Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhadi
"Latar Belakang: Aktifitas dan lingkungan penyelaman yang dilakukan penyelam Kopaska memiliki bahaya potensial baik fisik, kimia maupun biologi. Teori adatatif Guritno mengatakan bahwa lingkungan penyelaman merupakan stressor yang menyebabkan manusia melakukan penyesuain, dimana dalam melakukan adaptasinya mengalami strain yang mempengaruhi beberapa organ tubuh manusia. Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh kerja jantung : isi sekuncup, frekuensi denyut jantung dan curah jantung dengan kerja fisik submaksimal menggunakan media napas oksigen 100% dan udara kompresi di kedalaman 5 meter pada penyelam Kopaska. Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan cross over design. Subyek penelitin 22 orang penyelam Kopaska, dibagi dua kelompok, yaitu oksigen 100% (intervensi) dengan udara kompresi (kontrol). Kerja fisik submaksimal menggunakan sepeda ergocycle dengan metode Astrand modifikasi Guritno. Hasil: Perbandingan respon kardiovaskuler antara media napas oksigen 100% dengan udara kompresi kondisi hiperbarik saat istirahat, respon isi sekuncup dengan nilai value-p p = 0.655, frekuensi denyut jantung p = 0.512 dan curah jantung p = 0.769 (p > 0.05). Dalam kondisi hiperbarik saat pembebanan fisik submaksimal 2 Kp, respon isi sekuncup dengan nilai value-p p = 0.655, frekuensi denyut jantung p = 0.512 dan curah jantung p = 0.769 (p > 0.05). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada sistem kardiovaskuler berupa respon isi sekuncup, frekuensi denyut jantung dan curah jantung antara media napas oksigen 100% dengan udara kompresi di kedalaman 5 meter baik saat istirahat maupun saat pembebanan fisik submaksimal 2 Kp. ...... Background: activities and environmental dives conducted frogmen divers have good potential danger of physical, chemical and biological. "Guritno adatatif Theory" says that the dive environment is a stressor that causes people to do adjustment, which in doing adaptation subjected to strain that affects several organs of the human body. This study aims to prove the influence of the heart: stroke volume, heart rate and cardiac output with submaximal physical work using the media breathing 100% oxygen and compressed air at a depth of 5 meters at divers frogmen. Methods: This study is an experimental study with cross-over design. The subjects of the research is conducted 22 divers frogmen, divided into two groups, namely oxygen 100% (intervention) with compressed air (control). Submaximal exercise using a bicycle Ergocycle Astrand method "Guritno modification". Results: Comparison of cardiovascular responses between the media breathing oxygen 100% (hyperbaric hyperoxia) with compressed air (hyperbaric ?hyperoxia air?) conditions hyperbaricat rest, stroke volume response with value-p of p = 0.655, heart rate p = 0.512 and cardiac output p = 0.769 (p> 0.05). In conditions hyperbaric submaximal exercise 2 Kp, stroke volume response with value-p of p = 0.226, heart rate p = 0.647 and cardiac output p = 0.195 (p> 0.05). Conclusions: There were no significant differences in the response of the cardiovascular system such as stroke volume, heart rate and cardiac output between the media breathing oxygen 100% with compressed air at a depth of 5 meters both at rest and during submaximal exercise 2 Kp."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Sumaratih
"Latar Belakang. Selama ini pemberian oksigen dengan nasal kanul, sungkup hidung dan wajah merupakan tatalaksana pertama untuk gagal nafas hipoksemia. Alat high flow nasal cannula (HFNC) merupakan alternatif terapi oksigen yang lebih baik dari nasal kanul, karena dapat mengalirkan oksigen hingga 60 L/menit, FiO2 21% hingga 100% yang dilengkapi penghangat serta pelembab udara. Alat tersebut dapat menurunkan kerja otot- otot pernafasan dengan mekanisme menurunkan tekanan jalan nafas positif dan tahanan jalan nafas, meningkatkan oksigenasi, serta menghilangkan ruang rugi nasofaring. Penelitian ini bertujuan membandingkan HFNC dengan terapi oksigen konvensional (TOK) terhadap profil hemodinamik dan mikrosirkulasi pada pasien pascabedah.
Metodologi. Penelitian ini merupakan uji acak terkendali yang dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo bulan Februari hingga Juli 2019. Sebanyak 40 subjek terbagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok HFNC (n=20) dan kelompok terapi oksigen konvensional (TOK) (n=20). Pengambilan data dilakukan pada menit ke-0, 30, 60, jam ke-3 dan ke-24 setelah prosedur ekstubasi. Pengambilan data dilakukan menggunakan kateter vena sentral yang tertera di monitor, pengambilan darah dari kateter vena sentral, serta pengukuran hemodinamik dengan ICON® dari Ospyka. Uji kemaknaan dilakukan dengan uji-t tidak berpasangan dan generalize estimating equation (GEE) dengan SPSS versi 23.
Hasil. Hasil uji kemaknaan menunjukkan tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kelompok HFNC dengan kelompok TOK untuk seluruh luaran hemodinamik (p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna untuk luaran kadar laktat pada uji GEE dengan perbedaan rerata sekitar 0,78 mmol/L (nilai p=0,049), namun secara klinis tidak berbeda bermakna. Hal ini disebabkan tidak ada subyek kami yang mengalami hipoksemia maupun gangguan hemodinamik perioperatif.
Kesimpulan. Penggunaan alat HFNC tidak lebih baik dibandingkan nasal kanul pada pasien pascabedah laparotomi abdomen atas di ICU.
......Background. Conventional oxygen therapy (COT) with nasal cannula, simple mask or face mask remains as the first line therapy for hypoxemic respiratory failure. High flow nasal cannula (HFNC) serves as an alternative oxygen therapy which can deliver oxygen at the flow up to 60 L/min and FiO2 ranging from 21% to 100% via warm and humid air based on human's physiology. This device can decrease the workload of respiratory muscles by reducing positive airway pressure and airway resistances, improving oxygenation and washing out airways' dead space. This research was conducted to study the comparison between HFNC and COT on hemodynamic profile and microcirculation in post-upper abdominal patients.
Methods. This was an open label randomized controlled trial (RCT) at National Cipto Mangunkusumo between February to July 2019. Forty patients were recruited and divided into HFNC group (n=20) and COT group (n=20). Hemodynamic parameters were recorded using the bedside monitor (heart rate, respiratory rate, and mean arterial pressure) as well as the electrical cardiometry using ICON® measurements (stroke volume index, cardiac index and systemic vascular resistance index); laboratory parameters were ScvO2 and lactate serum collected via central venous catheter. Data were collected at 0, 30 minutes, 60 minutes, 3 hours and 24 hours after extubation. Statistic analysis were conducted using independent sample T-test and generating estimating equations (GEE) with SPSS 23.
Results. All analysis showed no statistically significant difference between HFNC and COT group for all hemodynamic parameters (p>0.05). There was a significant mean difference for 0.78 mmol/L of serum lactate level according to GEE analysis in HFNC group (p=0.049), whereas this difference is not clinically significant. This results are caused by relatively stable subjects condition without the occurrence of perioperative hypoxemia or hemodynamic disturbances.
Conclusion. In post-upper abdominal surgery patients, HFNC is not superior compared to COT on improving hemodynamic and microcirculation outcomes."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library