Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitrianti
"Kualitas pelayanan keperawatan ditentukan oleh kualitas tenaga perawat yang memberikan asuhan langsung kepada pasien. Perawat di kamar operasi memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik untuk memastikan pemberian asuhan keperawatan di kamar operasi aman dan berkualitas. Mentoring merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam praktek keperawatan professional. Program mentoring dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi perawat di kamar operasi. Program mentoring dilakukan oleh perawat berpengalaman diatas lima tahun, dengan tingkat pendidikan Ners, dan pernah mengikuti pelatihan preseptorship dan bedah lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan metode mentoring terhadap kompetensi perawat di kamar operasi RS X. Metode penelitian yang digunakan yaitu pre eksperimen dengan pemberian intervensi berupa program mentoring kepada perawat di kamar operasi selama satu bulan dan jumlah sampel sebanyak 15 perawat. Instrumen yang digunakan yaitu Perceived Perioperative Competence Scale Revised (PPCSR) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti yang berisi 43 pernyataan dengan menggunakan skala Likert 1-5. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nilai rata-rata kompetensi perawat di kamar operasi sebelum dan setelah intervensi berupa program mentoring selama satu bulan sebesar 24,933 dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05) dengan perbedaan nilai rata-rata tertinggi yaitu pada dimensi pengetahuan dan keterampilan dasar kamar operasi sebesar 7,867. Kesimpulan dari penelitian ini program mentoring yang dilakukan selama satu bulan dapat meningkatkan kompetensi perawat di kamar operasi. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu dengan menambahkan kelompok kontrol dalam penelitian dan penggunaan jumlah sampel yang lebih besar.
......The quality of nursing services is determined by the quality of the nurses who provide direct care to patients. Nurses in operating rooms need good knowledge, skills and attitudes to ensure safe and quality nursing care in operating rooms. Mentoring is a learning method that can be used in professional nursing practice. The mentoring program in this study aims to improve the competence of nurses in the operating room. The mentoring program is carried out by nurses with experience of more than five years, with a Nurse education level, and have attended preceptorship and advanced surgery training. This study aims to see the effect of implementing the mentoring method on the competence of nurses in the operating room of X Hospital. The research method used was pre-experimental with the provision of an intervention in the form of a mentoring program to nurses in the operating room for one month and a total sample of 15 nurses. The instrument used is the Perceived Perioperative Competence Scale Revised (PPCSR) which has been modified by researchers which contains 43 statements using a Likert scale of 1-5. The results showed that there was a difference in the average competency score of nurses in the operating room before and after the intervention in the form of a one-month mentoring program of 24.933 with a p value < 0.001 (α = 0,05) with the difference in the highest average score in the dimensions of knowledge and skills operating room basis of 7.867. The conclusion from this study is that a mentoring program that is carried out for one month can improve the competence of nurses in the operating room. Suggestions for further research are to add a control group to the study and use a larger sample size."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynaldi Fattah Zakaria
"Latar belakang: Semasa Pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan RSKD Duren Sawit menjadi rumah sakit rujukan untuk merawat pasien COVID-19. Dan pada tahun 2022, RSKD Duren Sawit telah resmi mengadakan layanan kamar operasi. Akibat urgensi permintaan layanan kamar operasi yang lebih lengkap, penentuan tarif kamar operasi dilakukan dengan mengadaptasi tarif RSUD lain dan Peratuan Gubernur DKI Jakarta. Terdapat selisih biaya yang sangat besar antara tarif rumah sakit dan tarif klaim INA-CBGs, khususnya pada tindakan debridemen bedah yang dilakukan di kamar operasi. Salah satu faktor yang menyebabkan selisih biaya adalah belum ditetapkannya tarif tindakan debridemen berdasarkan komponen biaya satuan (unit cost). Tujuan: Mengetahui unit-cost debridemen di kamar operasi sesuai dengan biaya per-aktivitas. Metode: Desain penelitian ini adalah cohort retrospective. Aktivitas tindakan debridemen dikumpulkan melalui pengamatan langsung dan laporan operasi pasien. Kemudian melakukan perhitungan unit cost berdasarkan activity-based costing. Hasil: Unit cost tindakan debridemen dengan anastesi TIVA adalah Rp. 3.189.185, dengan anastesi spinal adalah Rp. 3.169.460, dan dengan anastesi blok perifer adalah Rp. 3.305.072. Kesimpulan: Hasil perhitungan unit cost lebih rendah dibandingkan tarif rumah sakit untuk tindakan debridemen leher dan mediastinitis. Namun untuk tindakan debridemen oleh bedah umum dan bedah mulut, unit cost lebih tinggi.
......Background: During the COVID-19 Pandemic, The Government of DKI Jakarta established the Duren Sawit RSKD as a referral hospital to treat COVID-19 patients. And in 2022, RSKD Duren Sawit has officially held operating room services. Due to the urgency demand for more complete operating room services, the determination of operating room rates is carried out by adapting the other hospitals and The Governor Regulation of DKI Jakarta. There is a huge difference in costs between the hospital rates and the INA-CBGs claim rates, especially for surgical debridement performed in the operating room. One of the factors causing the difference is the undetermined cost for debridement based on the unit cost component. Objective: Knowing the unit-cost debridement in the operating room according to the cost per activity. Methods: The study design was a retrospective cohort. Debridement action activities were collected through direct observation and patient operation reports. Then perform unit cost calculations based on activity-based costing. Results: The unit cost of debridement with TIVA anesthesia is Rp. 3.189.185, with spinal anesthesia is Rp. 3.169.460, and with peripheral block anesthesia is Rp. 3.305.072. Conclusion: The unit cost calculation results are lower than hospital rates for neck debridement and mediastinitis. However, for debridement by general surgery and oral surgery, the unit cost is higher."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putsep, Ervin
London: Lloyd-Luke (Medical Books), 1973
725.51 PUT p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Rosalina Afif
"ABSTRAK
Kamar operasi dapat dijadikan andalan pendapatan bagi rumah sakit bila dikelola dengan baik dan profesional. Kesulitan dalam pengelolaan kamar operasi, lebih banyak disebabkan karena kegiatan pelayanan di kamar operasi pada pelaksanaannya merupakan padua dan interaksi dari berbagai disiplin ilmu dan profesi
Kamar operasi di Rumah Sakit Bhakti Yudha dibentuk berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 terdiri atas dua shift yaitu jam 07.00-14.00 dan jam 13.00-20.00.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambarn tentang utilisasi kamar operasi dan variabel-variabel yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi yang diukur dengan melihat waktu pelaksanaan operasi terhadap kesesuaian jam kerja yang berlaku yang sesuai dengan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92.
Model penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan analisis deskripti dan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh tindakan operasi yang dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum, Kebidanan dan Kandungan serta UPF Ortopedi selama bulan April-Mei 1997, sedangkan sampel penelitian adalah tindakan operasi yang dilaksanakan oleh ketiga UPF tersebut dengan berkas rekam medi yang diisi lengkap.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan operasi yang sesuai jam kerja yaitu pada jam 14.00-20.00 jauh lebih besar bila dibandingkan jam-jam yang lain dan pelaksanaan operasi [ada jam kerja 07.00-14.00 merupakan yang paling sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan yang lainnya. Bila dilihat jenis operasinya terlihat bahwa lebih dari 70% merupakan operasi elektif dan bila dilihat unit pelaksana operasi terlihat bahwa 62% operasi dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum sedangkan bila dilihat status ketenagaan ahli bedah terlihat bahwa 85% operasi dilaksanakan oleh tenaga tamu. Dari uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan tingkat utilisasi kamar operasi didapatkan hasil sebesar 15,2% yang bila dibandingkan dengan referensi yang ada, tingkat utilisasi ini masih sangat kurang.
Saran yang dikemukakan adalah dalam menyusun jadwal perencanaan operasi (operasi elektif) sebaiknya disesuaikan dengan jam kerja yang berlaku di kamar operasi, yang perlu ditunjang dengan pengangkatan ahli bedah umum sebagai tenaga tetap.

ABSTRACT
Operating room can be an important source of income for hospital given that it professionaly managed. The difficulty in managing operating room comes from the fact it requires the interaction of various proffessions.
The operating room of Bhakti Yudha Hospital, which was established under a decree "SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92, provides facilities and menpower required by an executing function unit to conduct surgery. BY decree the working hour of the operating room consist of two shift, the first shift is 07:00-14:00 and the second shift is 13:00-20:00.
The Purpose of this research is to describe utilization level the operating room and to identify the variables that influence the utilization level. The utilization level is measured by looking at the conformity between the implementation of aurgery and the time shift determined by the decree
The model used in this research is cross sectional using descriptive analysis and a retrospective approach. The population of the study is all surgeries conducted by the General Surgery, Obstetrics and Gynecology and Orthopedics between April to May 1997. The sample used is all surgery conducted by the three units with completed medical record.
This study shows that surgery task carried out betweeb 14:00-20:00 has the best time conformity, and the number of surgery tasks between 07:00-14:00 is the highest compare to other hours. More than 70% of all surgeries are elective surgery and 62% of all surgeries are carried out by the General Surgery. By the status of the surgeon, 85% surgery is conducted by visiting surgeon. Statistical test shows that ther is a siginificant correlation between the dependent and independent variables except for the operating duration. Utilization level of operating room is 15.2%, which is lower than the reference utilization level.
It is recommended that in planning operation the schedule should be in conformity with the time schedule of the operating room and shoul be supported by fulltime surgeon."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Mu'tiyah
"Utilisasi kamar operasi merupakan bagian yang penting dalam proses pelayanan di rumah sakit, oleh karena itu kinerja di kamar operasi yang memadai dapat berpengaruh terhadap kualitas mutu pelayanan Rumah Sakit. Keterlambatan pelayanan operasi elektif tentunya akan membuat kualitas mutu pelayanan di kamar operasi menjadi menurun, padahal kamar operasi sebagai salah satu unit di rumah sakit yang memiliki peran strategis dalam meningkatkan mutu pelayanan secara keseluruhan. Dengan menggunakan metode Lean Six Sigma dengan pendekatan DMAIC penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui alur prosedur pelayanan di kamar operasi RSUD Cilegon, selain itu teridentifikasi value added, non-value added dan waste yang terjadi pada pelayanan di kamar operasi sehingga didapatkan faktor penyebab waste yang terjadi melalui analisis kemudian ditemukan rekomendasi usulan perbaikan yang sesuai dengan masalah yang teridentifikasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data yang didapatkan melalui pengamatan dan pencatatan waktu keterlambatan operasi elektif di RSUD Cilegon, serta menggali informasi secara mendalam dan rinci kepada informan baik informan dalam maupun pasien penerima layanan operasi elektif di RSUD Cilegon dan melakukan telaah dokumen. Dilakukan observasi dan wawancara mendalam terhadap 20 pasien yang menjalani operasi elektif di RSUD Cilegon di shift yang berbeda – beda setiap harinya. Pemilihan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, dan kemudian dilakukan wawancara kepada pasien sehingga didapatkan value perspektif customersesuai dengan prinsip metode Lean Six Sigma. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapat faktor penyebab adanya keterlambatan pelayanan operasi elektif menggunakan fishbone diagram yang dikelompokkan ke dalam kategori Man, Machine, Method, Money dan Environment sehingga penyebab masalah yang teridentifikasi dapat dirumuskan prioritas usulan perbaikan yang sesuai dan perlu dilakukan. Hasil penelitian yang dilakukan di bulan Mei-Juni 2023 didapatkan rata-rata total value added pada proses persiapan hingga pelayanan operasi elektif di RSUD Cilegon yaitu selama 40,8 menit atau sebesar 27,36% dari total waktu yang dihabisakan oleh pasien yang menjalani persiapan hingga dilakukan pembedahan. Sedangkan rata-rata total non-value-added yang didapatkan adalah selama 108,3 menit atau sebanyak 72,64% dari total waktu yang dihabiskan pasien sejak persiapan dan konsultasi hingga pasien mendapatkan pelayanan operasi. Beberapa faktor yang menjadi penyebab adanya non-value added dan waste yang terjadi adalah kegiatan menunggu pemanggilan dari kamar operasi, keterlambatan dokter operator dan anestesi yang masih melakukan praktik atau menangani pasien lain, serta menunggu jawaban konsul operator atau anestesi. Selain itu kemampuan petugas di kamar operasi yang belum merata juga menyebabkan terjadinya waste, selain itu ketersediaan alat, BHP dan fasilitas pendukung kegiatan operasi elektif yang terbatas turut mendukung adanya waste dan mengakibatkan banyaknya non-value-added yang teridentifikasi sehingga menyebabkan keterlambatan dimulainya operasi elektif. Peneliti mengharapkan strategi perbaikan yang telah diberikan dapat terus diterapkan untuk memperbaiki dan mengeliminasi kegiatan non value added yang terjadi yaitu dengan memberlakukan pengurangan indikator kinerja kepada petugas yang terlambat sehingga akan berdampak pada remunerasi petugas, selain itu diharapkan tersedia penanggung jawab akan jadwal kegiatan operasi sehingga dapat mengingatkan dokter operator maupun anestesi agar datang tepat waktu, penerapan diklat yang mempunyai target tercapainya kompetensi sehingga kompetensi petugas yang diperlukan terpenuhi, dan pengadaaan alat rutin yang dapat dilakukan secara berkala demi mencukupi kebutuhan di pelayanan operasi.
......Operating room utilization is an important part of the hospital service process. Therefore, adequate performance in the operating room can affect the quality of hospital services. Delays in elective surgery services will certainly make the quality of service in the operating room decrease, even though the operating room as one of the units in the hospital has a strategic role in improving the overall quality of service. By using the Lean Six Sigma method and the Value Stream Mapping approach, this study aims to find out the flow of service procedures in the Cilegon Hospital operating room, in addition to identifying value added, non-value added and waste that occurs in services in the operating room so that the factors that cause waste are identified. This occurs through analysis which then finds recommendations for improvements that are in accordance with the problems identified. This research is a qualitative research with data collection methods obtained through observing and recording the delay in elective surgery at Cilegon Hospital, as well as digging in-depth and detailed information to informants both inside informants and patients receiving elective surgery services at Cilegon Hospital and conducting a document review. Observations and in-depth interviews were carried out with 20 patients undergoing elective surgery at Cilegon Hospital in different shifts every day. The selection of informants was carried out using a purposive sampling technique, and then conducted interviews with patients in order to obtain a customer perspective value in accordance with the principles of the Lean Six Sigma method. The data obtained is then analyzed to obtain the factors causing the delay in elective operating services using fishbone diagrams which are grouped into the Man, Machine, Method, Money and Environment categories so that the causes of the identified problems can be formulated priority recommendations for improvements that are suitable and need to be carried out. The results of research conducted in May-June 2023 obtained an average total value added in the preparation process to elective surgery services at Cilegon Hospital, namely for 40.8 minutes or 27.36% of the total time spent by patients undergoing preparation to surgery was performed. Meanwhile, the total non-value-added average obtained was 108.3 minutes or as much as 72.64% of the total time spent by patients from preparation and consultation to patients receiving surgical services. Some of the factors that cause non-value added and waste that occur are activities waiting to be called from the operating room, delays in operating doctors or anesthesiologists who are still practicing or treating other patients, and waiting for the operator or anesthesiologist's consult. In addition, the uneven ability of officers in the operating room also causes waste to occur, and the limited availability of tools, consumable part and supporting facilities for elective surgery also supports the presence of waste and results in many non-value-added being identified which causes delays in the beginning of elective operations. The researcher hopes that the improvement strategies that have been provided can continue to be applied to improve and eliminate non-value-added activities that occur, namely by imposing a reduction in performance indicators for officers who are late so that it will have an impact on employee remuneration. reminding the operator and anesthetist to come on time, implementing training that has the target of achieving competence so that the necessary competence of officers is fulfilled, and procuring routine equipment that can be carried out periodically to meet the needs in operating services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Yuliyanti
"ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini adalah asumsi bahwa pasien operasi cito sangat banyak sehingga waktu tunggu di kamar operasi cito tidak sesuai dengan SOP. Penelitian bertujuan untuk mengetahui utilisasi kamar operasi cito serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode telaah dokumen dan kualitatif dengan wawancara. Pasien operasi cito memiliki tren yang menurun dari tahun 2014 sampai 2016. Rata-rata waktu tunggu tidak melebihi standar (≤120 menit), yaitu sebesar 112 menit. Utilisasi di kamar tersebut sebesar 26%. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi utilisasi kamar operasi, yaitu waktu tunggu (p-value=0,02) dan diagnosis cito (p-value=0,024). Utilisasi kamar operasi cito belum optimal.

ABSTRACT
The background of this study is an assumption that Fatmawati Hospital has so many emergency surgery patients that the waiting time in emergency operating room is not in accordance with the hospital‟s standard. The study aims to determine emergency operating room utilization and the factors that influence it. This study uses a quantitative approach with document review method, and a qualitative one using interview. The trend of emergency surgery patients declined from 2014 to 2016. The average waiting time (August-October 2016) didn‟t exceed the standard (≤120 minutes), amounting to 112 minutes. Utilization in the room was 26%. There are two factors affecting operating room utilization, namely waiting time (p-value=0,02) and emergency diagnosis (p-value=0,024). Utilization in the room was not yet optimal."
2017
S66489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library