Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhilah Rosita Budiono
"Pertumbuhan penduduk dan perkembangan bidang industri di Indonesia menjadikannya negara yang berkontribusi besar pada jejak karbon secara global. Mitigasi terhadap perubahan iklim harus dilakukan. Salah satunya dengan mengurangi jejak karbon dari sektor rumah tangga. Pada penelitian ini dianalisis rata-rata jejak karbon rumah tangga, sumber aktivitas pendorong, faktor yang mempengaruhi, dan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon dari Kecamatan Cibinong. Pengumpulan data primer didapatkan melalui kuesioner dan wawancara. Dilakukan pada Maret 2022 ketika diterapkan PPKM level 2 dengan teknik kombinasi simple random sampling dan purposive sampling. Dari data yang dikumpulkan dapat diperkirakan jejak karbon rumah tangga dari setiap sektor dengan kalkulator karbon yaitu Carbon Footprint Ltd.. Lalu, dianalisis sejauh mana faktor demografi, faktor ekonomi, dan faktor gaya hidup berpengaruh terhadap jejak karbon rumah tangga dengan uji regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon rumah Kecamatan Cibinong sebesar 0,69 ton CO2e/rumah tangga/bulan. Rata-rata jejak karbon terbesar berasal dari sektor energi, lalu diikuti sektor transportasi, dan terakhir dari sektor penggunaan barang serta jasa. Jejak karbon rumah tangga Kecamatan Cibinong menunjukkan peningkatan signifikan akibat pendapatan keluarga, ukuran keluarga, tingkat pendidikan, dan jenis diet yang diterapkan keluarga. Maka dengan membuat kebijakan peningkatan tarif konsumsi energi listrik rumah tangga, pengaturan tata ruang kota dengan transportasi yang terintegrasi satu dengan yang lain, dan menggunakan barang elektronik hemat energi dapat menjadi langkah penting untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Cibinong.

Population growth and industrial development in Indonesia make it a country that contributes greatly to the global carbon footprint. Mitigation of climate change must be done. One of them is by reducing the carbon footprint of the household sector. In this study, the average household carbon footprint was analyzed, sources of driving activities, influencing factors, and recommendations for reducing the carbon footprint of Cibinong District. Primary data collection was obtained through questionnaires and interviews. This study was carried out in March 2022, when Public Activity Restriction (PPKM) at level 2 happened, with a combination technique of simple random sampling and purposive sampling. From the data that has been collected, it is possible to estimate the household carbon footprint of each sector with a carbon calculator, namely Carbon Footprint Ltd.. Then, it is analyzed to what extent demographic factors, economic factors, and lifestyle factors affect the household carbon footprint by using a regression test. The results showed that the average house carbon footprint in Cibinong District was 0,69 tons CO2e/household/month. On average, the largest carbon footprint comes from the energy sector, followed by the transportation sector, and finally from the use of goods and services. The household carbon footprint of Cibinong District showed a significant increase due to family income, family size, education level, and the type of diet adopted by the family. So by making a policy of increasing household electricity consumption rates, regulating urban spatial planning with integrated transportation with one another, and using energy-efficient electronic goods can be an important step to reduce the carbon footprint of households in Cibinong District."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanya Frischia Hanggono
"Sebagian besar kebutuhan energi di dunia masih dipenuhi oleh bahan bakar fossil yang turut menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi karbon di dunia. Hal ini mendorong pemerintah untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar nabati atau biofuel sebagai alternatif bahan bakar fossil. Dalam mengantisipasi penurunan daya dukung lingkungan sebagai efek peningkatan aktivitas industri termasuk industri biofuel, penerapan konsep industri hijau diperlukan sebagai upaya peningkatan efisiensi produksi yang selaras dengan kelestarian lingkungan hidup. Pada penelitian ini, optimasi reaksi produksi biofuel yaitu hydroprocess dianalisa dengan pendekatan industri hijau yang dilihat dari aspek efisiensi bahan baku, yield dari produk, konsumsi bahan bakar dan emisi karbon menggunakan metode AHP untuk mengambil keputusan variasi yang optimal. Optimasi reaksi dilakukan menggunakan simulator Unisim dengan memvariasikan tekanan operasi pada 10-50 barr dan suhu operasi pada 250-350◦C untuk minyak nabati pangan dan non-pangan dengan tingkat produktivitas tinggi di Indonesia. Hasil yang diperoleh menyatakan komposisi minyak nabati mempengaruhi efektifitas proses. Minyak kemiri sunan pada suhu 290◦C dan tekanan 40 barr menjadi kondisi yang optimal dengan konversi sebesar 99% yang menghasilkan yield renewable diesel tinggi untuk memberikan efektifitas konsumsi bahan bakar. Emisi karbon yang dihasilkan adalah yang terendah sebesar 13,024,281 kg CO2/tahun dengan jejak karbon terbesar terletak pada produksi renewable diesel.

Majority of the world’s source of energy still being fulfilled by fossil fuels that has became one of the largest contributors of carbon emission. Hence, ways of increasing biofuels have been created. To minimize environmental effects due to the increasing activity of industries, including biofuel industry, the green industry concept should be applied. There are several ways to produce biofuel, such as hydroprocess reaction that is consist of two steps, hydrodeoxygenation and hydrocracking and will result in variety of biofuels that have the closest chracteristics towards fossil fuels.In this research, optimization of hdroprocess reaction is analyzed through green industry approach with some criterias which are efficiency of raw material, yield, energy usage and carbon emission derived from the process through AHP method to decide the optimum condition. It is done by using unisim simulator by varying the operating temperature of 250-350◦C and operating pressure of 10-50 barr for edible and non- edible oil as the raw materials. The result showed that non-edible oil at 290◦C and 40 barr as the optimal process with conversion rate of 99%. The carbon emission is at 13,024,281 kg CO2/year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiah Dyah Aqilah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis timbulan dan komposisi sisa makanan, menganalisis nilai jumlah emisi gas rumah kaca (CO2 eq) dari limbah makanan edible, dan memberikan rekomendasi terkait upaya pengurangan food waste (edible food) dari rumah makan di Kota Makassar yang menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan variabel bebas adalah jumlah rumah makan yang akan disampling, berat limbah makanan tiap kategori dan data kuesioner, sedangkan variabel terikatnya adalah Emisi Gas Rumah Kaca (CO2-eq) yang dihasilkan serta korelasi data responden dengan limbah makanan dan jejak karbon. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa timbulan sisa makanan edible yang dihasilkan pada 10 rumah makan adalah 26,71 g/piring/hari, dengan rata-rata fraksi edible adalah 70%. Adapun komposisi sampah makanan adalah makanan kaya karbohidrat sebanyak 34%, Buah dan Sayuran 37%, dan makanan kaya protein 29%. Besaran gas rumah kaca dari rumah makan di Kota Makassar adalah 44,69 kgCO2eq/piring/tahun, dengan komposisi terbesar berasal dari makanan kaya akan protein yaitu 62,38%. Rekomendasi yang dapat diberikan terkait upaya pengurangan food waste dari rumah makan di Kota Makassar yang menghasilkan jejak karbon adalah dengan menggunakan hierarki pemulihan makanan.

This thesis aims to analyze the generation and composition of food waste, analyze the value of the amount of greenhouse gas emissions (CO2 eq) from edible food waste, and provide recommendations regarding efforts to reduce food waste (edible food) from restaurants in Makassar City which produce a carbon footprint. This study uses a quantitative method with the independent variables being the number of restaurants to be sampled, the weight of food waste for each category, and questionnaire data, while the dependent variable is Greenhouse Gas Emissions (CO2-eq) produced and the correlation of respondent data with food waste and carbon footprint. From the results of the study, it was found that the food waste produced in 10 restaurants was 26.71 g/plate/day, with an average edible fraction of 70%. The composition of food waste is carbohydrates-rich as much as 34%, fruits and vegetables at 37%, and protein-rich at 29%. The amount of greenhouse gases from restaurants in Makassar City is 44.69 kgCO2eq/plate/year, with the largest composition coming from protein-rich, which is 62.38%. Recommendations that can be given regarding efforts to reduce food waste from restaurants in Makassar City that produce a carbon footprint are to use a food recovery hierarchy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kamilia Musri
"Peningkatan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh berdampak signifikan terhadap pengeluaran masyarakat dalam mengonsumsi makanan dan minuman jadi yang bersumber dari rumah makan. Hal ini mengakibatkan semakin banyak timbulan limbah makanan yang dapat meghasilkan jejak karbon, sehingga berpotensi dalam peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Terkait dengan hal tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan analisis komposisi dan timbulan limbah makan, analisis jumlah gas rumah kaca (CO2eq) yang dihasilkan dari timbulan sisa makanan edible serta pemberian rekomendasi terkait pengelolaan limbah makanan dari rumah makan di Kota Banda Aceh. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu memilih rumah makan dengan penyajian prasmanan dan kategori rumah makan menengah ke bawah. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini sesuai dengan Waste Composition Analysis (WCA) untuk memisahkan dan menimbang sisa makanan edible dan non-edible dari 50 piring sisa makanan konsumen pada masing-masing 10 rumah makan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan total timbulan limbah makanan rata-rata dari 10 rumah makan di Kota Banda Aceh adalah 1.253,3 g/rumah makan/hari dengan 896,3 g/rumah makan/hari adalah rata-rata total limbah makanan edible atau setara dengan 17,926 g/piring/hari. Komposisi limbah makanan rumah makan terdiri dari 50% makanan kaya karbohidrat, 31% buah dan sayur serta 19% makanan kaya protein, dengan sisa nasi merupakan timbulan limbah makanan terbesar. Nilai rata-rata jejak karbon yang dihasilkan limbah makanan dari rumah makan di Kota Banda Aceh sebesar 32,30 kgCO2eq/piring/tahun. Rekomendasi yang dapat diberikan berkaitan dengan pengurangan limbah makanan dari rumah makan dapat dilakukan dengan memberikan edukasi pada konsumen untuk mengambil makan secukupnya melalui poster yang menarik, perubahan cara pelayanan konsumen oleh pelayan rumah makan, donasi makanan layak konsumsi, serta pengolahan limbah makanan lanjutan sebagai kompos

The cost of consuming ready-to-eat food and drinks from restaurants has been significantly impacted by the increasing of population in Banda Aceh City. This causes a greater amount of food waste to be produced, which has the potential to increase greenhouse gas (GHG) emissions. In connection with this, the research examined the composition and generation of food waste, assessed the quantity of greenhouse gases (CO2eq) that produced as a result of edible food waste generation, and offered suggestions regarding initiatives to lessen food waste from restaurants in Banda Aceh City. This study was used a purposive sampling method in quantitative research and selects a middle-to-lower-priced restaurant with a buffet serving type. The waste composition analysis (WCA) sampling method was used in this study to separate and weigh edible and non-edible food waste from 50 plates of leftover consumer food in each of the 10 restaurants. According to the study, the average amount of food waste from 10 restaurants in Banda Aceh City daily was 1,253.3 grams, or 17.926 grams per plate. The average amount of edible food waste was 896.3 grams/restaurant/day. The food waste restaurants were made up of 50% carbohydrate-rich food, 31% fruit and vegetable food, and 19% protein-rich food, with rice residue being the biggest contributor to food waste. In Banda Aceh City, the average carbon footprint created by food waste from restaurants was 32.30 kgCO2eq/plate/year. The reduction of food waste from restaurants can be accomplished in a number of ways, including educating costumer to take enough food through eye-catching posters thus could minimize food waste production, altering the way waiters serve the food to the customers, collecting donations of proper food, and composting the food waste"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Azmi Sabila
"Peningkatan angka pekerja komuter akan menyebabkan peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut tentunya akan meningkatkan emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jejak karbon yang dihasilkan oleh pekerja komuter dari Tangerang menuju DKI Jakarta, mengidentifikasi jenis kendaraan yang menghasilkan nilai jejak karbon terbesar (hotspot) serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jejak karbon. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara terhadap pekerja komuter sebagai responden sesuai dengan persyaratan responden yang telah ditentukan dalam wilayah studi. Perhitungan jejak karbon dilakukan menggunakan metode faktor emisi yang didasarkan pada bahan bakar. Total jejak karbon yang dihasilkan adalah 3.630 kgCO2eq/bulan pada periode sebelum pandemi dan 2.602 kgCO2eq/bulan pada periode selama pandemi. Uji korelasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah uji korelasi pearson. Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui bahwa Faktor yang paling mempengaruhi nilai jejak karbon yang dihasilkan pekerja komuter dengan skenario 1,2, dan 3 jenis kendaraan adalah jarak (r = 0,52—0,37—0,21); p-value= 0—0,001—0,028) dan frekuensi (r = 0,29—0,32—0,25; p-value=0,001—0,32—0,25).

The increasing number of commuter workers will excalate the use of motorized vehicles in everyday life. It will also certainly give rise to the emission of greenhouse gases released into the atmosphere. This study was conducted to determine the carbon footprint generated by commuter workers from Tangerang to DKI Jakarta, to identify which mode of transportation is the largest contributor to the carbon footprint of commuter workers activities and to determine the factors influencing the magnitude of the carbon footprint. Primary data collection was carried out using questionnaires and interviews with workers as respondents in accordance with the respondent's requirements that had been determined in the study area. Calculation of the carbon footprint was carried out using the emission factor method which was based on fuel. The total carbon footprint generated was 3.630 kgCO2/month in the pre-pandemic period and 2.602 kgCO2/month during pandemic period. The correlation test used to determine the relationship between the independent variable and the dependent variable was the Pearson correlation test. Based on the results of the correlation test, it was known that the most influencing factor for the carbon footprint in this study were the distance traveled (r = 0,52—0,37—0,21); p-value= 0—0,001—0,028) and the frequency of driving (r = 0,29—0,32—0,25; p-value=0,001—0,32—0,25)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Dwi Yulianto
"DKI Jakarta sebagai ibu kota sekaligus pusat perekonomian di Indonesia memiliki dampak terhadap sektor transportasi khususnya pada mobilitas pekerja di Kota dan Kabupaten Bekasi. Mobilitas pekerja komuter yang terjadi menghasilkan jejak karbon yang diemisikan setiap harinya. Penelitian ini bermaksud membandingkan jejak karbon yang dihasilkan pada periode sebelum dan selama Pandemi COVID-19. Perbandingan tersebut akan menganalisis rata-rata jejak karbon pekerja komuter, hotspot jejak karbon berdasarkan jenis kendaraan, mengegidentifikasi faktor yang mempengaruhi jejak karbon komuter, serta memberikan rekomendasi reduksi jejak karbon pekerja komuter yang dihasilkan. Metode perhitungan jejak karbon yang digunakan merupakan penyesuaian terhadap kondisi di Indonesia dari persamaan IPCC oleh World Research Institute (WRI) yang berdasarkan faktor emisi bahan bakar. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat tiga jenis pergantian kendaran oleh pekerja komuter, yakni satu, dua, tiga kendaraan. Secara keseluruhan, dihasilkan rata-rata jejak karbon pekerja komuter untuk periode sebelum dan selama Pandemi COVID-19, yakni sebesar 106,8 Kg CO2eq/Orang-Bulan dan 81,2 Kg CO2eq/Orang-Bulan atau mengalami penurunan sebesar ±24%. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan faktor yang paling berkorelasi terhadap jejak karbon yang dihasilkan untuk pergantian satu, dua, dan tiga kendaraan yang dinyatakan dalam koefisien korelasi (r), yakni jarak berkendara (0,621), jenis kendaraan (-0,59), dan frekuensi berkendara (0,811).

DKI Jakarta, as the Capital of Indonesia and the center of the economy, impacts the transportation sector, especially the commuting workers in the City and Regency of Bekasi. The commuting workers are known for the carbon footprint emitted daily. This study aims to contrast the carbon footprint generated by commuting workers in the period before and during the Pandemic COVID-19. The contrast to analyze the average carbon footprint of commuter workers, hotspot carbon footprint by type of vehicle, identify factors that affect commuter’s carbon footprints, and provide recommendations for reducing the carbon footprint of the commuting workers. The method quantification carbon footprint used is an adjustment to conditions in Indonesia from the IPCC equation by the World Research Institute (WRI), which is based on the fuel emission factor. This study found that there are three types of vehicles used by commuter workers that is one, two, and three vehicles. Overall, the average carbon footprint generated by commuting workers for the period before and during the Pandemic COVID-19 is 106.8 Kg CO2eq/Person-Month and 81.2 Kg CO2eq/Person-Month or decreased by ±24%. Based on the correlation test, factors that are most correlated to the carbon footprint generated for the use of one, two, and three vehicles are expressed in the correlation coefficient (r), which is driving distance (0.621), vehicle type (-0.59), and frequency of driving (0.811).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Eunike Lydia Aurellia
"Kegiatan mudik merupakan salah satu tradisi pada Indonesia yang dilakukan menjelang libur lebaran untuk bersilahturami dari kota tempat tingal menuju kampung halaman. Perjalanan mudik yang berkonribusi dalam menyumbangkan polusi dan zat-zat berbahaya ke lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta memberikan rekomendasi, serta solusi untuk mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan oleh aktivitas mudik dari Kota Jakarta Barat dan Jakarta Selatan menuju ke tempat tujuan. Penelitian ini menggunakan perhitungan jejak karbon yang mengacu pada metode distance-based dari World Resources Institute (WRI) Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemudik responden berdomisili Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan analisis korelasi Pearson untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas mudik. Berdasarkan perhitungan, didapatkan rata-rata jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas keberangkatan mudik oleh pemudik Kota Jakarta Barat sebesar 4560,29 kgCO2 dan 4598,28 kgCO2 untuk rute kepulangan. Sedangkan rata-rata jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas keberangkatan pemudik Kota Jakarta Selatan sebesar 4184,71 kgCO2 dan 4282,213 kgCO2 untuk rute kepulangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas mudik dari Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, serta mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rekomendasi dan solusi yang diusulkan diharapkan dapat menjadi panduan bagi upaya mitigasi untuk mengurangi dampak lingkungan dari tradisi mudik ini.

The tradition of "mudik" is a significant cultural practice in Indonesia, undertaken before Eid holidays for family reunions from urban residences to ancestral villages. This journey contributes to environmental pollution and hazardous substances. This research aims to analyze the carbon footprint and influencing factors, while proposing recommendations and solutions to reduce the carbon footprint generated by mudik activities from West Jakarta and South Jakarta to their destinations. The study utilizes carbon footprint calculations based on the distance-based method from the World Resources Institute (WRI) Indonesia. Data collection involved distributing questionnaires to mudik travelers residing in West Jakarta and South Jakarta. Pearson correlation analysis was employed to identify factors influencing the carbon footprint resulting from mudik activities. Based on calculations, the average carbon footprint from outbound mudik activities for travelers from West Jakarta is 4560.29 kgCO2 and 4598.28 kgCO2 for return trips. Meanwhile, travelers from South Jakarta generated average carbon footprints of 4184.71 kgCO2 for outbound trips and 4282.213 kgCO2 for return trips. Therefore, this research provides insights into the carbon footprint generated by mudik activities from West Jakarta and South Jakarta, identifying influencing factors. The proposed recommendations and solutions are intended as a guide for mitigation efforts to reduce the environmental impact of this mudik tradition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekarina Haryanto
"Mudik merupakan salah satu tradisi atau budaya yang dilakukan menjelang libur lebaran saat hari raya Idul Fitri untuk bersilahturami ke kampung halaman. Dampak perjalanan mudik terhadap lingkungan bersifat negatif karena perjalanan mudik telah meninggalkan banyak polusi atau emisi berbahaya yang mengancam kesehatan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon yang dihasilkan oleh aktivitas mudik, menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap jejak karbon yang dihasilkan, dan memberikan rekomendasi serta solusi untuk mengurangi jejak karbon yang ditimbulkan dari aktivitas mudik dari kota Tangerang Selatan dan Bogor. Metode perhitungan yang digunakan ialah perhitungan dengan metode distance-based, dengan mempertimbangkan faktor emisi dan faktor ekonomi energi dari WRI. Metode pengambilan data yang digunakan adalah pengambilan data primer melalui proses wawancara dan penyebaran kuisioner dengan target responden berdomisili Tangerang Selatan dan Bogor. Hasil korelasi Pearson dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam besaran jejak karbon yang dihasilkan adalah jarak tempuh perjalanan mudik. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata-rata jejak karbon yang dihasilkan oleh pemudik dari Tangerang Selatan sebesar 40,69 kg CO2 untuk rute keberangkatan dan 41,25 kg CO2 untuk rute kepulangan. Sedangkan, pemudik dari Bogor menyumbang rata-rata jejak karbon sebesar 38,39 kg CO2 untuk rute keberangkatan dan 39,07 kg CO2 untuk rute kepulangan. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik terkait faktor-faktor yang mempengaruhi besaran jejak karbon yang dihasilkan, serta rekomendasi yang solutif untuk pemerintahan dan pemudik dari Tangerang Selatan dan Bogor dalam perjalanan mudik kedepannya.

The tradition of 'mudik' is a cultural practice in Indonesia carried out prior to the Eid al-Fitr holiday to visit hometowns and reunite with family. The environmental impact of mudik journeys is predominantly negative due to the significant pollution and emissions that threaten environmental health. This study aims to analyze the carbon footprint generated by homecoming activities, examine factors influencing this footprint, and propose recommendations to reduce carbon emissions from mudik activities originating from Tangerang Selatan and Bogor. Calculation methods employed distance-based calculations, considering emission factors and energy economics from the WRI. Data collection utilized primary sources through interviews and questionnaire surveys targeting residents of Tangerang Selatan and Bogor. Pearson correlation results highlight travel distance as the most influential factor on carbon footprint size. Average carbon footprints were found to be 40.69 kg CO2 for departures and 41.25 kg CO2 for return trips from Tangerang Selatan, and 38.39 kg CO2 for departures and 39.07 kg CO2 for return trips from Bogor. This research enhances understanding of factors influencing carbon footprints and offers practical recommendations for governments and travelers from Tangerang Selatan and Bogor regarding future mudik journeys."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosjamrud Hulu
"Universitas merupakan salah satu lingkup kecil suatu negara yang turut menyumbang emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim. Walaupun lingkupnya cukup kecil, namun universitas menjadi bagian yang sangat berpengaruh bagi pengembangan dan kemajuan suatu negara, termasuk dalam konsep mitigasi dampak perubahan iklim lokal. Universitas Indonesia UI adalah salah satu universitas yang telah berkomitmen untuk menjadi kampus hijau di tengah Kota Depok. Oleh karenanya, banyak diadakan penelitian yang mengarah kepada konsep keberlanjutan kampus hijau tersebut. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas kampus terhadap lingkungan, dilakukan perhitungan emisi jejak karbon. Beberapa aktivitas kampus yang dimaksud adalah penggunaan energi listrik, penggunaan bahan bakar LPG di kantin, transportasi, pemakaian kertas, dan timbulan sampah di semua fakultas di Kampus UI Depok. Perhitungan besarnya emisi yang dihasilkan kampus dilakukan dengan menggunakan metode IPCC 2006, yakni mengalikan konsumsi aktivitas dengan faktor emisi terkait. Hasil perhitungan dan analisis setiap sektor menunjukkan jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari kelima sektor tahun 2015 hingga tahun 2017 berturut-turut sebesar 88181,47 tCO2-eq, 78764,01 tCO2-eq dan 76482,87 tCO2-eq. Dari total emisi yang ada, penyumbang emisi dari sektor listrik, transportasi, dan pemakaian kertas terbesar adalah Fakultas Teknik, sedangkan sektor bahan bakar LPG dan timbulan sampah paling besar disumbangkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Berdasarkan proyeksi emisi gas rumah kaca GRK hingga tahun 2030 dengan menggunakan metode aritmatika untuk kondisi bussiness as usual, diperoleh bahwa emisi GRK pada tahun 2030 akan bernilai sebesar 48064 tonCO2eq. Karena timbulan sampah mengalami penurunan dari tahun 2015 hingga 2017, maka timbulan sampah hingga tahun 2030 pun diproyeksikan akan cenderung mengalami penurunan. Skenario penurunan emisi mengacu pada target pemerintah dalam menurunkan emisi GRK dari yang dapat dilakukan UI berdasarkan kelima sektor tersebut. Skenario ini antara lain meliputi Solar PV, bahan bakar biogas, pemberlakuan satu hari bebas kendaraan dalam seminggu, penggunaan kertas bolak-balik dan sistem digital, serta penerapan konsep bank sampah di fakultas. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat emisi GRK menurun sebesar 29 atau sekitar 13938,51 tonCO2eq.

University is one of the small scope of a country that contribute to greenhouse gas emissions that triggers global warming and climate change. Although the scope is relatively small, university is a very influential part of the development and progress of a state, including the concept of mitigating the impacts of local climate change. Universitas Indonesia UI is one of the universities that has committed to be a green campus of the city of Depok. These leads to the conduct of many studies addressing the concept of green campus sustainability. To determine the effect of campus activity on the environment, the carbon footprint emission is calculated. The campus activities included are the use of electrical energy, the use of LPG fuel in the canteen, transportation, paper usage, and waste generation in all faculties at Depok UI Campus. The amount of emissions generated is calculated using the IPCC 2006 method, which is to multiply the activity consumption by the associated emission factor. The results of the calculation and analysis of each sector shows that the amount of greenhouse gas emissions generated from the five sectors in 2015 until 2017 are amounted up to 88181,47 tCO2 eq, 78764,01 tCO2 eq and 76482,87 tCO2 eq correspondingly. Of the total emissions, the largest contributor of emissions from the sector of electricity, transportation, and paper usage is the Faculty of Engineering, while emissions from LPG fuel sector and waste generation are mostly contributed by the Faculty of Economics and Business. Greenhouse gas GHG emissions are projected up to the year of 2030 by using arithmetic method for business as usual condition, from which it is concluded that, by 2030, GHG emissions will have a value of 48064 tonCO2eq. Waste generation from 2015 to 2017 has decreased, thus it is projected that the waste generation until 2030 will tend to decrease. Emission reduction scenarios grounded on government targets in reducing total GHG emissions from UI can be implemented based on the 5 sectors. This scenario includes solar PV, biogas fuel, weekly car free day, usage of paper back and digital system, and the concept of garbage bank applied within the faculty. This scenario is one of the factors that make GHG emissions decreased by 29 or about 13938,51 tonCO2eq."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Irfan Mahendra
"Universitas Indonesia (UI) merupakan tempat menuntut ilmu bagi mahasiswa dari seluruh Indonesia, tak terkecuali mahasiswa yang berdomisili di Jakarta Timur dan Bekasi memilih untuk melakukan komuter dari domisili asal menuju UI Depok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon yang dihasilkan, hotspot dari jejak karbon, dan memberikan rekomendasi dari aktivitas komuter Mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Timur dan Kota Bekasi. Metode perhitungan yang digunakan ialah perhitungan WRI dengan metode fuel-based, dengan mempertimbangkan faktor ekonomi energi dari WRI dan faktor emisi dari UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy (2021). Dengan metode pengambilan data primer menggunakan kuisioner online dengan target Mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Timur dan Bekasi. Hasil korelasi pearson dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang signifikan dalam mempengaruhi jejak karbon yaitu jenis kendaraan yang digunakan responden dimana didapat nilai (r = -0,774) dimana menunjukan korelasi negatif yang mana semakin efisien kendaraan yang digunakan akan menghasilkan jejak karbon semakin rendah. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan rata-rata jejak karbon oleh aktivitas komuter mahasiswa dari Jakarta Timur sebanyak 153,02 kgCO2eq/Tahun-orang, sedangkan untuk mahasiswa komuter dari Bekasi menghasilkan sebesar 278,34 kgCO2eq/Tahun-orang. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap jejak karbon ,dan memberikan rekomendasi dari aktivitas komuter Mahasiswa UI yang berdomisili di Jakarta Timur dan Kota Bekasi.

Universitas Indonesia (UI) is a place of study for students from all over Indonesia, including students who live in East Jakarta and Bekasi who choose to commute from their original domicile to UI Depok. This study aims to analyze the resulting carbon footprint, and the hotspots of the carbon footprint, and provide recommendations from the commuting activities of UI students who live in East Jakarta and Bekasi City. The calculation method used is the WRI calculation using the fuel-based method, taking into account WRI's energy economy factors and emission factors from the UK Department for Business, Energy, & Industrial Strategy (2021). The primary data collection method using online questionnaires targeting UI students who live in East Jakarta and Bekasi. The results of the Pearson correlation in this study indicate that a significant factor affecting the carbon footprint is the type of vehicle used by the respondent where the value (r = -0.774) is obtained which shows a negative correlation in which the more efficient the vehicle used will result in a lower carbon footprint. In addition, based on the calculation results, the average carbon footprint of student commuters from East Jakarta is 153.02 kgCO2eq/year-person, while for commuter students from Bekasi, it is 278,34 kgCO2eq/year-person. This research provides a better understanding of the factors that contribute to the carbon footprint and provides recommendations from the commuting activities of UI Students who are domiciled in East Jakarta and
Bekasi City.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>