Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riesma Tasomara
"Biokomposit kalsium fosfat merupakan kandidat material untuk rekayasa jaringan tulang karena bersifat osteokonduktif dan biokompatibel. Sintesis dengan metode presipitasi basah telah banyak dilakukan untuk memperoleh komposit kalsium fosfat-kolagen. Akan tetapi, metode presipitasi basah membutuhkan waktu reaksi yang lama untuk memperoleh biokomposit. Berbagai metode dilakukan untuk membantu proses presipitasi kalsium fosfat diantaranya dengan bantuan iradiasi microwave. Iradiasi microwave telah dilaporkan dapat mempercepat proses presipitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh daya dan waktu iradiasi microwave serta pengaruh perbedaan konsentrasi karbonat terhadap proses pertumbuhan kristal kalsium fosfat karbonat pada kolagen. Kalsium fosfat karbonat berhasil ditumbuhkan pada kolagen dengan metode presipitasi berbantukan iradiasi microwave. Kolagen berbentuk lembaran direndam ke dalam suspensi kalsium fosfat karbonat yang telah dipreparasi dengan menggunakan Ca(NO3)2.4H2O, (NH4)2HPO4, and NaHCO3 sebagai prekursor. Variasi konsentrasi NaHCO3 yaitu 0,015 M, 0,06 M, dan 0,24 M. Selanjutnya, sampel diiradiasi dengan microwave pada daya 180 Watt, 270 Watt, and 360 Watt selama 2 menit, 8 menit , dan 16 menit. Sebagai kontrol, presipitasi kalsium fosfat karbonat pada kolagen dilakukan tanpa iradiasi microwave dengan menginkubasi sampel selama 24 jam pada suhu 36oC. Hasil XRD menunjukan fasa amorf yang berasal dari kolagen dan fasa kristalin kalsium fosfat karbonat. Fasa mineral kalsium fosfat yang teramati adalah fasa dikalsium fosfat dan apatit karbonat. Spektrum FTIR menunjukan puncak gugus fungsi kolagen teramati dengan jelas mengalami overlapping dengan spektrum FTIR gugus fungsi ion fosfat dan ion karbonat. Gugus fungsi kolagen muncul pada bilangan gelombang 3320-1230 cm-1. Kehadiran apatit karbonat pada sampel ditandai dengan pita bilang gelombang ion fosfat yang muncul di sekitar 1039 cm-1, 563 cm-1, dan 526 cm-1 dan ion karbonat di sekitar 826 cm -1. Puncak pada 875-878 cm -1 mengindikasikan pembentukan ion hidrogen fosfat yang merupakan gugus fungsi dikalsium fosfat. Pada mikrograf SEM, kalsium fosfat karbonat teramati menempel dan terdeposit pada kolagen. Nilai Ca/P 1,30-1,49 menunjukan fasa apatit karbonat sedangkan nilai Ca/P pada rentang 0,84-1,17 menunjukan fasa dikalsium fosfat dihidrat.

Calcium phosphate biocomposites are candidate material for bone tissue engineering due to their conductivity and biocompatibility. Calcium phosphate could be grown on collagen by precipitation method in long reaction time. Microwave irradiation is rapid method to assist precipitation by reducing reaction time. In order to study calcium phosphate carbonate crystal growth on collagen in different carbonate content and investigate the influence of microwave irradiation power and time on crystal growth process, the calcium phosphate carbonate-collagen has been synthesized by microwave assisted precipitation method. Collagen sheets were soaked in carbonated calcium phosphate suspension prepared by using Ca(NO3)2.4H2O, (NH4)2HPO4, and NaHCO3 as starting materials. The variations of carbonate content are 0.015 M, 0.06 M, and 0.24 M. Then, sample irradiated by microwave at 180 Watt, 270 Watt, and 360 Watt for 2 minutes, 8 minutes, and 16 minutes. As a control, calcium phosphate carbonate precipitation in collagen was carried out without microwave irradiation by incubating the sample for 24 hours at 36oC. XRD results showed an amorphous phase derived from collagen and the calcium phosphate carbonate crystalline phase. The observed calcium phosphate mineral phase are dicalcium phosphate and apatite carbonate. FTIR spectra show the peaks of the collagen functional group overlapping with the peaks of phosphate groups and carbonate groups. FTIR spectra show the range of wavenumber (3320-1230 cm-1) indicating the presence of collagen. Phosphate bands appear in typical peaks at 1039 cm-1, 563 cm-1, and 526 cm-1 while peaks at 875-878 cm -1 indicate formation of hydrogen phosphate ions. Carbonate peak appears at 826 cm -1. Scanning electron micrograph showed the presence of collagen with pore and the calcium phosphate carbonate could attach and be deposited onto collagen. The value of Ca / P in the range of 1.30-1.49 indicates the apatite carbonate phase while the value of Ca / P in the range 0.84-1.17 shows the phase of dicalcium phosphate dihydrate."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T51743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsianti Juwita Sujana
"Dilakukan penelitian pembuatan biomaterial komposit polimer-kalsium fosfat karbonat. Polimer matriks terbuat dari reaksi kering sodium chloroacetate pada suhu 192°C yang menghasilkan polyglycolide yang berpori. Larutan kalsium fosfat karbonat ditumbuhkan pada matriks polyglycolide dengan cara presipitasi. Sampel dibuat dengan berbagai macam perbandingan konsentasi PO4 3- : CO3 2- : Ca2+.
Kemudian hasil presipitasi di analisa dengan difraksi sinar X untuk identifikasi fase dan pengamatan morfologi dilakukan dengan scanning electron microscopy (SEM). Hasil karakterisasi XRD menunjukkan apatit karbonat tipe A, apatit karbonat tipe B, hidroksiapatit, dan NaCl hadir dalam komposit polimer-kalsium fosfat karbonat.
Hasil mikrogaf SEM menunjukkan kristal hidroksiapatit dan apatit karbonat tumbuh disamping matriks polyglicolide . Kemudian untuk mengetahui pengaruh ion Mg2+ pada pertumbuhan kristal apatit dilakukan penambahan ion Mg2+ pada sebagian sampel. Hasil yang diperoleh adalah yang mengandung fase amorf maupun fase kristal kalsium fosfat karbonat berasal dari larutan encer dengan tambahan ion CO3 2- dan Mg2+ dan hasil yang sama dapat diperoleh dari larutan yang relatif lebih kental namun hanya dengan tambahan karbonat.

Precipitation of calcium phosphate carbonate at polymer Porous Polyglycolide have been done. Matrix polymer make from dry reaction sodium chloroacetate at 1920 C and result porous polyglycolide. Solution calcium phosphate carbonate grows at matrix polyglycolide with precipitation. Samples make with variation concentration PO4 3- : CO3 2- : Ca2+.
Afterwards result from precipitation on analyze with X-ray diffraction (XRD) for fase identification and for monitoring morfology analyze with Scanning electron microscopy (SEM). Result caracteristic XRD show apatite carbonate tipe A, apatite carbonate tipe B, hydroxyapatite and NaCl be present at composite polimer calcium phosphate carbonate. Result micrograph SEM show crystal hydroxyapatite grows at matrix polyglycolide. Last for know influence ion Mg2+ at grow cristal apatite add Mg2+ at a part samples.
The result sample contain fase amorf and fase crystal calsium phosphate carbonate come from liquid of solution with added ion CO3 2- and Mg2+ and the same result from thick of solution but only with added carbonate.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revina Anastasia Sabrina
"Hidroksiapatit (HA) adalah kalsium fosfat dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 yang terkandung dalam tulang manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi daya dan waktu iradiasi gelombang mikro (microwave) dalam mensintesis HA. Proses sintesis dilakukan dengan menambahkan di-ammonium hidrogen fosfat ke dalam larutan kalsium hidroksida. Karakterisasi sampel dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar-X (XRD), Fourier-transform infrared (FTIR), scanning electron microscopy dan energy dispersive x-ray spectroscopy (SEM-EDX). Peningkatan daya dan waktu iradiasi menyebabkan meningkatnya kristalinitas dan ukuran kristalit. Parameter kisi kristal yang diperoleh memiliki tingkat keakuratan yang tinggi terhadap data HA dari International Center for Diffraction Data PDF No. #9-432. Hasil FTIR menunjukkan adanya kandungan gugus fungsional OH-, PO43-, air, dan karbonat di dalam sampel. Rasio akhir antara konsentrasi kalsium dengan fosfat diperoleh sebesar 1.62. Ukuran partikel mencapai 133.739 nm dengan morfologi yang menyerupai lempeng pendek dan panjang.

Hydroxyapatite (HA) is a calcium phosphate with a chemical bond of Ca10(PO4)6(OH)2which is contained in human bones. The aim of this work is to know the effect of the variation in power and time of the microwave irradiation in synthesizing HA. The synthesis process was done by adding di-ammonium hydrogen phosphate into calcium hydroxide solution. The characterization of the samples was carried out using x-ray diffraction (XRD), Fourier-transform infrared (FTIR), scanning electron microscopy and energy dispersive x-ray spectroscopy (SEM-EDX). The increment of the irradiation power and time resulted in the enhancement of the crystllinity and crystallite size of the sample. The lattice parameter of the samples is found to have high accuracy when compared with the HA data from the International Center for Diffraction Data PDF No. #9-432. The FTIR result shows that the samples contained functional groups of OH-, PO43-, water, and carbonat. The final ratio between calcium and phosphate is 1.62. The particle size reached 133.739 nm with the morphology of the samples resembles long and short platelets."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Jeanny Oetama
"Penuaan merupakan proses alami dimana kandungan kolagen akan menurun dan menyebabkan menurunnya kekuatan tulang dan kandungan mineral tulang akibat meningkatnya aktivitas resorpsi tulang oleh sel osteoklas. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan trikalsium fosfat Ca3 PO4 2 pada Rattus norvegicus yang defisiensi kalsium untuk mengamati kandungan mineral tulangnya. Terdapat pula perlakuan berupa pakan mengandung Ca3 PO4 2. Analisa terhadap mineral tulang dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared FTIR , X-Ray Diffraction XRD , dan Scanning Electron Microscopy SEM . Nilai intensitas rata-rata dan median dari histogram citra SEM antara kelompok tikus yang diberi pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dengan tikus yang defisiensi kalsium menunjukkan perbedaan jumlah rongga tulang trabekularnya. Hasil XRD menunjukkan terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik dengan penggunaan pakan mengandung kolagen dan Ca3 PO4 2 dibandingkan Ca3 PO4 2 saja. Terpisahnya bidang 112 dan 300 secara lebih baik menunjukkan pertumbuhan kristal apatit karbonat yang lebih cepat. Spektrum FTIR dari grup tersebut menunjukkan perbaikan pada gugus fosfat 590-650 cm-1 dan sekitar 1.100 cm-1 dan gugus karbonat 1.350-1.600 cm-1 . Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan pemberian pakan yang mengandung kolagen dan kalsium fosfat pada tikus yang mengalami defisiensi kalsium mampu memperbaiki kondisi mineral tulang dengan lebih baik daripada pakan yang mengandung kalsium fosfat saja.

Aging is a naturally occurring process in which collagen content will decrease and cause decreased of bone strength and bone mineral content due to increased activity of bone resorption by osteoclast cells. Therefore, This research was conducted by using feed containing collagen and tricalcium phosphate Ca3 PO4 2 fed to calcium deficient Rattus norvegicus to observe mineral in rat bones. In addition, there was group of calcium deficient rats fed with Ca3 PO4 2. The analysis of bone mineral was done using Fourier Transform Infrared FTIR , X Ray Diffraction XRD , and Scanning Electron Microscopy SEM . The mean and median intensity values of the SEM images histogram between rat fed with collagen and Ca3 PO4 2 and calcium deficient rat showed differences in the number of trabecular bone cavities. The XRD analysis showed there was better separation of plane 112 and 300 in the rats fed with collagen and Ca3 PO4 2 compared to Ca3 PO4 2 only. The better separation plane showed the faster growth of apatite carbonate. FTIR spectrum of that group showed enhancement of phosphate groups 590 650 cm 1 and about 1,100 cm 1 and carbonate groups 1.350 1.600 cm 1 . Thus, the result of this study showed the feed containing collagen and Ca3 PO4 2 given to calcium deficient rats improved bone mineral condition better than Ca3 PO4 2 only."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T51206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Amanda Purnamasari
"Bifasik kalsium fosfat (BCP) gabungan dari hidroksiapatit (HA) material bioaktif dengan ꞵ-Trikalsium Fosfat (ꞵ-TCP) material yang mudah diserap (resorbable). Karenanya, BCP mempunyai tingkat degradasi dan sifat osteokonduktif yang tinggi, sehingga berpotensi besar sebagai bahan pengganti tulang. Namun, BCP bersifat rapuh. Untuk memperbaiki sifat rapuh ini, BCP dikompositkan dengan kolagen karena kolagen mampu memperbaiki sifat BCP yang rapuh. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis komposit BCP/Kolagen dengan metode presipitasi basah secara ek-situ dengan rasio BCP/Kolagen: 90/10; 80/20 dan 70/30 (wt.%). BCP disintesis menggunakan iradiasi gelombang mikro 720 W selama 45 menit. BCP yang dihasilkan akan disintesis menjadi komposit BCP/Kolagen. Hasil XRD BCP murni menunjukkan adanya dua fasa yaitu HA (25%) dan β-TCP (75%). Kolagen berasal dari biowaste berupa GIL ayam. Hasil FTIR kolagen GIL memperlihatkan adanya gugus fungsional khas kolagen pada bilangan gelombang 3280 cm-1 (amida A), 2963 cm-1 (amida B), 1648 cm-1 (amida I), 1451 cm-1 (amida II), dan 1241 cm-1 (amida III). Sementara, hasil XRD komposit BCP/Kolagen menunjukkan terbentuknya fasa β-TCP, fasa HA, dan fasa impuritas oxyapatite dan phosphorous oxide pada semua variasi komposit BCP/Kolagen. Gugus fungsional khas (OH-), (PO43-) dan (N-H) hadir pada semua variasi terlihat pada hasil FTIR menandakan bahwa BCP dan kolagen telah berikatan. Hasil SEM memperlihatkan semakin banyak kandungan kolagen maka semakin kecil ukuran partikel yang terbentuk.

Biphasic calcium phosphate (BCP) is a combination of hydroxyapatite (HA) bioactive material with ꞵ-Tricalcium Phosphate (ꞵ-TCP) resorbable material. Therefore, BCP has a high level of degradation and osteoconductive properties, so it has great potential as a bone substitute. However, BCP is brittle. To improve this brittle nature, BCP combined with collagen because collagen can improve the brittle nature of BCP. This study aims to synthesize BCP/Collagen composites by wet precipitation ex-situ method with BCP/Collagen ratio: 90/10; 80/20 and 70/30 (wt.%). BCP was synthesized using microwave irradiation with 720 W power for 45 minutes and have two phases, namely HA (25%) and ꞵ-TCP (75%) from XRD results. The resulting BCP will be synthesized into BCP/Collagen composites. The collagen used was derived from biowaste of the inner layer of chicken gizzard (GIL). FTIR results of GIL collagen showed the presence of functional groups typical of collagen at wavenumbers 3280 cm-1 (amide A), 2963 cm-1 (amide B), 1648 cm-1 (amide I), 1451 cm-1 (amide II), dan 1241 cm-1 (amide III). Meanwhile, XRD results of BCP/Collagen composites showed the formation of ꞵ-TCP phase, HA phase, oxyapatite and phosphorous oxide impurities in all variations of BCP/Collagen composites. The characteristic functional groups (OH-), (PO43-) and (N-H) were present in all variations seen in the FTIR results indicating that BCP and collagen had bound. SEM results show that more collagen content the smaller the particle size formed, where the smallest particle size is owned by BCP/30 sample of 26.170 μm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Cahaya
"Latar Belakang: Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena aliran darah ke jantung tersumbat akibat aterosklerosis. Dental kalkulus terjadi sebagai konsekuensi supersaturasi saliva terutama oleh kalsium fosfat. Peningkatan kadar kalsium dalam saliva adalah kharakteristik periodontitis. Hipotesis yang penting dalam kardiologi adalah infeksi kronik berkontribusi pada aterosklerosis.
Tujuan: Menganalisis keterkaitan antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Metode: Pemeriksaan Kalkulus Indeks pada 60 subjek penderita PJK dan 40 subjek kontrol serta pengambilan sampel saliva dan darah yang kemudian dianalisis di Laboratorium Klinik.
Hasil: Tidak terdapat korelasi bermakna dengan p>0,05 antara kadar kalsium dan fosfat terhadap akumulasi kalkulus pada PJK dan non PJK.
Kesimpulan: Kadar kalsium dan fosfat dalam saliva dan darah penderita PJK tidak berhubungan dengan akumulasi kalkulus. Penelitian lebih jauh perlu dilakukan.

Background: Coronary Artery Disease (CAD) or Coronary Heart Disease (CHD) is a disease that happened because of blood flow being blocked by atherosclerosis. Dental calculus had happened as a consequence of saliva supersaturation by calcium and phosphate. Increasing salivary calcium levels is characteristic of periodontitis patients. An important hypothesis in Cardiology is chronic infections contribute in atherosclerosis.
Objective: To analyse the correlation between calcium and phosphate levels to calculus accumulation on CHD patients.
Method: Calculus index examination on 60 CHD patients and 40 non CHD patient. Collecting saliva and blood serum and then be analysed.
Result: Correlation analysis between calcium and phosphate levels with calculus accumulation in patients with CHD and non-CHD showed no significant p value, p> 0.05.
Conclusion: There are no correlation between calcium levels and phosphate levels with calculus accumulation in CHD patients. Further research need to be done.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Della Rachma Tresnasari
"Hidroksiapatit HA dan ?-trikalsium fosfat TCP , yang merupakan fasa dari kalsium fosfat, memiliki sifat biokompatibilitas yang baik dan struktur kimia yang sejenis dengan komponen anorganik pada tulang dan gigi. HA dan TCP berperan dalam pembentukan biphasic calcium phosphate BCP. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variasi suhu dan atmosfer pemanasan terhadap morfologi, stuktur kristal, dan ikatan gugus fungsi dari serbuk kalsium fosfat. Pemanasan kalsium fosfat dilakukan pada suhu 800°C dan 900°C, masing-masing dalam udara ambien dan argon. Kalsium fosfat tanpa pemanasan digunakan sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah pengamatan dengan Transmission Electron Microscopy TEM , pengujian X-Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, dan Differential Scanning Calorimetry DSC. Fasa HA dan TCP terbentuk pada suhu pemanasan 800°C dengan kedua kondisi atmosfer karena terjadi reduksi ikatan CO32-. Serbuk kalsium fosfat menunjukkan kristalinitas yang paling baik setelah mengalami pemanasan pada suhu 900 ?C dengan atmosfer argon. Pembentukan fasa ?TCP secara keseluruhan terjadi pada suhu 900°C pada kedua atmosfer karena terjadi pembentukan ikatan C-H dan C=O serta reduksi ikatan OH-.

Hydroxyapatite HA and tricalcium phosphate TCP , which are the phases of calcium phosphate, have a good biocompatibility and similarity in chemical structure with inorganic components found in teeth and bones. HA and TCP have a role in forming biphasic calcium phosphate BSC. This research was aimed to identify the effects of using varied temperatures and atmospheres in heat treatment to study the morphology, crystalline structure, and bonds of functional group of calcium phosphate powder. The heat treatment of calcium phosphate was conducted at the temperature of 800°C and 900°C, both in ambient air and argon atmmospheres. As received calcium phosphate without heat treatment was used as comparison. The characterizations performed were Transmission Electron Microscopy TEM, X Ray Diffraction XRD, Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, and Differential Scanning Calorimetry DSC. The phases of HA and TCP were formed at the temperature of 800 C in both atmospheric conditions because of the reduction of CO32 bond. Calcium phosphate powder exhibited the highest crystallinity encountered at the temperature of 900°C in argon atmosphere. The form of TCP was occurred at 900 C in both atmospheric conditions because the forming of C H and C O bond along the reduction of OH bond."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ahmiatri Saptari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Riastuti Iryaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang : Penggunaan konsentrasi kalsium dialisat ([Ca-D]) masih kontroversi. Di Indonesia masih digunakan [Ca-D] yang berbeda-beda antara 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. Studi DOPPS mendapatkan kegagalan dalam pencapaian kadar kalsium (Ca), fosfat (PO4), produk CaxP dan hormon paratiroid (HPT) sesuai yang ditargetkan K/DOQI dan semua penyebab risiko mortalitas secara signifikan berhubungan dengan tingginya [Ca]-D

Tujuan : Mengetahui perbedaan kadar Ca darah, PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah.
Metode : Penelitian adalah studi potong lintang analitik dilakukan di Unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi RS Cipto Mangunkusumo, Jumlah subyek 46 orang. Dua puluh tiga pasien menggunakan [Ca]-D rendah (1,25 mmol/L) dan 23 pasien menggunakan [Ca]-D tinggi (1,85 mmol/L). Penelitian dilakukan Oktober 2013 ? Mei 2014. Analisis statistik dengan uji Mann Whitney dan uji Chi square. Menggunakan SPSS 20.0.
Hasil : Sebanyak 46 pasien, terdiri dari 25 laki-laki dan 21 perempuan, dengan rerata usia 50,87 + 12,74 tahun. Lama HD 45,50 (6-168 bulan). Subyek penelitian yang mencapai target kontrol metabolisme sesuai panduan K/DOQI 2002 pada [Ca]-D rendah : Ca terkoreksi, PO4, produk Ca xPO4, dan HPT yang mencapai target sebanyak 8(34,8%), 10(43,5%), 15(65,2%) dan 2(8,7%) pasien. Pada [Ca]-D tinggi didapatkan 10(43,5%), 8(34,8%), 15(65,2%), 8(34,8%) pasien. Penelitian kami mendapatkan dengan [Ca]-D tinggi hasil lebih baik, hal ini tidak sama dengan hasil penelitian DOPPS. Berbeda dengan PO4 yang hasilnya lebih baik dengan [Ca]-D rendah, namun hasil kami juga lebih baik dari penelitian DOPPS. Hasil pada HPT lebih buruk pada [Ca]-D rendah dibandingkan DOPPS, hal ini mungkin disebabkan kami tidak menggunakan vitamin D untuk mengatasi hiperparatiroid sekundernya. Kalsifikasi vaskular dengan metode KAA pada [Ca]-D tinggi sebanyak 13(48,1%) sedangakan pada [Ca]-D rendah sebanyak 14(51,9%). Dengan metode KAAb pada [Ca]-D tinggi didapatkan kalsifikasi sebanyak 16(47,1%) dan pada [Ca]-D rendah didapatkan 18(52,9%) kalsifikasi.
Simpulan : Terdapat perbedaan kadar Ca, PO4, produk Ca x PO4, HPT dan kalsifikasi vaskular, pada penggunaan [Ca]-D tinggi dan rendah, tetapi yang berbeda bermakna hanya Ca dan HPT.


ABSTRACT
Background : The use of calcium dialysate is still controversial. In Indonesia, the dose for [Ca-D] still varies between 1,25 mmol/L ? 1,85 mmol/L. DOPPS study shows failure in achieving optimal calcium, phosphate as well as parathyroid hormone level in the blood as targetted by K/DOQI and is related to significantly increased mortality and is closely related with increased [Ca]-D.
Aim : Evaluate the difference in Serum Ca, PO4, PTH levels and vascular calcification in concentrations of [Ca]-D high and low.
Methods : This is a cross sectional study done in Hemodialysis unit in Nephrology Division of Cipto Mangunkusumo hospital. Total subject recruited was 46 patients, 23 patient using low concentration [Ca]-D (1.25 mmol/L) and 23 patients using high concentration [Ca]-D (1.85mmol/L). Research was conducted in October 2013 until May 2014. Analysis was performed using Mann Whitney test and Chi Square, statistical analysis was done using SPSS 20.0.
Result : A total of 46 patients consisting of 25 men and 21 women, with mean age of 50,87 + 12,74 years. Mean length of Dialysis was 45,50 months (6-168 months). Subjects using low concentration [Ca]-D who reached target concentration according to K/DOQI consisted of : corrected Ca in 8 (34,8%) patients while in high concentration [Ca]-D consisted of 10(43,5%) patients, better than DOPPS study. In terms of phosphate levels, low concentration [Ca]-D achieved target PO4 level in 10(43,5%) patients while high concentration [Ca]-D achieved target in 8(34,8%) patients. Corrected Ca x PO4 target levels were obtained equally in both groups which was 15(65,2%) patients. Target PTH level was achieved in low concentrated [Ca]-D up to 2(8,7%) patients, very low may be caused we did not use vitamin D and 8(34,8%) patients in high concentrated [Ca]-D. Vascular calcification using KAA method showed incidence of 13(48,1%) in high concentrated [Ca]-D and 14(51,9%) in low concentrated [Ca]-D group. On the other hand, KAAb methods revealed calcification of 16(47,1%) in high concentrated [Ca]-D and 18(52,9%) calcification in low concentrated [Ca]-D.
Conclusion : There is a difference in Ca, PO4, Ca X PO4 product serum level and vascular calcification in high and low [Ca]-D in both group however, statistically significant difference was found only in serum Ca and PTH levels."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library