Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Spokane, Arnold R.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, 1991
R 158.6 SPO c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Spokane, Arnold R.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1991
158.6 SPO c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soemiarti Patmonodewo
"Penelitian ini menguji efektivitas program intervensi dini Ibu Maju Anak Bermutu melalui pelatihan yang diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki anak berusia 12-24 bulan dan kemudian dilihat pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan pengasuhan dan selanjutnya terhadap perkembangan anaknya. Minat untuk melakukan studi ini berawal dari suatu kenyataan bahwa melakukan intervensi dini dengan memberikan pelatihan kepada ibu yang memiliki anak berusia dibawah 2 tahun merupakan usaha yang paling efektif guna memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Masa anak usia dini (0-3 tahun) merupakan tahapan yang paling banyak memberikan harapan bagi kehidupan seseorang di masa depan. Kualitas kondisi kehidupan di usia dini akan menggambarkan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Tokoh ibu adalah orang yang paling berarti apabila dikaitkan dengan anak usia dibawah 2 tahun. Kualitas ibu muda mencerminkan kualitas lingkungan pengasuhan anaknya. Para ibu di daerah pedesaan dipandang masih perlu memperoleh pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh anaknya guna meningkatkan kualitas penduduk pedesaan, diantaranya 69,07% dari 179.321.641 jiwa penduduk Indonesia bertempat tinggal di pedesaan.
Interaksi ibu-anak pada usia dini di dalam lingkungan keluarga serta melalui kelekatan yang disertai rasa aman akan menghasilkan anak yang lebih terampil dan kompetens. Ibu-ibu yang peka dan tanggap terhadap kebutuhan anak, akan menggunakan keterampilan mendengar aktif apabila anaknya mempunyai masalah dan orang tua melakukan pesan dini apabila orang tua mempunyai masalah. dengan demikian diharapkan mampu meningkatkan kualitas perkembangan anak.
Penelitian intervensi dini dengan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu dari daerah pedesaan, berusia antara 20-35 tahun, berpendidikan formal antara 4-9 tahun yang memiliki anak berusia 12-24 bulan, dengan menggunakan paket program Ibu Maju Anak Bermutu, akan membuktikan apakah perkembangan anaknya akan meningkat, bila dibandingkan dengan anak yang ibunya tidak mengikuti pelatihan. Peningkatan kualitas anak dapat dilihat melalui peningkatan skor lingkungan pengasuhan yang diperoleh anak melalui HOME Inventory, skor perkembangan mental dan psikomotor melalui tes Bayley.
Lokasi penelitian ini adalah desa Pendowoharjo (Kelompok Eksperimen) dan Bangunharjo (Kelompok Kontrol), Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantus, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Responden penelitian adalah 69 ibu-ibu yang berumur 20-35 tahun, berpendidikan formal antara 4-9 tahun, yang memiliki anak usia 12-24 bulan bertempat tinggal di desa tersebut di atas. lbu-ibu yang memperoleh pelatihan dengan menggunakan paket Ibu Maju Anak Bermutu (KE) adalah 35 orang dan yang tidak memperoleh pelatihan (KK) dengan paket Ibu Maju Anak Bermutu adalah 34 orang.
Penelitian ini bersifat eksperimental kuasi dengan rancangan dua kelompok pra dan purnauji. Pengambilan sampel tidak memungiankan diambil secara acak. Alat yang dipergunakan untuk melihat hasil pra dan purnauji, adalah HOME Inventory dan tes Bayley. Intervensi dini dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada ibu-ibu KE selama 21 hari, meliputi 10 pertemuan pelatihan. Pelatihan yang diberikan kepada KE tersebut terdiri dari 6 kali pelajaran teori di mana masing-masing pertemuan berlangsung selama 120 menit dan 4 kali pelajaran praktek di mana masing-masing pertemuan berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan paket lbu Maju Anak Bermutu. Sedangkan kepada para ibu (KK) diberi pelatihan yang terdiri dari serangkaian ceramah paket Keluarga Bahagia, selama 21 hari, meliputi 10 pertemuan pelatihan, semuanya melalui ceramah (teoretis) dan masing-masing pertemuan berlangsung selama 120 menit.
Melalui metode analisis kovarians dapat dibuktikan adanya perubahan yang bermakna dalam skor lingkungan pengasuhan dan perkembangan anak yang ibunya mengikuti pelatihan program intervensi dini dengan menggunakan paket ibu Maju Anak Bermutu (KE) dibandingkan dengan skor yang diperoleh anak-anak yang ibunya tidak mengikuti pelatihan program intervensi dini dengan menggunakan paket Ibu Maju Anak Bermutu (KK).
Dari analisis kualitatif hasil kusioner dan wawancara kepada para ibu dan fasilitator KE dan KK diperoleh hasil sebagai berikut: mereka senang mengikuti pelatihan; para ibu dan fasilitator merasa sayang kalau tidak hadir dalam pertemuan pelatihan; paket tidak perlu diubah, baik isi, jumlah pertemuan maupun lamanya waktu pertemuan; pertemuan dilakukan 3 hari sekali dianggap cukup. Apabila ada pelatihan semacam program tersebut, para ibu masih mau mengikuti lagi. Pengaruh pelatihan menurut ibu dianggap bermanfaat baik bagi ibu sendiri, anak, bahkan bagi keluarga.
Kesimpulannya, program intervensi dini melalui pemberian pelatihan kepada para ibu dari daerah pedesaan yang berusia 20-35 tahun, berpendidikan formal 4-9 tahun yang mempunyai anak usia 12-24 bulan dengan menggunakan paket lbu Maju Anak Bermutu dapat meningkatkan lingkungan pengasuhan, perkembangan mental dan psikomotor anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D256
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Indrasti Notoprayitno
"Berakhirnya Perang Dingin memberikan mekanisme baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam menerapkan prinsip dan tujuannya. Mekanisme resolusi konflik PBB tidak lagi terpaku pada masalah konflik antar negara dan masalah kekuatan militer saja, namun juga masalah konflik internal dan masalah hak asasi manusia. Untuk menerapkan mekanisme resolusi konfliknya di Bosnia-Herzegovina, PBB tidak saja menerapkan peacemaking berupa penyelesaian secara politik, namun juga peacekeeping melalui intervensi kemanusiaan, serta peacebuilding, membangun pasca konflik. Intervensi Kemanusiaan PBB merupakan intervensi yang jarang sekali dilakukan oleh PBB pada saat Perang Dingin, sebaliknya pada saat Perang Dingin, intervensi kemanusiaan merupakan tindakan di dalam penegakkan hak asasi manusia. Resolusi konflik melalui intervensi kemanusiaan PBB di Bosnia-Herzegovina merupakan intervensi kemanusiaan yang belum lama diterapkan PBB pada pasca Perang Dingin, sehingga banyak permasalahan yang muncul berkenaan dengan itu.
Tesis ini dimaksudkan untuk menjelaskan eksistensi dan mekanisme resolusi konflik PBB di Bosnia-Herzegovina, diantaranya melalui mekanisme intervensi kemanusiaan. Menjelaskan pula justifikasi intervensi kemanusiaan yang hingga kini masih belum memiliki aturan hukum yang tetap. Konsep besar yang digunakan adalah resolusi konflik PBB yang dikutip dari pendapat Galtung, dan kemudian diturunkan ke konsep intervensi kemanusiaan yang dikemukakan baik oleh Adam Roberts maupun Sean Murphy. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mendeskripsikan intervensi kemanusiaan PBB di Bosnia-Herzegovina berdasarkan pada resolusi konflik PBB di Bosnia-Herzegovina tersebut. Dalam menganalisa intervensi kemanusiaan PBB di Bosnia-Herzegovina, tidak terlepas dari analisa terhadap resolusi konflik PBB lainnya, seperti peacemaking maupun peacebuilding. Berdasarkan analisa data, disimpulkan bahwa terdapat berbagai permasalahan yang kemudian menghambat berjalannya resolusi konflik PBB dengan baik, sehingga hasil yang diperoleh adalah walaupun stabilitas keamanan dan perdamaian tercapai di Bosnia-Herzegovina, namun hasil yang dicapai kurang memuaskan masing-masing pihak yang bertikai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Very Aziz
"Era pasca Perang Dingin (post-Cold War) yang diwarnai oleh banyaknya konflik internal telah memberi kesempatan kepada PBB untuk memainkan peran dan strategi yang baru dalam menghadapi gangguan dan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Pada konflik etnis internal di Rwanda, PBB inengambil tindakan intervensi yang didasari alasan-alasan kemanusiaan. Tindakan intervensi kemanusian PBB dalam upaya menangani konflik internal merupakan sesuatu yang relatif masih baru, dan sangat jarang dilakukan pada era Perang Dingin. Oleh karena itu, intervensi kemanusiaan menjadi perdebatan dan masih belum memiliki aturan hukum yang tetap. Demikian pula, dalam pelaksanaanya masih terdapat banyak permasalahan dan kendala.
Tesis ini menjelaskan kerangka manajemen konflik yang digunakan oleh PBB dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan internasional, khususnya melalui mekanisme intervensi kemanusian. Dalam tesis ini juga dijelaskan justifikasi intervensi kemanusiaan, dan alasan-alasan justifikasi intervensi kemanusiaan PBB dalam konflik di Rwanda. Dengan menggunakan konsep manajemen konflik dan intervensi kemanusiaan, penelitian ini mendeskripsikan pelaksanaan intervensi kemanusiaan PBB dalam konflik etnis di Rwanda, serta menjelaskan adanya hambatan-hambatan yang dihadapi dalam intervensi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptip analitis, dengan memaparkan data-data yang ada dan menganalisis data-data tersebut melalui pendekatan kualitatif. Berdasarkan analisis data yang ada, penelitian ini menyimpulkan inefektifitas intervensi kemanusiaan PBB dalam konflik Rwanda. Tidak efektifnya peran PBB dalam konflik tersebut diakibatkan oleh lemahnya mandat yang diberikan kepada misi PBB di Rwanda, dan lemahnya kekuatan pasukan PBB. Sumber utama kelemahan-kelemahan ini sebenamya terletak pada faktor politis, yaitu kurangnya political will dari negaranegara besar, dan proses pengambilan keputusan di Dewan Keamanan PBB."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12487
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nurlina Aprilia
"[ABSTRAK
Prevalensi masalah kesehatan reproduksi remaja meningkat seiring dengan kondisi pergaulan dan gaya hidup remaja yang semakin bebas sehingga diperlukan pencegahan berupa pengembangan kualitas diri remaja untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi. Penulisan bertujuan memberikan gambaran pelaksanaan ABC Integrasi dalam pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas melalui integrasi teori CSHM, FCN dan Manajemen pada remaja dengan risiko masalah kesehatan reproduksi. Hasil Kualitas diri remaja pada keterampilan spiritual yang baik 24,19% dan kualitas diri yang cukup 75,81%. Kualitas diri remaja pada keterampilan emosional yang baik 1,61% dan kualitas diri cukup 98,39%. Kualitas diri remaja pada keterampilan sosial yang baik 26,61% dan kualitas diri yang cukup 73,39%. Kualitas diri remaja pada keterampilan mental berada pada kualitas diri yang cukup yaitu 100% dan kualitas diri pada keterampilan fisik yang baik 13,7% dan kualitas diri yang cukup 86,29%.ABSTRACT The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service and nursing care through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescents with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselves sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. ;The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service and nursing care through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescents with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselves sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. ;The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service and nursing care through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescents with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselves sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. ;The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service and nursing care through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescents with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselves sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. , The prevalence of adolescent reproductive health problem increase with social condition and lifestyle of adolescent who increasing free so that the necessary prevention is the development of quality adolescent reproductive health in order to prevent problem. This scientific paper aim to provide the Integration ABC implementation in service and nursing care through the integration of theory CSHM, FCN and Management in adolescents with risk of reproductive health problem. The quality of the result adolescent spiritual good skill and quality 24.19% and 75.81% self-sufficient. Quality of adolescent on emotional skill both 1.61% and 98.39% self sufficient quality. Quality of adolescent on good social skill and quality 26.61% and 73.39% self-sufficient. Quality of adolescent in mental skill that are in themselves sufficient quality that is 100% and the quality of self in good physical skill and 13.7% self-sufficient quality 86.29%. ]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thita Moralitea Mazya
"Konsep kebebasan merupakan istilah kunci dalam konsep negara-bangsa modern, khususnya terkait dengan demokrasi dan hak asasi manusia. Asumsi ini berangkat dari pemikiran Locke yang menegaskan bahwa seluruh individu dikaruniai oleh alam hak yang inheren atas kehidupan, kebebasan dan harta, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dipindahkan dan dicabut oleh negara (Scott Davidson, 1994:3). Namun demikian, dalam perkembangannya terjadi kerumitan konseptual khususnya dalam hal keharusan menyelaraskan antara konsep kebebasan individu dan otoritas negara. Di satu sisi, kebebasan merupakan prasyarat mutlak bagi terwujudnya masyarakat non dominasi, sementara di sisi lain konsep otoritas kelembagaan berarti memberi hak kepada negara untuk menerapkan kekuasaan terhadap individu-individu dan membuat keputusan yang mengikat mereka.
Berdasarkan latar belakang tersebut, seorang filsuf Australia, Philip Noel Pettit mencoba memformulasikan teorinya mengenai kebebasan negatif yang ia sebut kebebasan Non Dominasi sebagai altenatif. Sebagai pokok permasalahan dalam tesis ini dapat dirumuskan sebagai berikut; Bagaimana konsep republikanisme ideal menurut Philip Pettit? Bagaimana konsepsi kebebasan non dominasi menjadi solusi alternatif diantara konsep-konsep kebebasan yang ada sebelumnya. Dan, Bagaimana konteks pemikiran republikanisme Pettit dalam wacana demokrasi modern. Untuk itu kerangka teori yang digunakan tentu menggunakan teori kebebasan kebebasan positif dan negatif Isaiah Berlin , konsep kebebasan Non Interferensi Skinner serta teori pemerintahahan Locke. Menurut Pettit, kebebasan Non Dominasi itu harus bisa melepaskan individu dari segala bentuk interferensi yang semena-mena, termasuk kapasitas seseorang yang hendak melakukakannya.
Melalui kerangka teori tersebut akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsep kebebasan non dominasi Pettit sebenarnya sangat kaya akan cita-cita politik, terutama dalam mewujudkan suatu instutitusi yang berimplementasikan non dominasi di wilayah republik. Pettit mencoba menempatkan non dominasi sebagai sebuah nilai moralitas. Jika moralitas tersebut menjadi bagian dari cara berfikir, berperilaku dan bertindak atau menjadi norma, dalam tubuh institusi akan menghasilkan kebijakan yang menempatkan warganya sebagai manusia yang berkualitas, defensif, dan memiliki pencitraan diri yang kuat terhadap sesamanya. Akan tetapi, persoalan pada konsepsi kebebasan positif negatif sebelumnya tidak jauh berbeda dari persoalan yang diungkapkan Pettit, bisa jadi justru menjadikannya lebih komplikasi lagi. Pettit tidak memiliki kontradiksi yang mencolok dengan kebebasan negatif klasik. Dalam arti ia tidak membedakan interferensi dengan sesuatu yang lebih berbeda, sehingga tidak dirasa perlu menghadirkan sebuah teori baru. Induksi dari kesimpulan ini akhirnya memperlihatkan jika sesungguhnya konsep non dominasi Pettit belum bisa menggantikan kebebasan negatif klasik dan ini berarti konsepnya belum sepenuhnya layak dijadikan solusi alternatif Namun setidaknya, teorinya ini dapat menjadi suplemen bagi wacana kebebasan diantara teori teori kebebasan yang sudah ada. Konsepsinya jugs bisa menjadi ajang perdebatan secara filosofis dan memberikan pengetahuan baru bagi lingkungan pendidikan filsafat khususnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library