandaru
"Penelitian ini mengksploitasi sifat komplementer dari set combinatorial Cyclic Difference Set (CDS) dan set bilangan ganjil dan genap guna memperoleh susunan interleaved untuk peningkatan utilisasi ruangan aperture antena susun linier. Penambahan elemen secara simetris terhadap titik awal dengan mengikuti taper yang berbeda menghindari tumpang tindih antarelemen antena sekaligus meningkatkan keluwesan penyesuaian terhadap ketersediaan ruangan kargo kendaraan peluncur satelit komunikasi.
Konversi taper amplitudo menjadi taper jarak dari elemen antena yang ditambahkan dilakukan melalui prinsip equal illumination area dengan tingkat ketepatan yang dicapai melalui minimisasi weighted mean squared eror. Penggunaan taper yang berbeda menjamin tidak adanya tumpang tindih antarelemen antena susun. Penggunaan elemen antena yang berbeda memungkinkan dibangunnya antena susun linier dengan sorot ganda terpolarisasi linier dan sorot ganda terpolarisasi ganda melingkar. Peletakan elemen antena susun secara simetri menjaga kemurnian polarisasi sehingga memungkinkan penyorotan area pelayanan yang overlap tanpa saling mengganggu.
Kedua antena susun yang disintesa yaitu
Faktor Array Complementary Improved Interleaved CDS Array dan
Faktor Array Complementary Improved Alternate Interleaved Array. Keduanya bebas grating lobe dan dicatu dengan amplitudo yang seragam sehingga menampilkan efisiensi konversi arus searah ke gelombang radio yang tinggi dan menampilkan keandalan sistem pada aplikasinya di satelit komunikasi.
The study exploited complementary properties of the combinatorial set Cyclic Difference Set (CDS) and sets odd and even numbers to obtain an interleaved arrangement for improved aperture room utilization on linear stacking antennas. The addition of elements symmetrically to the origin by following a different taper avoids overlap between antenna elements while increasing the flexibility of adjustment to the availability of the cargo satellite of the communication air launchers. The amplitude taper conversion to the distance taper of the additional elements were done through the principle of the equal illumination area with a precision level achieved through the minimization of weighted mean squared error. The use of different tapers guarantees the absence of overlapping collilers between the stacking antenna elements. The use of different antenna elements allows the construction of a linear stacking antenna with a double of linearly polarized beams and double circular polarization beams. The symmetry of the stacking antenna element maintains the polarization purity allowing for the beam of overlapping service areas without interferering each other.The two interleaved array antennas were the antenna arrays of the Array Factor Complementary Improved Interleaved CDS Array and Array Factor Complementary Improved Alternate Interleaved Array. Both of the mentioned arrays are free of grating lobe and were supplied simply with a uniform amplitude which improves efficiency of the direct current to radio frequency conversion and system reliability in communication satellites."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library