Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riyan Hari Kurniawan
Abstrak :
Tesis ini bertujuan mengetahui kadar vitamin D dan zinc serum pasien preeklamsia berat dan hamil normal, mengetahui hubungan antara kadar vitamin D dan zinc dengan kejadian preklamsia berat, dan prevalensi preeklamsia berat di RSCM. Penelitian ini merupakan observasional potong lintang. Subyek penelitian adalah perempuan hamil yang menjalani persalinan di Kamar Bersalin RSCM pada Januari sampai dengan April 2014. Terdapat 22 subyek kelompok preeklamsia berat dan 22 subyek kelompok hamil dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian didapatkan rerata kadar vitamin D dan median kadar zinc lebih rendah pada kelompok preeklamsia berat dibandingkan hamil normal, namun tidak berbeda bermakna. Kadar vitamin D dan zinc tidak berhubungan bermakna dengan kejadian preklamsia berat, dengan p=0,689 dan 0=0,517. Prevalensi hipertensi dalam kehamilan di RSCM adalah 31,07%, dengan rincian sebagai berikut: hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklamsia ringan, preeklamsia berat, preeklamsia berat superimposed, sindrom HELLP, dan eklamsia gravidarum adalah 0,54%, 2,14%, 1,96%, 17,14%, 3,21%, 4,64%, dan 1,44%.
The purpose of this investigation was to examine the maternal plasma level of vitamin D and zinc in cases of severe preeclampsia compare to normal pregnancy, to know association between level of vitamin D and zinc and severe preeclampsia, and to know prevalence of severe preeclampsia in Cipto Mangunkusumo. This is a cross sectional observational study. Subjects were pregnant women who gave birth in delivery room Cipto Mangunkusumo Hospital in between January and April 2014. There are 22 subjects in severe preeclampsia group and 22 subjects in normotensive pregnancy. Subject with severe preeclampsia were noted to have lower maternal vitamin D and zinc level to normotensive pregnancy with not significant statistically (p 0,689 and p 0,517). Prevalence of hypertension in Cipto Mangunkusumo hospital is 31,07% which is contain of: chronic hypertension 0,54%, gestational hypertension 2,14%, mild preeclampsia 1,96%, severe preeclampsia 17,14%, superimposed severe preeclampsia 3,21%, HELLP syndrome 4,64%, and eclampsia 1,44%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Sumarno
Abstrak :
ABSTRAK
Beberapa jenis vitamin terdapat didalam susu, diantara nya vitamin B1 dan B2. Sebagai minuman pengganti air susu ibu, susu tersebut harus memenuhi beberapa ketentuan yang telah ditetapkan. Perlu dilakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap mutu susu bubuk pengganti air susu ibu yang beredar dipasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari cara yang terbaik untuk menentukan kadar vitamin B1 dan B2 yang terdapat dalam susu bubuk tersebut secara spektrofluorometri. Untuk mendenaturasikan protein susu dapat dipergunakan beberapa jenis asam, baik asam-asam anorganik maupun asam organik, khususnya asam trichloroacetat. Denaturasi protein dengan asam trichioroacetat memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan asam-asam lainnya, karena asam trichloroacetat tidak mempengaruhi penentuan kadar vitamin B1 dan B2 secara spektrofluorometri. Penambahan volume asam trichloroacetat serta lamanya pemanasan agar denaturasi protein terjadi lebih baik, tidak mempengaruhi kadar vitamin B1 dan B2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penentuan kadar vitamin B1 dan B2 yang terdapat dalam susu bubuk pengganti air susu ibu dapat dilakukan secara spektro fluorometri, mempergunakan asam trichloroacetat sebagai zat pendenaturasi protein serta dibantu dengan adanya pemanasan. ABSTRACT
There are many kinds of vitamines in powder milk, e.g. vitamin B dan B2 . As a replacement for mather's milk, it must be meet some qualifications. Control and examine against the quality of powder milk must be carried out. The objective of the research is to find the best methode in isolation and determination the concentration of vitamin B1 and B2 in powder milk by using spectrofluorinietry. To denature milk's protein, some kind of acids can be use, especially trichioroacetic acid which give the best result, because trichioroacetic acid does not influence the d2 termination of tone entration of vitamin B 1 and B2 by using spectrofluorimetry. The addition of the volume of trichioro-. acetic acid and lengther the periode of heating the powder milk do not influence the concentration of vitamin B 1 and B2. The result of the research that the determination of vitamin B1 and B2 in powder milk is carried out by using spectrofluorimetry, use trichioroacetic acid as protein dena turant and heating.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsita Eka Rini
Abstrak :
Latar Belakang. Sepsis neonatal awitan dini SNAD masih merupakan masalah di Indonesia. Vitamin D memiliki efek pada fungsi imunitas. Neonatus kurang bulan NKB berisiko mengalami defisiensi kadar vitamin D. Hubungan kadar vitamin D dengan kejadian SNAD pada NKB belum jelas. Tujuan. Menganalisis hubungan kadar vitamin D dengan kejadian SNAD pada NKB. Metode. Duapuluh NKB dengan klinis dan pemeriksaan laboratorium menyokong SNAD kelompok kasus dan 20 NKB tanpa hasil laboratorium SNAD kelompok kontrol ikut dalam penelitian ini. Subjek penelitian adalah NKB usia gestasi ge; 28 sampai dengan < 37 minggu dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama bulan Juli - September 2017. Pemeriksaaan kadar vitamin D 25 OH D dengan metode competitive chemiluminescense immunoassay CLIA direk dengan alat Diasorin Liaison. Hasil. Median kadar vitamin D pada NKB dengan SNAD 8,95 4,10 - 16,30 ng/mL dengan rerata usia gestasi 33,25 1,71 minggu dan rerata berat lahir 1863,75 415,06 gram. Median kadar vitamin D tanpa SNAD 11,75 5,80 - 42,80 ng/mL dengan rerata usia gestasi 34,67 1,53 minggu dan rerata berat lahir 2125,0 340,55 gram. Median kadar vitamin D NKB SNAD lebih rendah secara bermakna dibandingkan NKB tanpa SNAD.
Background. Early onset neonatal sepsis EONS is still a problem in Indonesia. Vitamin D has effect on immune function. Preterm infants have a risk of deficiency of vitamin D levels. The association between vitamin D levels with EONS were unclear. Objective. To determine the association between vitamin D levels with EONS in preterm infants. Methods. Twenty preterm infants with clinical and laboratory finding of EONS study group and 20 preterm infants with no signs of laboratory infection control group were enrolled this study. The subjects were preterm infants of gestational age ge 28 37 weeks in Cipto Mangunkusumo Hospital during July September 2017. Vitamin D 25 OH D levels were measured using Diasorin Liason with competitive chemilunescence immunoassay CLIA technique. Results. Median vitamin D levels with EONS was 8,95 4,10 16,30 ng mL, mean of gestational age and birth weight were 33,25 1,71 weeks and 1863,75 415,06 g, respectively. Median vitamin D levels without EONS was 11,75 5,80 42,80 ng mL, mean of gestational age and birth weight were 34,67 1,53 weeks and 2125,0 340,55 g, respectively. Median vitamin D levels of preterm infants with EONS was significantly lower than without EONS.Conclusion. Vitamin D levels are associated with EONS in preterm infants.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Reni Ratnawati
Abstrak :
Latar belakang: Status gizi dan kadar vitamin D adalah dua masalah yang menjadi sorotan di dunia karena masih banyak negara dengan kejadian status gizi yang buruk dan defisiensi kadar vitamin D pada anak termasuk negara Indonesia. Anak dengan usia dibawah lima tahun dengan berat badan normal dan pendek dapat mengalami berat badan berlebih di kemudian hari. Kadar vitamin D yang menurun pada BMI lebih tinggi menjadi kemungkinan adanya pengaruh antara kadar vitamin D dengan status gizi. Tujuan: Mengetahui korelasi antara kadar vitamin D dengan status gizi anak Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Menggunakan data dari SEANUTS II bulan September 2019 – Maret 2020. Digunakan 132 sampel pada anak usia 6-59 bulan di Indonesia yang memenuhi kriteria penelitian dengan random sampling. Hasil kadar vitamin D dari hasil pemeriksaan lab, asupan vitamin D menggunakan food recall 24 jam, dan status gizi diukur dengan Z-skor BB/TB. Kemudian dilakukan uji normalitas Kolmogorov- Smirnov dan uji korelasi Spearman. Hasil: Status gizi anak usia 6-59 bulan di Indonesia 89,4% memiliki status gizi normal.Sebanyak 88,6% anak kurang mendapatkan asupan vitamin D sesuai dengan rekomendasi AKG. Didapatkan 90,2% anak mengalami defisiensi vitamin D. Ditemukan korelasi bermakna antara asupan vitamin D dan kadar. Vitamin D (r= 0,234, nilai p=0,007). Tidak ada korelasi bermakna antara kadar vitamin D dengan Z skor BB/ TB ( r= -0,016, p=0,854). Simpulan: Tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin D dengan Z-skor BB/TB pada anak usia 6-59 bulan di Indonesia. ......Background: Nutritional status and vitamin D levels are two highlighted global problem because there are still many countries with incidence of poor nutritional status and deficiency of vitamin D in children, including Indonesia. Children under five years of age with normal weight and short can develop to overweight later in life if not treated. A decreased vitamin D level at a higher BMI is a possible influence between vitamin D levels and nutritional status. Objective: To determine the correlation between vitamin D levels and children's nutritional status Methods: This research is a cross sectional study. Using data from SEANUTS II collected from September 2019 until March 2020. A total of 132 samples children aged 6-59 months in Indonesia who met the research criteria chosen by random sampling. Vitamin D levels data from lab tests, vitamin D intake record with 24- hour food recall, and nutritional status was measured based on Z-score BW / TB. Then, performed normality test with Kolmogorov- Smirnov and correlation test with Spearman. Results: The nutritional status of children aged 6-59 months in Indonesia 89,4% had normal nutritional status. Most of the children ( 88.6% ) did not get enough vitamin D intake according to the RDA recommendation. It was found that 90.2% of children had vitamin D deficiency. There was a significant correlation between vitamin D intake and levels. Vitamin D (r = 0.234, p value = 0.007). There was no significant correlation between vitamin D levels and Z score BW / TB (r = -0.016, p = 0.854). Conclusion: There was no correlation between vitamin D levels and Z-score Weight/Height in children aged 6-59 months in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang: Rinitis alergi RA merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi tinggi pada anak. Akhir-akhir ini, kekurangan vitamin D pada anak dipercaya berhubungan dengan disregulasi sistem imun, yang berujung pada makin beratnya RA. Analisis hubungan antara kadar vitamin D dan keparahan RA diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Tujuan: 1 Mengetahui rerata kadar vitamin D pada anak dengan rinitis alergi; 2 Membandingkan rerata kadar vitamin D pada anak dengan rinitis alergi dan anak pada populasi normal; 3 Mengetahui rerata kadar 25 OH D serum sesuai dengan tingkat keparahan rinitis alergiMetode: Penelitian potong lintang pada 60 anak usia 6-18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi dan berkunjung ke RSCM dan RSI Pondok Kopi. Seluruh subyek dibagi menjadi kelompok rinitis alergi n=30 dan kontrol n=30 . Kemudian, dilakukan pemeriksaan kadar 25 OH D serum dengan cara CLIA chemiluminescence immunoassay . Kadar 25 OH D serum normal, insufisiensi, dan defisiensi lalu dihubungkan dengan RA berdasarkan lama gejala yaitu intermiten dan persisten. Hasil: Rerata kadar vitamin D pada anak dengan rinitis alergi didapatkan 17,75 SB 5,60 ng/mL. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata kadar vitamin D di kelompok RA 17,75 5,60 ng/mL dengan kelompok kontrol 19,22 6,11 ng/mL , p=0,336. Didapatkan hubungan bermakna antara rerata kadar vitamin D pada rinitis intermiten 22,82 4,59 ng/mL dengan rinitis persisten 15,22 4,19 ng/mL , p
ABSTRACT Background. Allergic rhinitis AR was a global health problem with high prevalence in children. Recently, vitamin D deficiency in children was found to have a correlation with immune system dysregulation, which leads to more severe symptoms of AR. Association between vitamin D serum level and AR incidence is needed to prevent further complications.Aim. 1 to recognize mean vitamin D serum level in children with AR 2 to compare mean vitamin D serum level in children with AR and normal children population 3 to find out mean vitamin D serum level according to severity level of AR.Methods. A cross sectional study was performed in 60 children aged 6 18 years old, who meet the inclusion criteria and visit CM hospital and Islamic Pondok Kopi hospital. All subjects were divided into 2 groups AR group n 30 and control group n 30 . Blood were taken for 25 OH D serum level examination with CLIA method. Association between 25 OH D serum level normal, insufficiency, deficiency and severity level of AR intermittent and persistent was then being analyzed.Results. Mean vitamin D serum level in children with AR was 17,75 SD 5,60 ng mL. There was no significant difference between mean vitamin D serum level in AR group 17,75 5,60 ng mL and control group 19,22 6,11 ng mL , p 0,336. Association was found between mean vitamin D serum level in intermittent rhinitis 22,82 4,59 ng mL and persistent rhinitis 15,22 4,19 ng mL , p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudistira Salwarahmadhan
Abstrak :
Latar Belakang: Defisiensi vitamin A pada kehamilan adalah masalah kesehatan di masyarakat. Namun hipervitaminosis A juga memiliki potensi teratogenik pada kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin A dan kadar vitamin A serum pada kehamilan trimester pertama. Metode: Desain penelitian adalah studi potong-lintang. Data adalah data sekunder yang diambil dari penelitian primer pada ibu hamil di Jakarta. Kadar vitamin A diperolah dari hasil pemeriksaan laboratorium. Asupan vitamin A diperoleh dari pengisian food frequency questionaire oleh responden. Data yang diperoleh diolah dengan perangkat lunak SPSS for windows v.20.0. Hasil: Hasil uji deskriptif memperlihatkan 97,4% memiliki kadar vitamin A serum yang cukup dan tidak ada subjek yang mengalami defisiensi vitamin A. Sebanyak 57,9% subjek mendapat asupan vitamin A yang memadai. Uji korelasi antara kadar vitamin A serum pada wanita hamil trimester pertama dan asupan vitamin A menunjukan nilai p 0,542. Kesimpulan: Tidak ada korelasi yang berbeda bermakna antara kadar vitamin A subjek dan asupan vitamin A. Jumlah asupan vitamin A harian pada wanita hamil trimester pertama tidak perlu diatur dengan ketat. ...... Background: Vitamin A deficiency in pregnancy is a health problem in society. However, hypervitaminosis A is also has a teratogenic potency in pregnancy, The objective of this research is to find out the relation between vitamin A intake with serum vitamin A level in Pregnant Women in 1st Trimester. Method: This is a cross-sectional study using secondary data from primary research done to pregnant women in Jakarta. The data of vitamin A intake are obtained from the food frequency questionnaire filled by the respondent. The data of serum vitamin A level are obtained by laboratory examination. The data is then analyzed by using SPSS for windows v.20.0 software. Result: The test shows that 97.4% of the subject already have appropriate serum vitamin A level and no subject suffers from vitamin A deficiency. It is also found that 57.9% of the subject have adequate vitamin A intake. Correlation test has been done on serum vitamin A level in pregnant woman in 1st Trimester and the vitamin A intake shows p value of 0.542. Conclusion: No Relation found beetween serum vitamin A level of the subject and the vitamin A intake. The amount of daily vitamin A intake in pregnant women in 1st Trimester should not be regulated strictly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Sofiyana
Abstrak :
ABSTRAK
Preeklampsia ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuri. Vitamin D diduga berperan pada pengaturan tekanan darah dengan menghambat pembentukan renin dan angiotensin II. Penelitian ini merupakan penelitian dengan disain potong lintang komparatif yang bertujuan untuk melihat perbandingan status vitamin D pada ibu hamil normal dan preeklampsia. Perempuan hamil berusia 18-40 tahun, terdiri dari 33 hamil normal dan 33 preeklampsia yang datang di poliklinik dan ruang bersalin Rumah Sakit Tarakan, Jakarta diikutsertakan dalam penelitian ini. Data umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan, paparan sinar matahari, asupan vitamin D dengan cara FFQ semikuantitatif didapatkan dengan wawancara, dan dilakukan pengukuran lingkar lengan atas dan kadar vitamin D serum. Tidak ada perbedaan yang bermakna dalam hal umur, usia kehamilan, paritas, paparan sinar matahari, asupan vitamin D, lingkar lengan atas dan kadar vitamin D serum antara hamil normal dengan preeklampsia.Asupan vitamin D lebih rendah dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan pada hamil normal maupun preeklampsia. Defisiensi vitamin D terlihat pada 50% preeklampsia dan 33% hamil normal. Kesimpulan: kadar vitamin D serum tidak berbeda bermakna pada hamil normal maupun preeklampsia.
ABSTRACT
Preeclampsia is a condition with high blood pressure and proteinuria during pregnancy. Vitamin D plays a role in the regulation of blood pressure by inhibiting renin and angiotensin II formation. This study was a comparative crosssectional study aiming to compare serum vitamin D concentration among normal pregnancy and preeclampsia. Pregnant women aged 18-40 years,were recruitedconsisting of 33 subjects with normal pregnancy and 33 subjects with preeclampsia. Data on age, gestational age, parity, education , MUAC, vitamin D intake using semi-quantitative FFQ, sun exposure and serum vitamin D concentration were assessed. There were no significant differences of age, gestational age, parity, education, vitamin D intake, sun exposure, MUAC and serum vitamin D concentration between normal and preeclamptic pregnancy. In both groups, vitamin D intake was lower than recommended dietary allowance. Half of preeclampsia suffered from vitamin D deficiency, while it was only 33% among normal pregnancy. Conclusion: serum vitamin D was not different among normal pregnancy and preeclampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library