Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Anthea Sugiharto
"Latar belakang: F-HR-PVC merupakan KVP yang kemunculannya berbanding lurus dengan peningkatan laju nadi. Mekanisme yang mendasarinya adalah adanya variasi sirkadian sistem saraf autonom dan kadar katekolamin darah. Adanya variasi sirkadian tersebut membuka peluang untuk intervensi KVP secara kronoterapi.
Tujuan: Meneliti efektivitas kronoterapi bisoprolol pada pasien KVP idiopatik terhadap beban KVP dan variabilitas beban KVP selama 24 jam.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinik crossover acak tersamar ganda dengan total subjek 23 pasien dengan tipe F-HR-PVC (beban KVP 24 jam ≥5% dan variabilitas beban KVP >35%). Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok sekuens 1 diberikan bisoprolol pagi hari (1 minggu pertama), dilakukan crossover, dilanjutkan pemberian bisoprolol malam hari (1 minggu kedua) sedangkan kelompok sekuens 2 menerima perlakuan sebaliknya. Evaluasi Holter 24 jam dilakukan pada akhir minggu pertama dan kedua dan dianalisis untuk membandingkan efektivitas pemberian bisoprolol sesuai kronoterapi terhadap beban KVP dan variabilitas beban KVP selama 24 jam.
Hasil: Pemberian bisoprolol baik pagi hari (p=0,018) maupun malam hari (p=0,014) dapat menurunkan beban KVP secara signifikan. Namun hanya pemberian bisoprolol pagi hari yang dapat meningkatkan variabilitas beban KVP selama 24 jam (p=0,028). Tidak ada perbedaan penurunan beban KVP antara pemberian bisoprolol pagi hari atau malam hari (treatment effect -0,06 [-4,12 – 4,00]; IK 95%, p = 0,976). Selain itu, variabilitas beban KVP juga tidak berbeda antara kedua kelompok perlakuan (treatment effect 6,34 [-10,41 – 23,08]; IK 95%, p = 0,439).
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan efektivitas pemberian bisoprolol pada pagi hari dibanding malam hari terhadap beban KVP maupun variabilitas beban KVP selama 24 jam

Background: F-HR-PVC is one of PVC circadian variation which occurrence increases linearly with baseline heart rate. The mechanism involved is considered related to the circadian mechanism which includes autonomic nerve system and catecholamine levels. The presence of circadian variation in PVC raise the potential of chronotherapeutic approach in treating PVC.
Methods: This is a double-blind randomized crossover trial with a total subject of 23 patients who have F-HR-PVC with 24-hr PVC burden ≥5% and PVC burden variability >35%. Subjects were divided into two sequences. Those in sequence 1 were given bisoprolol in the morning in the first week, crossed over then followed by the administration of evening bisoprolol in the second week. Meanwhile, those in sequence 2 received alternate treatment. 24-hour holter evaluation was done and analyzed to compare the efficacy of bisoprolol administration with chronotherapeutic approach toward PVC burden and its variability in 24-hr.
Results: Either morning or evening administration of bisoprolol significantly reduced the PVC burden (morning vs. evening; p=0,018 vs. p=0,014). However, only morning administration which increases the PVC burden variability in 24-hr (p=0,028). There is no significant difference between morning and evening administration of bisoprolol on both PVC burden (treatment effect -0,06 [-4,12 – 4,00]; CI 95%, p = 0,976) and PVC burden variability (treatment effect 6,34 [-10,41 – 23,08]; CI 95%, p = 0,439) for 24 hours.
Conclusion: There was no difference in the efficacy of giving bisoprolol in the morning compared to the evening dosing on the PVC burden and the variability of PVC burden for 24 hours.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusuf Amran
"Pendahuluan : Perkembangan dalam bidang industri saat ini, telah merubah pola penyakit yang ada. Penyakit paru yang dahulu di dominasi oleh penyakit infeksi, saat ini juga dipengaruhi penyakit bukan infeksi, seperti pajanan debu udara dan juga dipengaruhi oleh penyakit metabolik yang diderita oleh individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan diabetes melitus terhadap laju penurunan fungsi paru dengan adanya riwayat pajanan debu
Metode : Desain penelitian adalah comparative cross sectional menggunakan 494 data pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2012 dan 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala periode tahun 2012 dan 2013.
Hasil dan Kesimpulan : Rerata selisih penurunan nilai KVP dan VEP1 tahun 2012 dan 2013 secara berturut-turut pada subyek dengan status tetap DM (499 ml & 553 ml), normal menjadi DM (192 ml & 253 ml), DM terkontrol (102 ml & 190 ml), dan tetap normal (143 ml & 213 ml). Hasil uji statistik didapatkan nilai p<0,0001, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan penurunan laju fungsi paru pada rerata nilai KVP dan VEP1 pada semua status diabetes subyek penelitian
Saran : Perlu dilakukan pengendalian terhadap pekerja yang menderita diabetes, dengan melakukan pengobatan secara tepat dan mencegah terjadinya komplikasi. Melakukan kegiatan promotif dan preventif untuk mencegah pekerja dari diabetes.

Introduction: Developments in the industry today, has changed the pattern of existing disease. Pulmonary disease who formerly dominated by infectious diseases, today the influenced is not just an infectious diseases, such as exposure to airborne dust and is also affected by metabolic diseases suffered by the individual. The purpose of this study was to determine the role of diabetes mellitus on the rate of decline in lung function with a history of dust exposure
Methods: The study design was cross- sectional comparative use of data 494 periodic health examinations in 2012 and 2013. The data was collected using secondary data from periodic health examination period in 2012 and 2013.
Results and Conclusions: The mean difference between FVC and FEV1 impairment in 2012 and 2013 respectively in subjects with permanent status in DM (499 ml & 553 ml), normal to DM (192 ml & 253 ml), controlled DM (102 ml & 190 ml), and remained normal (143 ml & 213 ml) . The results of the statistical test p value < 0.0001 , significant at the 5 % alpha can be concluded thera is difference in the rate of lung function decline in the average value of FVC and FEV1 diabetes status on all study subjects.
Suggestion: There needs to be control over the workers who suffer from diabetes, by making appropriate treatment and prevent complications. Promotive and preventive activities to prevent workers from diabetes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Rubiana
"Latar Belakang: Analisis mengenai perubahan fungsi paru yang terjadi pada pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid belum banyak dilakukan penelitiannya. Dari hasil pemeriksaan kesehatan perusahaan penghasil Terephthalic Acid menunjukkan banyak karyawan yang mengalami restriksi serta ditemukan kenaikan jumlah pajanan debu pada tahun 2012. Dalam penelitian ini ingin dinilai perubahan persen prediksi KVP, VEP1 dan VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tahunan pekerja yang terpajan debu Terephthalic Acid.
Metode Penelitian: Desain yang digunakan adalah serial cross sectional menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2011 dan 2012. Sebanyak 43 orang diikutsertakan sebagai subyek penelitian setelah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil Penelitian: Rerata perubahan persen prediksi parameter yang dinilai dari tahun pemeriksaan 2011 dan 2012 tidak memberikan hasil yang bermakna secara statistik, namun ditemukan adanya peningkatan jumlah subyek yang mengalami restriksi di tahun 2012 dengan rerata nilai prediksi KVP pada tahun 2012 sebesar 75.57 ± 9.49. Tahun 2011 terdapat 23 subyek mengalami restriksi yang meningkat di tahun 2012 menjadi 26 subyek serta 1 subyek mengalami restriksi dan obstruksi.
Kesimpulan: Perubahan persen prediksi KVP, VEP1 and VEP1/KVP (%) antara 2 tahun pemeriksaan kesehatan tidak menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik, namun ditemukan jumlah subyek dengan kelainan restriksi yang cukup besar pada tahun 2011 yang angkanya meningkat di tahun 2012. Banyaknya pekerja pabrik Terephthalic Acid yang memiliki gangguan fungsi paru memerlukan tindakan intervensi untuk mencegah lebih banyak pekerja yang mengalami kelainan fungsi paru.

Background: Research on analysis of changes in lung function of workers exposed to Terephthalic Acid dust has little number. Health examination report of Terephthalic Acid Factory showed many workers with restricted lung function and there was an increasing level of dust measurement on 2012. This study is aimed to analyze changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 years of annual medical examination report of workers exposed to Terephthalic Acid.
Methods: This study is a serial cross sectional, using secondary data from 2011 and 2012 annual medical examination report. Total vulnerable subject of 43 workers are included after fulfilling inclusion and exclusion criteria.
Results: The mean differences of delta percent predicted of observed parameters between 2011 and 2012 have not showed statistically significance value. However, number of subjects with restrictive have been increased in 2012 with mean difference of FVC (75.57 ± 9.49) in 2012 , in 2011 as many as 23 subjects experienced a restriction, in 2012 that number was increased to 26 subjects with restriction and 1 subject with obstruction and restriction.
Conclusion: The changes of percent predicted FEV1, FVC and FEV1/FVC (%) between 2 periods of health examination do not showed value that statistically significance, however it was found number of subjects with restrictive lung function is sizeable in 2011 and increased in 2012. The number of workers at the Terephthalic Acid factory with impaired lung function requires an intervention to prevent more workers with abnormal lung function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bulan Dwi Aryana
"Audit dosis diperlukan sebagai upaya proteksi radiasi untuk mengetahui kisaran dosis yang digunakan pada pasien (typical value). Bilamana typical value melebihi atau jauh di bawah Diagnostic Reference Level (DRL) nasional, maka diperlukan optimisasi. Studi ini menjabarkan proses audit dosis pada pemeriksaan radiografi lumbal proyeksi AP (anteroposterior) dan lateral di RS Sint Carolus beserta tindaklanjut optimisasinya. Dari hasil audit dosis, diperlukan optimisasi untuk mendapatkan citra terbaik dengan dosis terendah yang dapat dicapai mengikuti prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) pada proyeksi AP. Optimisasi dilakukan dengan dua jenis fantom yang mempresentasikan anatomi lumbal AP, yaitu fantom in-house dengan penambahan polymethyl methacrylate (PMMA) setebal 20 cm, dan fantom rando man bagian lumbal. Parameter figure of merit (FOM) dikalkulasi dan digunakan sebagai parameter optimisasi utama. Interpretasi dokter radiolog menjadi parameter lanjutan dalam menilai noise citra. Pada pengukuran menggunakan fantomin-house menghasilkan nilai FOM tertinggi pada penggunaan filter tambahan 2 mm Al pada tegangan 81 kVp, 83 kVp, dan 85 kVp. Dengan tambahan informasi dari dokter spesialis radiologi, faktor eksposi 81 kVp, 28 mAs dengan filter fisik tambahan 2 mm Al dapat direkomendasikan sebagai parameter eksposi radiografi lumbal pasca optimisasi.

Dose audit is necessary as a radiation protection measure to determine the range of doses used in patients (typical value). If the typical value exceeds or is significantly below the national Diagnostic Reference Level (DRL), optimization is required. This study describes the dose audit process for lumbar radiography examinations in the anteroposterior (AP) and lateral projections at Sint Carolus Hospital, along with the follow-up optimization. Based on the dose audit results, optimization is needed to obtain the best image with the lowest achievable dose following the ALARA principle (as low as reasonably achievable) in the AP projection. Optimization is performed using two types of phantoms representing lumbar AP anatomy: an in-house phantom with the addition of 20 cm thick polymethyl methacrylate (PMMA), and a rando phantom for the lumbar region. The figure of merit (FOM) parameter is calculated and used as the primary optimization parameter. Radiologist interpretation serves as a secondary parameter in assessing image noise. Measurements using the in-house phantom resulted in the highest FOM values when using an additional 2 mm Al filter at voltages of 81 kVp, 83 kVp, and 85 kVp. With additional input from the radiology specialist, an exposure factor of 81 kVp, 28 mAs, with an additional 2 mm Al physical filter can be recommended as the lumbar radiography exposure parameter after optimization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Gemalasari Liman
"Beban kompleks ventrikel prematur (KVP) memiliki tiga jenis ritme sirkadian, yaitu tipe cepat, tipe lambat, dan tipe independen. Nukleus suprakiasmatikus merupakan bagian dari hipotalamus dan berperan sebagai pusat yang mengatur ritme sirkadian tubuh. Nukleus suprakiasmatikus berhubungan dengan sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA), sistem saraf autonom, dan aspek psikologis. Hubungan ketiga sistem ini dengan ritme sirkadian beban KVP belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis hubungan sumbu HPA, sistem saraf autonom, dan aspek psikologis dengan ritme sirkadian beban KVP. Studi observasional potong lintang ini merekrut subjek penelitian di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, RSUD Pakuhaji, dan RS Bun. Waktu penelitian adalah dari Juli 2022 sampai Desember 2022. Kriteria inklusi adalah pasien KVP idiopatik dengan beban ≥ 5%. Sebanyak 23 subjek KVP tipe-cepat, 20 subjek KVP tipe-lambat, 22 pasien KVP tipe-independen, dan 5 subjek kontrol diikutsertakan pada penelitian. Setiap subjek menjalani pemeriksaan Holter 24 jam untuk evaluasi beban KVP dan heart rate variability, mengumpulkan saliva untuk pemeriksaan kortisol dan norepinefrin pada pukul 06:00–07:00, 10:00–11:00, dan 22:00–23:00, serta mencatat skala kesehatan subjektif. Selanjutnya, dilakukan analisis univariat dan regresi linier multipel untuk menganalisis hubungan antara ritme sirkadian variabel independen dan ritme sirkadian beban KVP. Hasil pemeriksaan Holter menunjukkan bahwa rerata beban KVP idiopatik tipe-cepat adalah 15,7%; tipe-lambat 8,4%; dan tipe-independen 13,6%. Regresi liner multipel menunjukkan bahwa tingginya beban KVP idiopatik-tipe-cepat berhubungan dengan kadar kortisol yang lebih tinggi dan tonus sistem saraf parasimpatis yang lebih rendah. Di samping itu, tingginya beban KVP idiopatik-tipe-lambat berkaitan dengan kadar kortisol dan tonus sistem saraf simpatis yang lebih rendah atau tonus sistem saraf parasimpatis yang lebih tinggi. Sementara itu, pada KVP idiopatik-tipe-independen tingginya beban KVP berhubungan dengan kadar kortisol dan tonus sistem saraf simpatis yang lebih tinggi atau tonus sistem saraf parasimpatis yang lebih rendah serta skala kesehatan subjektif yang lebih rendah. Disimpulkan bahwa pola sirkadian beban KVP idiopatik tipe cepat, lambat, dan independen masing-masing berhubungan secara khas dengan sumbu HPA, sistem saraf autonom dan mekanisme psikologis. Penilaian tipe ritme sirkadian KVP idiopatik perlu dilakukan secara rutin mengingat perbedaan mekanisme yang mendasarinya dan kemungkinan perbedaan pada prognosisnya.

Recent data show that premature ventricular complex (PVC) burden exhibits one of the three circadian patterns, namely fast-type, slow-type, and independent-type PVC. The suprachiasmatic nucleus is part of the hypothalamus and serves as the center of circadian rhythm regulation. The suprachiasmatic nucleus is related to the hypothalamus-pituitary-adrenal (HPA) axis, the autonomic nervous system, and psychological aspects. The relationship between these three systems and the circadian rhythm of PVC is unknown. Therefore, it is important to evaluate the relationship between the HPA axis, the autonomic nervous system, and psychological aspects with the circadian rhythm of PVC burden. This cross-sectional observational study recruited 23 fast-, 20 slow-, and 22 independent-type idiopathic PVC subjects, as well as 5 control subjects. Each subject underwent a 24-hour Holter to examine PVC burden and heart rate variability, collected saliva for cortisol and norepinephrine level measurement at 6–7 am, 10–11 am, and 10–11 pm, and recorded their self-rated health scales. Furthermore, univariate and multiple linear regression were conducted to investigate the associations between circadian rhythms of the independent variables and circadian rhythms of PVC burden. The results of the Holter monitor showed that the average PVC burden was 15.7%, 8.4%, and 13.6% respectively in fast-, slow-, and independent-type idiopathic PVCs. Multiple linear regression showed that the high burden of fast-type idiopathic PVC was assosciated with higher cortisol levels and lower parasympathetic nervous system tone. On the other hand, the high burden of slow-type idiopathic PVC was associated with lower cortisol levels and lower sympathetic nervous system tone. Meanwhile, in independent-type idiopathic PVC, the high burden was associated with higher cortisol levels and sympathetic nervous system tone as well as lower self-rated health scales. The results of this study indicate that each circadian pattern of idiopathic PVC burden is uniquely related to the HPA axis, the autonomic nervous system and psychological mechanisms. Assessment of idiopathic PVC circadian rhythm types needs to be carried out routinely considering the differences in the underlying mechanisms and the possible differences in the prognosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library