Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benedictus Bina Naratama
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas penggunaan strategi penerjemahan istilah budaya dalam subtitle film 12 Years a Slave berbahasa Indonesia. Tujuan penelitian menimbang penggunaan strategi penerjemahan untuk menghasilkan terjemahan istilah budaya yang berkualitas berdasarkan aspek keaakuratan dan keberterimaan. Analisis disusun dengan menggunakan model komparatif dengan parameter terjemahan berkualitas sebagai kriteria utama keberhasilan pemilihan strategi penerjemahan. Pertama, menganalisis penggunaan strategi penerjemahan istilah budaya dengan memperhatikan makna istilah dan konteks cerita. Kedua, menimbang keberhasilan atau kagagalan strategi dalam menghasilkan terjemahan berkualitas. Penelitian ini menunjukkan tujuh jenis penggunaan strategi penerjemahan, yakni parafrasa, penambahan, eksplisitasi, peminjaman, kalki, modulasi, dan kompensasi. Dari 47 penggunaan strategi istilah budaya, 23 strategi berhasil menghasilkan terjemahan berkualitas, sedangkan 24 strategi gagal menghasilkan terjemahan berkualitas. Oleh karena itu, penggunaan strategi penerjemahan istilah budaya kurang berhasil menghasilkan terjemahan yang berkualitas.
ABSTRACT
The thesis analyses the usage of cultural term translation strategy in Indonesia subtitle of the film 12 Years a Slave. The purpose of this research is to assess the use of translations strategies in order to produce qualified cultural term translations based on the aspect of accuracy and acceptability. The analysis is built based on the comparative model with the parameter of quality translation as the main criteria to rate the successful usage of translation strategies. First, analysing the usage of strategies in translating cultural terms by noticing the meaning and the story context. Then, assessing the success and the failure of each strategy based on the production of qualified translation. The research shows seven types of translation strategy usage, which are paraphrase, addition, explication, loan, calque, modulation, and compensation. From 47 usages of cultural term translation strategies, 23 strategies succeed to produce qualified translations, whereas 24 strategies failed to produce qualified translations. Therefore, the usage of cultural term translation strategy is considered to be less succeeding in producing qualified translation.
2017
T49705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hyunisa Rahmanadia
Abstrak :
ABSTRAK
Terjemahan beranotasi adalah suatu karya terjemahan yang disertai pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah yang muncul dalam penerjemahan dari bahasa Turki ke bahasa Indonesia Teks sumber yang digunakan adalah sebuah novel dalam bahasa Turki yang berjudul D zceli Mehmet Skopos penerjemahan ini adalah untuk menghadirkan sebuah bacaan yang inspiratif Metode penerjemahan yang digunakan adalah metode semantis dan komunikatif Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada istilah budaya dan penerjemahan puisi Penelusuran Internet penggunaan kamus ekabahasa Turki dan kamus dwibahasa Osmani Turki dan wawancara langsung dengan penutur bahasa Turki telah dilakukan dalam penelitian ini Maka ditemukan bahwa penerjemahan istilah budaya memungkinkan berkat metode dan prosedur yang digunakan sementara puisi Turki berhasil diciptakan kembali dalam bahasa Indonesia Sebagai kesimpulan penelitian ini adalah penerjemahan teks kreatif bukan sekadar mengalihkan makna kebahasaan melainkan harus memenuhi ekspektasi pembacanya
ABSTRACT
An annotated translation is a research which consists of a translation and the translator rsquo s commentary on the chosen equivalents The goal of this research is to identify the problems appearing in translating Turkish to Indonesian The source text of this research is a novel in Turkish language D zceli Mehmet Scopos of this translation is to provide an inspiring book The translation was guided by the localization ideology and the semantic and communicative method The translation problems discussed in this research include the problems of translating cultural terms and poem Internet searching Turkish monolingual dictionary and Osmanli Turkish bilingual dictionary and direct interview to Turkish native speaker has been done for completing the research It is found that translating cultural items is possible by applying the translation method and procedures Turkish poem in the text can be successfully reproduced into Indonesian language In conclusion this research is a translation of a creative text that is not only about transferring the meaning but also filling the reader rsquo s expectation
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wieka Barathayomi
Abstrak :
Tesis ini adalah kritik atas strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge. Kritik disusun dengan menggunakan model analisis teks yang berorientasi pada penerjemahan dengan menggunakan pencapaian tujuan penerjemahan sebagai kriteria utama keberhasilan penerapan strategi penerjemahan. Pertama, analisis faktor ekstratekstual dan intratekstual teks sumber (TSu) dan teks sasaran (TSa) dilakukan untuk menentukan tujuan penerjemahan. Kedua, menganalisis data untuk menemukan strategi penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan istilah budaya. Ketiga, penilaian keberhasilan dan kegagalan penerapan strategi penerjemahan istilah budaya dipandang dari pencapaian tujuan penerjemahan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tujuan penerjemahan adalah untuk menyampaikan kisah Olive Kitteridge secara sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Terjemahan yang dihasilkan harus memenuhi kriteria tepat, wajar, dan mudah dipahami. Keberhasilan penerjemah yaitu menerjemahkan TSu sesetia mungkin dengan maksud penulis TSu, dengan harapan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran. Penerjemah juga menyadari adanya perbedaan latar belakang pengetahuan dan budaya yang dimiliki pembaca TSu dan TSa, yakni terlihat dari upaya menerapkan beberapa strategi penerjemahan untuk mengisi informasi yang dimiliki pembaca TSu tetapi tidak dimiliki pembaca TSa. Strategi yang terlihat jelas adalah pemberian catatan kaki dan penjelasan tambahan. Kegagalan penerjemah yaitu demi menunjukkan kesetiaan pada maksud penulis TSu, penerjemah banyak menggunakan strategi transferensi dan penerjemahan harfiah untuk menerjemahkan istilah budaya yang akhirnya membuat terjemahan tidak tepat dan tidak wajar. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika dikaitkan dengan tujuan penerjemahan, yakni terjemahan yang sesetia mungkin pada maksud penulis TSu dengan tujuan memperkenalkan budaya sumber kepada pembaca sasaran dan memenuhi kriteria tepat, wajar, serta mudah dipahami, strategi penerjemahan istilah budaya dalam novel Olive Kitteridge tidak cukup berhasil mencapai tujuan itu. ......This thesis is a criticism to the application of translation strategies in translating cultural terms in Olive Kitteridge. The criticism is based on a model for translation-oriented text analysis by using translation purpose as the main criteria for successful application of translation strategies. First, analysis of extratextual and intratextual factors of source text (ST) and target text (TT) is conducted to determine translation purpose. Second, data analysis is conducted to find translation strategies applied by the translator in translating cultural terms. Third, assessing the application of translation strategies in translating cultural terms based on translation purpose. This research shows that the purpose of translation is to deliver Olive Kitteridge story as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to target language readers. The translation must meet the appropriate criteria: accurate, natural, and readable. The translator is success in translating ST as faithful as possible to ST author intention, in order to introduce source language culture to the target language readers. The translator is also aware that ST and TT readers have different cultural background and knowledge. It is shown by her attempt in applying translation strategies, such as footnotes and additional explanation, to overcome translation problem. Unfortunately, in order to show faithfulness to ST author intention, the translator use a lot of transference and literal translation strategies to translate culture terms that make the translation inaccurate and unnatural. In general, related to the translation purpose that is to be faithful to ST author intention in order to introduce source language culture to target language readers and meet the appropriate criteria of accurate and natural, the translation strategies of cultural terms in Olive Kitteridge failed in achieving translation purpose.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T31791
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Atmadinata
Abstrak :
Komik Tintin merupakan salah satu komik asal Belgia yang paling terkenal di seluruh dunia. Hergé pertama kali menerbitkan serial komik ini pada tahun 1930 dengan versi hitam-putih yang mengangkat cerita petualangan Tintin sebagai karakter utama yang berprofesi sebagai wartawan untuk harian Le Petit Vingtième dalam edisi Tintin au pays des Soviets. Mengingat bahwa pada tiap edisinya Hergé mengangkat cerita dengan latar yang berbeda-beda dari berbagai belahan dunia, tentu terdapat unsur-unsur budaya spesifik yang turut disinggung dalam komik. Di Indonesia sendiri terdapat dua penerbit yang menerjemahkan serial komik ini yaitu Indira dan Gramedia. Penelitian ini membahas perbandingan kualitas terjemahan Komik Tintin edisi Tintin au pays des Soviets dari kedua penerbit menggunakan metode kualitatif dengan fokus istilah budaya. Dalam menentukan batasan istilah budaya pada penelitian ini, digunakan teori dari Newmark (1988) mengenai kategorisasi istilah-istilah budaya yang biasa ditemukan dalam penerjemahan. Klasifikasi strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang dikemukakan oleh Mona Baker (1992). Berdasarkan klasifikasi itu, ditemukan bahwa Indira memiliki kesulitan dalam menerjemahkan istilah-istilah budaya ketika dibandingkan dengan Gramedia. Lebih lanjut, dengan parameter kualitas terjemahan Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012) ditemukan bahwa hasil terjemahan dari Indira lebih alamiah dan lebih mudah dipahami oleh pembaca dibandingkan dengan hasil terjemahan Gramedia yang meskipun akurat, namun pesan yang ingin disampaikan kurang alamiah dan lebih sulit untuk dipahami oleh pembaca. Secara umum dapat dikatakan bahwa Indira memiliki hasil terjemahan dengan kualitas yang lebih unggul. ......The Tintin comics are among the most famous Belgian comics in the world. Hergé first published this comic series in 1930 in a black-and-white version featuring the adventures of Tintin as the main character who works as a journalist for the daily Le Petit Vingtième in the Tintin au pays des Soviets edition. Bearing in mind that in each edition Hergé presents stories with different backgrounds from various parts of the world, naturally there are specific cultural elements that are also mentioned in the comics. In Indonesia, there are two publishing houses that have translated this comic series, namely Indira and Gramedia. This study discusses the comparison of the translation quality of the Tintin au pays des Soviets edition of the Tintin comic from the two publishers using a qualitative method with a focus on cultural terms. The theory from Newmark (1988) regarding the categorization of cultural terms commonly found in translation is applied in determining the boundaries of cultural terms in this study. The classification of the translation strategy used in this study is the classification proposed by Mona Baker (1992). The findings show that based on the classification, Indira had difficulties in translating cultural terms compared to Gramedia. Furthermore, based on the translation quality parameters of Nababan, Nuraeni & Sumardiono (2012), the findings show that Indira's translation is more natural and easier for readers to understand than Gramedia's translation, which although accurate, the message to be conveyed seems less natural and more difficult for readers to comprehend. In general, it can be said that Indira has a superior quality translation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library