Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelia Hutami Sundaur
"

Pneumonia pada anak sangat rentan terjadi terutama pada negara berkembang. Biasanya pada pneumonia tanda gejala yang muncul adalah terdapat sekret berlebih pada jalan napas, batuk, terdapat retraksi dada dan napas cuping. Mayoritas masalah keperawatan yang sering muncul anak dengan pneumonia yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Karya ilmiah itu bertujuan untuk melihat keefektifan pemberian intervensi keperawatan postural drainase pada anak dengan pneumonia. Hasil yang didapatkan anak pneumonia yang diberikan intervensi postural drainase efektif terhadap perubahan status pernapasan daripada anak yang tidak dilakukan intervensi keperawatan postural drainase. Salah satu indikasi status perubahan pada anak terdiri dari frekuensi napas dalam rentang normal (<40x/menit pada anak usia 1-5 tahun, dan <60x/menit pada anak usia <1 tahun), tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada napas cuping hidung, serta suara napas normal (vesikuler), selain status pernapasan hal yang dapat dilihat yaitu hasil rontgen toraks menunjukkan tidak ada infiltrasi pada lapang paru. Hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi terhadap tenaga kesehatan untuk menerapkan secara efektif pada lahan praktik rumah sakit untuk meningkatkan bersihan jalan napas pada anak dengan pneumonia.


Pneumonia in children is very vulnerable, especially in developing countries. Usually the symptom pneumonia that appears is there is hypersecretion in the airway, coughing, trouble breathing, there is chest retraction and nasal flaring. The most problem related with pneumonia is ineffective airway clearance. The scientific aimed to look the effectiveness of giving postural drainage intervention in children with pneumonia. It was found that pneumonia children who were given postural drainage intervention would be more effective than children who were only given inhalation and suction interventions without postural drainage. One of indicated is respiration status child with pneumonia with normal scale (<40 times per minutes in child 1 until 5 years old, and <60 times per minutes in child ages under 1 year), no chest retraction and nasal flaring, and breathing normally. Beside respiration status, the result of Rontgen thorax is no infiltrate in lungs area. The results of this scientific are expected to be used as information for health workers to apply effectively to the hospital practice area to streamline the airway clearance in children with pneumonia."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novinta Dewi Utami
"Pneumonia merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak terutama yang berusia di bawah 5 tahun. Masalah pada bersihan jalan napas menjadi salah satu hal penting yang perlu ditangani pada anak yang mengalami pneumonia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia. Masalah keperawatan yang ditegakkan meliputi bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, dan kerusakan integritas kulit. Asuhan keperawatan yang diberikan berfokus pada intervensi manajemen jalan napas melalui terapi inhalasi menggunakan bronkodilator. Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pelayanan kesehatan untuk memberikan intervensi keperawatan secara efektif terutama terkait manajemen jalan napas pada anak.
Pneumonia is one of health problems that rapidly happened to children, particularly under 5 years old children. The malfunction of airway clearance become one of important thing that should be treated to children with pneumonia. This scientific work aims to describe nursing care to children with pneumonia. Nursing problem that enforced are ineffective airway clearance, imbalanced nutrition: less than body requirements, and impaired skin integrity. Nursing care given focuses on airway management intervention through inhalation therapy using bronchodilator. This scientific work are expected to be a consideration to health services for giving nursing intervention effectively, especially on children rsquo;s airway management."
2020
Pr-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Wirdah Budiastuti
"Ekstubasi merupakan salah satu upaya manajemen jalan napas bertujuan untuk mencegah resiko penggunaan EndoTrakeal Tube (ETT) dan ventilasi mekanik. Keberhasilan ekstubasi adalah tidak terjadinya reintubasi dalam waktu 24-72 jam pasca ekstubasi. Pasien dengan kondisi penyulit jalan napas beresiko besar terhadap kejadian reintubasi. Penelitian kohort prospektif ini dilakukan di Intensive Care Unit (ICU) Dewasa, ICU IGD dan ICU luka bakar RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mengetahui faktor-faktor prediktor keberhasilan ekstubasi pada kasus jalan napas dengan penyulit. Uji statistik menggunakan regresi logistik ganda. Hasil analisis didapatkan faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan keberhasilan ekstubasi pada penyulit jalan napas yaitu lama terintubasi (p value=0,034), hemodinamik (p value=0,001) dan refleks batuk (p value=0,005), sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan dengan keberhasilan ekstubasi pada penyulit jalan napas yaitu adalah usia, jenis kelamin, penyulit jalan napas, tingkat kesadaran, sikap koperatif pasien, hasil AGD, lama Spontaneous Breathing Trial (SBT) dan kesiapan pasien. Faktor yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan ekstubasi adalah refleks batuk (OR=20,805 95%CI 1,298-333,422) dan hemodinamik (OR=17,746 95% CI 2,083-151,213). Penatalaksaan ekstubasi dengan melakukan asesmen pra ekstubasi menggunakan ceklist akan mampu mendeteksi keberhasilan ekstubasi, sehingga prosedur ekstubasi dapat dilakukan dengan lebih aman untuk menghindari kejadian reintubasi ......
Extubation is an airway management that aimed to prevent the risk of using ETT and Mechanical Ventilation. Extubation success is no reintubation within 24-72 hour. Patients with difficult airway condition has greater risk of reintubation events. This prospective cohort study was conducted at General ICU, ICU IGD and ICU burns RSCM to find out predictor factors of extubation success in difficult airway cases.. Statistical tests use multiple logistic regression. The results of the analysis obtained factors that have a relationship with extubation success in the difficult airway are the length of intubation (p value = 0.034), hemodynamics (p value = 0.001) and cough reflexes (p value = 0.005), and factors that have no relationship are age, gender, difficult airway, level of Consciousness (LoC), cooperative attitude, AGD results, SBT duration and patient readiness. The most influential factors on extubation success are cough reflexes (OR = 20,805 95% CI 1,298-333,422) and hemodynamics (OR = 17,746 95% CI 2,083-151,213). Management of extubation by conducting pre-extubation assessment using a checklist methode will be able to detect the extubation success and the procedure can be done more safely."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T54904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Rachmatal Azza
"Tingginya risiko penularan COVID-19 dalam pelaksanaan manajemen jalan napas merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Mahasiswa keperawatan sebagai calon perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang konsep prosedur pertolongan gawat darurat napas di masa pandemik COVID-19. Penelitian bertujuan untuk menilai adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap dalam manajemen jalan napas di masa pandemik COVID-19. Populasi penelitian ini adalah 224 Mahasiswa Program S1 Reguler FIK UI tahun ketiga dan keempat, dengan teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Berdasarkan uji chi square didapatkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap dengan p-value = 0,000 (α=0,05). Melalui penelitian ini, mahasiswa diharapkan dapat secara aktif meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap manajemen jalan napas di masa pandemik.
......The high risk of COVID-19 transmission in the implementation of airway management is an important matter that must be considered by health workers. Nursing students as prospective nurses are expected to have good knowledge and understand the concepts of emergency respiratory rescue procedures during the COVID-19 pandemic. This study aims to assess the relationship between the knowledge level towards attitudes in airway management during the COVID-19 pandemic. The population of this research is 224 Regular Undergraduate Student Program, Faculty of Nursing, Universitas Indonesia, in the third and fourth years, with total sampling as the sampling technique. There were significant associations between the knowledge level towards attitudes based on the chi-square test with a p-value = 0.000 (α = 0.05). Through this research, students are expected to be able to actively improve their knowledge and attitudes towards airway management during a pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Muhammad Yanuar Abdurrahman
"Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan bawah yang dapat disebabkan oleh kerusakan lingkungan fisik akibat dampak urbanisasi. Intervensi manajemen jalan nafas dengan mengajarkan anak napas dalam merupakan intervensi yang bertujuan untuk mengatasi masalah hambatan pertukaran gas. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia dan menganalisis penerapan intervensi manajemen jalan napas melalui napas dalam. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa intervensi manajemen jalan napas melalui teknik napas dalam sangat efektif dilakukan pada anak dengan Pneumonia dibuktikan dengan  status pernapasan dan status oksigenasi anak yang membaik. Rekomendasi karya ilmiah ini adalah penerapan intervensi manajemen jalan napas pada anak dengan Pneumonia secara teratur dan terencana di ruang rawat anak di rumah sakit.

Pneumonia is a lower respiratory tract infection that can be triggered by damage to the physical environment due to the impact of urbanization. An airway management intervention by teaching children to conduct deep breathe is an intervention aimed at overcoming the problem of gas exchange. This paper aims to describe nursing care in children with Pneumonia and analyze the application of airway management interventions through deep breathing. The results of deep breathing implementation show that airway management intervention through deep breathing techniques was very effective in children with Pneumonia as evidenced by respiratory status and improved oxygenation status of children. The recommendation is that to implement airway management interventions in children with Pneumonia regulary and planned."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Charonika
"Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada usia dewasa, yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, mycoplasma, dan virus, termasuk Coronavirus Disease-19 (Covid-19) yang saat ini menjadi pandemic. Klinis pasien dengan pneumonia akibat infeksi Covid-19 adalah demam, batuk, kesulitan bernapas, dan keluhan sesak memberat. Salah satu masalah keperawatan yang adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dikarenakan akumulasi sekret berlebih sebagai akibat reaksi inflami jaringan paru, yang ditandai dengan batuk, keluhan susah mengeluarkan dahak, terdengar ronchii, hingga timbulnya sesak napas. Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien pneumonia terkonfirmasi positif Covid-19, dengan penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif sebagai upaya meningkatkan bersihan jalan napas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara reguler dan kontinyu yaitu 2kali dalam sehari (pagi pukul 06.00 dan sore pukul 16.00) maka terjadi perbaikan kondisi dan masalah teratasi di hari ke III rawat inap dibuktikan dengan frekuensi napas 20x.menit, irama napas reguler, kedalaman napas normal, suara napas vesikuler, tidak terdapat keluhan sesak, dan pasien mampu melakukan batuk efektif dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif dapat diberikan pada pasien Covid-19 dan menjadi intervensi mandiri bagi perawat isolasi kepada pasien sesuai indikasi.

Pneumonia is the main cause of morbidity and mortality in adulthood, caused by infectious agents such as bacteria, mycoplasma, and viruses, including Coronavirus Disease-19 (Covid-19) which is currently becoming a pandemic. Clinical signs of patients with pneumonia due to Covid-19 infection are fever, cough, difficulty breathing,and severe shortness of breath. One of the nursing problems is the ineffective airway clearance caused by accumulation of excess secretions as the result of the reaction of lung tissue inflami, which is characterized by coughing, difficulty in expelling phlegm, sound of ronchii, to the onset of shortness of breath. This paper aims to analyze nursing care in patients with pneumonia confirmed positive for Covid-19, with the application of chest physiotherapy and effective-cough as the nursing intervention for improving the airway clearance. After regular and continuous nursing intervention, which 2 times a day (morning at 6:00 a.m. and 4:00 p.m. in the afternoon), there was an improvement in the conditionThe problems resolved in the third day of hospitalization evidenced by the frequency of breath 20x.minutes, regular breathing rhythm, normal breathing depth, vesicular breath sounds, no complaints of shortness of breath, and the patient is able to cough effectively properly and correctly. This shows that chest physiotherapy and effective-cough can be given to Covid-19 patients and become an independent intervention for isolation nurses to patients as indicated."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Novianti
"Hospital Acquired Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang timbul dalam 48 jam atau lebih setelah masuk rumah sakit. Gejala yang ditimbulkan pada anak dengan pneumonia adalah batuk berdahak dan anak sulit untuk mengeluarkan dahaknya. Hal ini menjadi masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif. Fisioterapi dada merupakan salah satu intervensi keperawatan yang digunakan untuk membantu mengeluarkan sekret dari jalan napas. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh fisioterapi dada pada anak dengan Hospital Acquired Bronkopneumonia. Karya tulis ilmiah ini ditulis berdasarkan hasil praktik mengelola pasien selama enam hari di salah satu rumah sakit di Depok. Hasil menunjukkan bahwa tindakan keperawatan fisioterapi dada terbukti efektif untuk membantu mengeluarkan sekret dari jalan napas dan memperbaiki status pernapasan. Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi studi rekomendasi intervensi keperawatan mandiri yang dilakukan dalam upaya meningkatkan bersihan jalan napas pasien anak.
......Hospital Acquired Bronchopneumonia is a type of pneumonia that appears within 48 hours or more after entering the hospital. Symptoms that occur in children with pneumonia are coughing up phlegm and it is difficult for the child to expel the phlegm. This is a problem of ineffective airway clearance nursing. Chest physiotherapy is a nursing intervention used to help remove secretions from the airway. The purpose of writing this scientific work is to determine the effect of chest physiotherapy on children with Hospital Acquired Bronchopneumonia. This scientific paper was written based on the results of practice in managing patients for six days at a hospital in Depok. The results show that chest physiotherapy nursing procedures have proven effective in helping to remove secretions from the airway and improve respiratory status. It is hoped that the results of this scientific paper can become a study of recommendations for independent nursing interventions carried out in an effort to improve airway clearance for pediatric patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daula Gina Fabila
"Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus yang sering disebut dengan bronkopneumonia. Pada anak dengan bronkopneumonia, kepatenan jalan napas dapat terganggu karena adanya produksi sekret yang tertahan di jalan napas, sehingga daoat menyebabkan bersihan jalan napas tidak efektif. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penerapan fisioterapi dada pada ank bronkopneumonia dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif. Pasien An. E berusia 4 tahun dengan hasil pemeriksaan TTV: HR 132x/menit, RR 32-34x/menit, S 36.4 C, SpO2 97 % on NK 2 lpm; anak ada batuk namun sulit mengeluarkan dahak; tampak batuk tidak efektif; anak tampak sesak dan napas tampak cepat, suara napas vesikuler dengan suara napas tambahan ronkhi di kedua lapang bawah paru, terdapat retraksi dinding dada dan WOB. Penerapan fisioterapi dada pada anak selama 3 hari perawatan menunjukkan perbaikan status pernapasan dengan rentang hasil pemeriksaan HR 106-132x/menit, RR 25-34x/menit, dan SpO2 95-98%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi perawat untuk menerapkan fisioterapi dada pada anak dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat karena intervensi ini termasuk penatalaksanaan nonfarmakologis.
......
The occurrence of pneumonia in children often coincides with an acute infectious process in the bronchi which is often called bronchopneumonia. With bronchopneumonia, airway patency can be disrupted due to the production of secretions that are retained in the airway, resulting in ineffective airway clearance. This scientific work aims to prove the effectiveness of applying chest physiotherapy for bronchopneumonia with ineffective airway clearance problems. Patient E was a 4 year old with vitals examination results: HR 132 tpm, RR 32-34 tpm, T 36.4 C, SpO2 97% on NK 2 lpm. Further examination revealed a cough along with difficulty expelling phlegm, shortness of breath, vesicular breathing with crackles on lower lung fields, chest wall retractions and WOB. The application of chest physiotherapy during 3 days of treatment showed an improvement in respiratory status with examination results HR 106-132 tpm, RR 25-34 tpm, and SpO2 95-98%. The results of this research could be used as a reference to apply chest physiotherapy, which can be carried out independently by nurses. Chest physiotherapy is an intervention that includes non-pharmacological management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tama Benita
"Ketidakefektifan bersihan jalan napas menjadi salah satu masalah respirasi paling umum terjadi pada anak dengan pneumonia akibat terjadinya inflamasi pada alveolus. Pada anak-anak, peningkatan produksi sekret dan ketidakefektifan batuk semakin memperparah kepatenan jalan napas sehingga memerlukan bantuan dalam sekresi sputum. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas fisioterapi dada pada pasien anak dengan pneumonia yang mengalami masalah bersihan jalan napas. Pasien An. D (11 tahun) dengan pneumonia mengalami takipnea dengan frekuensi napas 31x/menit, saturasi oksigen 95-97% dengan nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi nadi 128x/menit, ronkhi pada kedua lapang paru, dan tingkat kesadaran stupor GCS E1M2V1. Setelah diberikan fisioterapi dada selama 4 hari, terdapat perbaikan pada frekuensi napas pasien, frekuensi nadi, saturasi oksigen, suara ronkhi yang berkurang, dan sekresi sputum mencapai 60 cc pada hari terakhir intervensi. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi tambahan bagi ners untuk memberikan fisioterapi dada sebagai intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan masalah bersihan jalan napas.
......Ineffective airway clearance is one of the most common respiratory problems in children with pneumonia due to inflammation of the alveoli. In children, increased production of secretions and ineffective coughing further exacerbate airway patency, hence sputum secretion assistance is required. This study aims to analyze the effectiveness of chest physiotherapy in children with pneumonia with airway clearance problems. Patient D (11 years old) with pneumonia had tachypnea with a respiratory rate of 31x/minute, oxygen saturation 95-97% with nasal cannula 2 liters per minute, pulse rate 128x/minute, rhonchi, and LOC stupor GCS E1M2V1. The patient's respiratory rate, pulse rate, oxygen saturation, ronchi, and sputum secretion is improved during 4 days of administered chest physiotherapy. The results of this study are expected to be an additional reference for nurses to provide chest physiotherapy as an independent nursing intervention for patients with airway clearance problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budiani Christina Natalia Metrana
"Latar Belakang: Kegunaan laringoskop video untuk intubasi endotrakeal telah terbukti bermanfaat pada tatalaksana jalan napas normal ataupun sulit. Namun harga laringoskop video seperti McGrath MAC® yang mahal menjadi hambatan. Sebagai alternatif, dapat digunakan kamera portabel yang dipasangkan pada bilah Macintosh, dihubungkan via wifi ke telepon genggam, untuk membantu visualisasi laring seperti halnya laringoskop video. Sampai saat ini belum ada penelitian yang membandingkan waktu intubasi endotrakeal menggunakan modifikasi laringoskop Macintosh dengan laringoskop video McGrath MAC® pada populasi dewasa.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal terhadap 62 subjek penelitian untuk membandingkan waktu intubasi endotrakeal menggunakan modifikasi laringoskop Macintosh dengan laringoskop video McGrath MAC® pada populasi dewasa. Kriteria penolakan adalah sulit jalan napas, kehamilan, penyakit jantung iskemik akut, gagal jantung, blok jantung derajat 2 atau 3, sindrom Guillain Barre, myasthenia gravis.
Hasil: Median waktu intubasi A (waktu yang diukur saat laringoskop masuk melewati gigi sampai mendapatkan visualisasi glotis) menggunakan modifikasi Macintosh 18(6-65) detik dibandingkan McGrath MAC® 21(10-70) detik (p 0.652). Median waktu intubasi B (waktu yang diukur saat mendapatkan visualisasi glotis sampai ETT masuk ke dalam trakea) 39(20-101) detik dibandingkan 50(27-102) detik (p 0,003). Median waktu intubasi total 63 (27-114) detik dibandingkan 74 (40-133) detik (p 0,032). Selain itu juga dicatat angka keberhasilan intubasi pada upaya pertama menggunakan modifikasi laringoskop Macintosh 90,3%, angka visualisasi glotis skor POGO 100 67,7% dan skor POGO 75 29%, komplikasi takikardia dan laserasi mukosa jalan napas berupa abrasi ringan pada daerah orofaring. Secara keseluruhan, para pengguna modifikasi laringoskop Macintosh menganggap alat ini baik untuk digunakan, baik dari segi kemudahan insersi alat, kemudahan penggunaan alat, dan visualisasi glotis.
Simpulan: Intubasi endotrakeal menggunakan modifikasi laringoskop Macintosh membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan laringoskop video McGrath MAC® pada pasien dewasa.
......Background: The use of video laryngoscope has been proven to be beneficial for endotracheal intubation for normal and difficult airway management. But the problem with using a video laryngoscope is often the price of the tools. A widely used video laryngoscope, such as McGrath MAC® is expensive. As an alternative to help visualize the larynx like a video laryngoscope, we can use a portable camera placed in a Macintosh blade, then connected via wifi to a mobile phone. However, there is no available research that compares intubation time using modified Macintosh laryngoscope vs McGrath MAC® video laryngoscope in the adult population.
Methods: This study is a single-blinded randomized clinical trial of 62 subjects to measure the intubation time using modified Macintosh laryngoscope compared with McGrath MAC® video laryngoscope in the adult population. Exclusion criteria are difficult airway, pregnancy, acute ischemic heart disease, second or third-degree heart block, Guillain Barre syndrome, myasthenia gravis.
Results: Median intubation time A (time taken since laryngoscope passes the teeth until glottic visualization) using modified Macintosh and McGrath MAC® were 18(6-65)s and 21(10-70)s (p 0.652), consecutively. Median intubation time B (time taken since glottic visualization until tube insertion into the trachea) was 39(20-101)s and 50(27-102)s (p 0,003). Median total intubation time was 63 (27-114)s using modified Macintosh, compared with 74 (40-133)s (p 0,032) using McGrath MAC®. Besides that, we also noted the first attempt success rate in modified Macintosh was 90,3%, glottic visualization with POGO score 100 was 67,7% and POGO score 75 was 29%. The complications found in this study were tachycardia and airway mucosal laceration such as mild oropharyngeal abrasion. In conclusion, modified Macintosh users decide that this equipment is convenient, in terms of insertion easiness, usefulness, and glottis visualization.
Conclusion: Endotracheal intubation using modified Macintosh laryngoscope takes a shorter time compared with McGrath MAC® video laryngoscope in the adult population"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>