Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lintang Sugiarti
Abstrak :
Banyak wanita ingin merasakan menjadi ibu dan menikmatinya (Donelson, 1999). Lebih lanjut Donelson (1999) menjelaskan bahwa terdapat beberapa stereotipe sosial yang mengatakan bahwa menjadi seorang ibu adalah pencapaian utama seorang wanita. Banyak hal yang mendasari seorang wanita ingin menjadi seorang ibu, namun tidak semua wanita beruntung untuk memiliki anak. Tidak memiliki anak tanpa direncanakan (Involuntary childlessness) bisa diartikan sebagai bentuk ketidakmampuan seseorang secara fisik, misalkan infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana seorang wanita yang tidak memiliki anak tanpa direncanakan (Involuntary childless) mampu melakukan penerimaan diri meskipun tekanan yang mereka hadapi cukup besar. serta bagaimana kondisi penerimaan diri-nya tersebut. Teori yang digunakan adalah teori faktor-faktor penerimaan diri dari Hurlock. Peneliti akan mencoba mencari tahu apakah ketidakhadiran anak dalam perkawinan dan besarnya tekanan yang dihadapi (akibat tidak hadirnya anak) dapat mempengaruhi gambaran penerimaan diri seorang wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dengan metode pengambilan data melalui wawancara tiga orang wanita yang telah menikah lebih dari tiga tahun, namun belum memiliki anak. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa para wanita Involuntary childless juga mampu menerima diri namun kondisi penerimaan diri mereka berbeda-beda dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda pula.
Many women do want motherhood and do enjoy it (Donelson, 1999). Furthermore, Donelson (1999) explain that there is a set of social stereotypes that tells women that being a mother is their ultimate fulfillment. There are Many reasons why a woman wants to be a mother, but not every woman can have the luck of having a child of her own. Involuntary childlessness can be defined as physically disability, such as infertility. The purpose of the research was to see how involuntary childless women can accept herself despite of the high pressure they may encounter, and also to see how the condition of the self acceptance was. Self acceptance factors theory from Hurlock aws used in this research. Researcher will try to find out wether childlessness and the pressure that women encounter (due to childlessness conditions) may influence the self acceptance of a woman. The research was using qualitative method by interviewing three childless women who has been married for three years. The result showed that Involuntary childless women are also capable of self-accepting thus having different ways in accepting and also affected by different factors.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
155.633 SUG g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miwa Patnani
Abstrak :
Setiap pasangan menikah biasanya menginginkan untuk memiliki anak sebagai keturunan. Namun tidak semua pasangan memiliki anak meskipun telah menikah bertahun-tahun dengan berbagai penyebab. Ketidakhadiran anak dalam perkawinan menimbulkan berbagai dampak baik dampak positif maupun negatif. Riset empiris menunjukkan bahwa pasangan yang tidak memiliki anak memiliki kualitas perkawinan yang rendah, namun sebagian riset lain menunjukkan kebalikannya. Perbedaan tersebut diasumsikan karena adanya perbedaan individu dalam memaknai pengalamannya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana pengalaman pasangan tanpa anak dalam menjalani perkawinannya, dan bagaimana peranan konteks dalam mempengaruhi pengalamannya tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi yang menekankan pada pengalaman partisipan. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang yang telah menikah minimal selama 3 tahun dan belum pernah memiliki anak. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan menggunakan Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) yang menghasilkan 8 tema pengalaman partisipan, yaitu pengalaman positif, pengalaman negatif, penerimaan, relasi dengan pasangan, relasi dengan lingkungan, relasi dengan Tuhan, konflik, dan penilaian pada perkawinan. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa pasangan tanpa anak merasakan pengalaman positif maupun negatif terkait dengan kondisinya. Dengan interaksi yang positif dan dukungan sosial dari lingkungan terdekat memudahkan penerimaan terhadap ketidakhadiran anak dalam perkawinan yang pada akhirnya mempengaruhi penilaian yang positif terhadap kualitas perkawinannya. ......It is such a common thought to every married couple to have children as heirs, especially in pro natalist country. Unfortunately, not every married couple could have children due to some condition, mainly infertility related. The absence of children causing both positive and negative impact to the couple. Some empirical studies showed that childless couple have a high quality married, but some studies showed the opposite result. The contradictive result assumed to be caused by the individual differences in their experiences. This study aimed to explore how involuntary childless’ experience and how these experiences affected by context. Qualitative approached using phenomenological study is considered to be the best approach to answer these research questions. Participants of this study were 11 individuals who considered as involuntary childless, have been married for at least 3 years and never have biological children. Data was gathered by in depth interview, and analyzed using Interpretative Phenomenological Analysis. Result showed 8 themes including positive experience, negative experience, acceptance, spousal relation, external relation, religious relation, conflict and marital evaluation. As a conclusion, this study suggest that involuntary childless have both positive and negative experience due to their condition. Along with positive interaction and social support, involuntary childless develop a good coping strategies to cope and lead to an acceptance to the absence of children. Furthermore, it will affect to the evaluation of the high quality of marriage.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library