Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vika Anggraeni
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Susanti
Abstrak :
Kanker leher rahim merupakan kanker yang sering terjadi pada wanita, meliputi 12% dari seluruh kanker di dunia. Insiden yang tertinggi terjadi di Amerika Selatan dan Karibian, Sub Sahara Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan RI, insiden kanker leher rahim di perkirakan 100 per 100.000. Ketahanan hidup 5 tahun penderita kanker leher rahim bila ditemukan pada stadium yang lebih awal, probabilitasnya semakin tinggi. Untuk stadium I (95,1-80,1%), II (66,3-63,5%), III (38,7-33,3%), IV (17,1-9,4%) dan pada masa pra invasif mencapai 100%. Di negara maju insidens dan kematian akibat kanker leher rahim turun 50-60% dalam 20 tahun karena 40-50% wanitanya pernah menjalani screening. Di negara berkembang sebaliknya terus naik karena hanya 5% wanitanya yang pernah menjalani screening. Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) telah diakui WHO efektif digunakan di negara berkembang dengan alasan sederhana, murah, nyaman, praktis dan mudah. Mempunyai sensitifitas 66-96% dan spesifisitas (64-98%). Kabupaten Karawang terpilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah pilot proyek deteksi dini kanker leher rahim. Dari bulan Juli 2007 - Maret 2010 ditemukan 2,3% kasus IVA positif. Kasus kanker leher rahim di Kabupaten Karawang tergolong tinggi dimana pada tahun 2005 dilaporkan 217 kasus dan tahun 2006 sampai dengan bulan September ditemukan 180 kasus. Sesuai etiologinya dua faktor risiko utama terjadinya kanker leher rahim adalah usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual. Terkait faktor risiko berganti pasangan seksual, kasus kawin cerai di Karawang tinggi. Tahun 2008 tercatat 508 kawin, 259 cerai talak dan 424 cerai gugat. Tahun 2009 tercatat 270 talak dan 562 gugat. Terkait faktor risiko usia hubungan seksual, pernikahan muda di Karawang juga tinggi. Tahun 2007 42,8% pernikahan usia muda di Indonesia terjadi di pantai utara Jabar. Pernikahan di Jabar 35% dilakukan wanita dibawah usia 16 tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang melakukan deteksi dini menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) di Puskesmas Cikampek, Pedes dan Kota Baru Kabupaten Karawang tahun 2009 ? 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah studi analitik observasional dengan desain kasus kontrol. Faktor yang diteliti didapat melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner. Sedangkan data kasus kontrol diambil dari buku register dan catatan medik di Puskesmas Cikampek, Pedes dan Kota Baru dalam 2 tahun terakhir 2009 ? 2010. Total sampel yang diambil adalah 357 yang terdiri dari 119 kasus dan 238 kontrol. Variabel independen yang diteliti adalah usia pertama kali berhubungan seksual dan jumlah pasangan seksual. Variabel kovariat terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, riwayat kanker keluarga, jarak haid pertama kali dengan hubungan seksual pertama, kebiasaan merokok, jumlah batang rokok per hari, lama merokok, riwayat partus, riwayat abortus, penggunaan kontrasepsi, lama penggunaan kontrasepsi, riwayat deteksi dini sebelumnya, kebiasaan merokok pasangan, jumlah batang rokok per hari pasangan, lama merokok pasangan, riwayat perkawinan pasangan dan sirkumsisi. Analisis data dilakukan dengan soft ware SPSS versi 17.0 yang meliputi analisis univariat, bivariat, stratifikasi dan multivariat. Hasil penelitian mendapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia pertama kali berhubungan seksual dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim setelah di kontrol dengan variabel lain dengan p value 0,001 dan OR 2,539 (CI 95% 1,444 - 4,464) sedangkan dampak potensialnya AR% 60,61%. Untuk jumlah pasangan dengan kejadian lesi pra kanker leher rahim setelah di kontrol dengan variabel umur juga memiliki hubungan yang bermakna dengan p value 0,002 dan OR 3,441 (CI 95% 1,598 ? 7,410) sedangkan dampak potensialnya AR% 70,94%. Kesimpulan penelitian adalah risiko terkena lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang memulai hubungan seksual pada usia < 17 tahun adalah 2,539 kali lebih tinggi dibanding mereka yang memulai hubungan seksual < 17 tahun dan kejadian lesi prakanker pada seorang wanita dapat dicegah 60,61% bila dia tidak melakukan hubungan seksual pertama < 17 tahun. Sedangkan untuk risiko terkena lesi pra kanker leher rahim pada wanita yang memiliki jumlah pasangan seksual > 1 orang adalah 3,441 kali lebih tinggi dibanding mereka yang mempunyai pasangan seksual 1 orang setelah di kontrol variabel umur dan kejadian lesi pra kanker pada seorang wanita dapat dicegah 70,94% bila dia tidak mempunyai jumlah pasangan seksual > 1.
Cervical cancer is the most common cancer in women, counting for 12% of all cancers in the world. The highest incidence occurred in South America and Karibian, Sub-Saharan Africa, South Asia and Southeast Asia. In Indonesia, according to the Ministry of Health, the incidence of cervical cancer is estimated occurred 100 per 100.000. The probability of 5-year survival of patients with cervical cancer when found at an earlier stage is higher. For stage I (95.1 to 80.1%), II (66.3 to 63.5%), III (38.7 to 33.3%), IV (17.1 to 9.4%) and in the pre-invasive reaches 100%. In developed countries the incidence and death from cervical cancer are decreased by 50-60% in the last 20 years since 40-50% women of those counties had undergone screening. In developing countries on the contrary, it continues to rise because only 5% women who had undergone screening. Method of Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) has been recognized by WHO effectively used in developing countries by reason of simple, inexpensive, convenient, practical and easy. The specifity of VIA method is 64-98% and sensitivity is 66-96%. Karawang District was selected as research sites because it is one of the pilot projects for early detection of cervical cancer. From July 2007 - March 2010 found 2.3% positive VIA cases. The cases of cervical cancer in the Karawang regency is high, where in 2005 was reported 217 cases and as of September 2006 was found 180 cases. According to the etiology of two major risk factors for cervical cancer is the age at first intercourse and multisexual partners. In relation to risk factors of sexual partner change, a divorce & marriage case in Karawang is high. In 2008 it was recorded 508 marriage, 259 divorces and 424 divorce claim. In 2009 there were 270 divorces and 562 divorce claim. Concerning to age-related risk factors for sexual intercourse, young marriages in Karawang are also high. In 2007 42.8% marriage of young age in Indonesia was occurred in the northern coast of West Java. Marriage in West Java which is done by women under the age of 16 years was counted as 35%. This study is aimed to verify the relationship of age at first intercourse and multisexual partners with cervical pre-cancerous lesions in women doing early detection using Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) in Cikampek, Pedes and Kota Baru Public Health Center of Karawang District in 2009 - 2010. The research method used was an observational analytic study with case control design. Factors studied were obtained through structured interviews with questionnaires. While the case-control data were taken from the book registers and medical records at Cikampek, Pedes and Kota Baru Public Health Center in the last two years from 2009 to 2010. Total samples taken was 357 consisting of 119 cases and 238 controls. Independent variables studied were age at first intercourse and multisexual partners. Kovariat variables consisted of age, education, occupation, income, family history of cancer, distance of first menstruation to first intercourse, smoking habits, number of cigarettes per day, duration of smoking, history of parturition, and abortion history, contraceptive use, duration of use of contraception, previous history of early detection, smoking spouse, the number of cigarettes per day couples, duration of couples smoking, history of marriage partners and circumcision. Data analysis was performed with SPSS version 17.0 software which includes univariate, bivariate, and stratification and multivariate analysis. The results of study find significant relationship between age at first sexual intercourse with cervical pre-cancerous lesions after being controlled with other variables with p value of 0.001 and OR 2.539 (95% CI 1.444 - 4.464), while the potential impact of AR% 60.61%. For the number of sexual pairs with cervical precancerous lesions after being controlled with variables of age also have a meaningful relationship with p value of 0.002 and OR 3.441 (95% CI 1.598 - 7.410) while the potential impact of AR%, 70.94%. The conclusion is the risk of cervical pre-cancerous lesions in women who began sexual intercourse at age <17 years is 2.539 times higher than those who start a sexual intercourse at age < 17 years and the incidence of precancerous lesions in a woman could be prevented 60.61% if she does not have first sexual intercourse before 17 years. While for the risk of cervical pre-cancerous lesions in women who have a number of sexual partners more than 1 person is 3.441 times higher than those who have only one sexual partners after being controlled by variables of age and the incidence of precancerous lesions in a woman can be prevented 70.94 % if she does not have the number of sexual partners more than 1.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30824
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Muhammad Bal`an Kamali
Abstrak :
Pada dasarnya komunikasi risiko adalah segala bentuk pertukaran informasi tentang risiko antara seluruh pihak yang berkepentingan, mencangkup precaution advocacy, outrage management dan crisis communication. Komunikasi risiko dilakukan sebelum, saat, dan sesudah krisis terjadi, bertujuan mencegah perilaku masyarakat yang menghambat penanggulangan atau bahkan merusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan RSPAD Gatot Soebroto dalam melakukan komunikasi risiko dalam menghadapi pandemic influenza. Penelitian dilakukan terhadap komponen dukungan pimpinan rumah sakit dan komponen-komponen kesiapan lainnya antara lain SDM, Dana, Metode, Alat dan Mesin yang telah dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian ini menggunakan desain kualtatif yang bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RSPAD Gatot Soebroto secara umum sudah dan dapat melakukan komunikasi risiko baik kepada pihak internal rumah sakit maupun kepada pihak eksternal rumah sakit. Pimpinan RSPAD Gatot Soebroto pun sudah memberikan dukungan terhadap pelaksanaan komunikasi risiko ini. Seluruh petugas di RSPAD Gatot Soebroto sudah diberikan sosialisasi juga diberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam menghadapi pandemic influenza. Namun dalam melakukan komunikasi risiko masih belum maksimal. Metode pengkomunikasian dan alat komunikasi yang dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto sudah cukup baik, namun pihak manajemen rumah sakit belum bias mengalokasikan dana yang khusus untuk mendukung kelancaran komunikasi dalam menghadapi pandemic influenza. Saran yang diajukan adalah memberikann pelatihan khusus mengenai komunikasi risiko dalam menghadapi pandemic influenza setidaknya kepada petugas yang tergabung dalam Tim Flu Burung yang telah dibentuk oleh rumah sakit. Penambahan alat komunikasi juga diperlukan dalam menjamin kelancaran proses komunikasi risiko, lebih lanjut disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk dapat mengalokasikan dana taktis untuk mendukung proses komunikasi risiko pada saat terjadinya pandemic influenza nantinya. ......Basically, risk communication can be interpreted as all forms of risk information exchange among all stakeholders concerned, which covered of precaution advocacy, outrage management and crisis communication. Risk communications is conducted before, during, and after the crisis occurs, which aims to prevent of people behaviors that inhibit the crisis rehabilitation activities or even to prevent the destructive behavior. The objective of this study is to determine the readiness of RSPAD Gatot Subroto to conduct the risk communication in dealing with pandemic influenza which was held in June 2010. The study is conducted toward the supportive component of the hospital executive management and other preparedness components include human resources, funds, methods, tools and machines that have been owned by RSPAD Gatot Subroto. This study applies the descriptive of qualitative design method which means as a Technique to obtain data with in-depth interviews, observation and document review. The result of the study shows that in general the RSPAD Gatot Subroto has conducted the risk communication and shows the capability in enhancing the risk communication program to its both the internal part and external part. The risk communication program is also fully supported by the chief management of the RSPAD Gatot Subroto. All the employee of the RSPAD Gatot Subroto has been socialized and trained in order to improve their knowledge and skills in dealing with pandemic influenza. However the risk communication program is not maximal implemented. The communication method and tools which are owned by RSPAD Gatot Subroto are fairly well. However the hospital management still has not the ability to allocate the special budget to support the communication in dealing with pandemic influenza. Some suggestions to increase the risk communication implementation are to conduct special training at least for the hospital officer merged to the Avian Influenza Team which was formed by the hospital management in dealing with pandemic influenza. Additional communication tools are needed to ensure the continuity of the risk communication process. Furthermore, it?s suggested for the hospital management to allocate special budget to support the risk communication process at the time of the pandemic influenza occurrence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33244
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feni Elda Fitri
Abstrak :
Penyintas kanker leher rahim masih mengalami ketakutan sepanjang hidupnya. Salah satu sumber ketakutan adalah kemungkinan mengalami kekambuhan walaupun sudah dinyatakan sembuh. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kisah penyintas kanker leher rahim yang mengalami kekambuhan dengan menggunakan pendekatan kualitatif "life history". Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada dua penyintas kanker, analisa dengan menceritakan kembali kisah penyintas dalam bentuk tema. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penyintas kanker leher rahim saat mengalami kekambuhan menerima kondisi kekambuhannya dengan berbagai proses kehidupan yang dialami yaitu terpenuhinya rasa aman setelah terapi dinyatakan selesai, kembalinya tanda gejala awal dan lanjutan, menjalani terapi kembali, penolakan terhadap kondisi kekambuhan, menghindari kontak sosial saat mengalami kekambuhan, memperoleh dukungan saat mengalami kekambuhan, sampai menerima kondisi kekambuhan. Oleh karena itu pentingnya pemahaman tenaga kesehatan khususnya perawat untuk mengetahui kisah hidup penyintas kanker leher rahim dengan kekambuhan sehingga dapat memberikan tindakan dan dukungan yang tepat pada setiap periode kekambuhan yang dilalui dalam meningkatkan kualitas hidupnya. ...... Cervical cancer survivors are still experiencing fear throughout her life. One source of fear is likely to experience a recurrence despite being declared cured. This study aims to explore the story of cervical cancer survivors who experienced recurrence by using a qualitative approach life history. Data were collected by indepth interviews in two cancer survivors, analysied by retelling the story of the survivors in the form of theme. The results of this study found that cervical cancer survivors experienced a recurrence while receiving recurrence with various process conditions of life experienced, that sense of fulfillment after the treatment was complete, marks the return of the symptoms of early and advanced, come back to therapy, the rejection of recurrence conditions, avoid social contact when experiencing a recurrence, obtaining support when experiencing a recurrence, to accept the conditions of recurrence. Hence the importance of understanding health professionals, especially nurses to know the life story of cervical cancer survivors with recurrence so as to provide appropriate action and support on any recurrence period which passed in improving the quality of life.
2015
T43446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Kurniati
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan mengenai pengaruh penggunaan kontrasepsi terhadap kejadian lesi prakanker leher rahim. Penelitian dilakukan dengan menggunakan disain studi kasus-kontrol dan data sekunder yang berasal dari catatan medis deteksi dini kanker leher rahim di 3 puskesmas kecamatan di wilayah Jakarta Timur. Jumlah sampel yang diteliti adalah 86 orang untuk kelompok kasus dan 258 orang untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara penggunaan kontrasepsi non-hormonal dengan kejadian lesi prakanker (nilai-p < α, dimana α = 0,05), dimana wanita yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami kejadian lesi prakanker dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi apapun, sedangkan risiko wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal tidak berbeda dengan wanita yang tidak pernah menggunakan metode kontrasepsi untuk mengalami kejadian lesi prakanker.
ABSTRACT
This thesis describes the effect of contraceptive use against the incidence of cervical lesions. This study uses a case-control study design with secondary data derived from medical records of early detection of cervical cancer in three health centers in East Jakarta district. The number of samples studied was 86 cases and 258 control. The results of this study found that there was a statistically significant association between contraceptive use and the incidence of cervical lesions (p-value <α, where α = 0.05), women who use non-hormonal contraception has 4 times higher risk to have cervical lesions compared with women who never used any contraceptive method, while the risk of women using hormonal contraception are no different from women who never used a contraceptive method to have cervical lesions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadjmi Laila
Abstrak :
Setiap tahun diperkirakan terdapat S00 ribu kasus kanker leher rahim baru di seluruh dunia dan sebanyak 240 ribu orang diantaranya meninggal dunia. Di Indonesia ada I5 ribu kasus baru per tahun dengan angka kematian 8000 orang dan menduduki peringkat pertama dari seiuruh penderita kanker yang ada. Penyebab kanker leher rahim belum diketahui secara pasti, tetapi diduga bahwa sejenis virus HPV (Human Papiiloma Wrus) memegang peranan penljng atas kejadian penyakit ini. Menumt data Yayasan Kanker Indonesia (YKI), 95% tumor ganas ini disebabkan virus HPV. Peningkatan biaya pelayanan kesehatan biasanya disebabkan karena bclum adanya harga standar yang berdasarkan unit cost. Hal ini perlu disikapi dengan membuat terobosan ataupun strategi penyusunan pqla tarifyang dikenal dengan perhitungan uni: cost. I-Iingga saat ini Departemen Kesehatan belum membuat pedoman tarif yang bersifat tetap per diagnosis penyakit atau per episode penyakit. Upaya yang perlu dilakukan untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan (cost containment) adalah dari bentuk fee for service ke bentuk Prospective Payment System (PPS). Salah satu bentuk dari PPS adalah Diagnosis Related Groups. Cos! of DRGS adalah kcsclumhan biaya mulai dari pasien masuk melakukan pendaliaran, penegakan diagnosis, terapi dan pulang yang semuanya teranglcum dalam suatu alur perawatan atap disebut dengan Inlegraled Clinical Pathway. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana cost of treatment Ca Cervix berdasarkan DRGS di Rumah Sakit Pertamina Jaya tahun 2005. Dipilihnya Ca cervix dalam penelitian ini karena kanker adalah penyakit nomor 10 dari 10 besar penyakit terbanyak, diantara penderita kanker, Ca cervix mempakan penyakit kanker terbanyak yang melakukan rawat inap. Bersama-sama dengan gagal ginjal kronis, kanker merupalcan penyakit yang membumhkan biaya tidak sedikit. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan rancangan penelitian kuantitatif survey. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Mei 2007 dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosa Ca Cervix tahun 2005. Unit cos! dihitung dengan metode Activily Based Cosiing (ABC). Analisa data dilakukan secam univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel. Pengelompokkan Ca cervix di Rumah Sakit Pertamina tidak dapat dikelompokkan dalam AR-DRG. Pengelompokan Ca Cervix di Rumah Sakit Pertamina Jaya adalah : Ca Cervix dengan penyerta dan penyulit dengan histerektomi, Ca cervix dengan penyakit penyerta dengan histerektomi dan Ca Cervix tanpa penyerta dan penyulit dengan histerektomi. Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa tahap da.lam Clinical Paihway untuk Ca Cervix tefdiri dari 7 tahap, yaitu pendaflaran, penegal-Lkan diagnosa, pra operasi, operasi, post operasi, pulang dan rawat jalan. Cost of treatment Ca cervix dengan histerektomi di RS Pertamina Jaya tahun 2005 adalah : (1) Biaya rawat inap Ca cervix dengan penyerta dan penyulit dengan histcrcktomi Rp l3_009.563,-, dengan lama hari rawat 12 hari dan biaya rawat jalan Rp 3_956.498,- dengan rawat jalan 12 kali, total biaya Rp l6.983.47l,- (2) Biaya rawat inap Ca cervix clengan penyakit penyerta dengan histerektomi Rp ll_446_664,-, dengan lama hari rawat I2 hari dan biaya rawat jalan Rp 3.925.735,- dengan rawat jalan 12 kali, total biaya Rp 15_389_809,- (3) Biaya rawat inap Ca cervix tanpa penyerla dan penyulit dengan histerektomi Rp I0.048.274,-, dengan lama hari rawat ll hari dan biaya rawat jalan Rp 3.544.070,- dengan rawatjalan 12 kali, total biaya Rp 13.6097/54,-_Berdasarkan dari hasil penelitian maka. perlu dilakukan perhitungan biaya rawat inap berdasarkan Diagnosis Relafed Groups Sebagai dasar peneiapan tarif rawat inap. Every year was predicted S00 thousand new carcinoma cervix occurred in all over the world and 240 thousand people in between did not survive. In Indonesia itself; there are 15 thousand new cases per year with 8000 people causing decease and stood first rank from suffering of cancer in the world. The major causing of Ca cervix is still unknown but was predicted that the HPV (Human Papilloma Wrus) hold important role for every cancer disease cases occurred. Based on Indonesian Cancer Foundation (YKI), 95 percent maligna tumor was affected by HPV virus. Cost increasing in health services are usually cause by no standard unit cost available. This has to be done with new break through or even with designing strategy format tariff which lcnown as unit costs calculation. Until now Health Departement does not have fixed tariff book for every single diagnose or episode. Things to be done to control health services cost containment are form tiom fee for service to be Prospective Payment System (PPS). One of' PPS form is Diagnosis Related Groups. Cost of DRGS are a total costs which start from patient entering registration, diagnosis, therapy to finally ending treatment or going home and all summarize in one record or knoum as Integrated Clinical Pathway. The purpose of this research is to overlook how cost of treatment Ca cervix works based on DRGs in Pertamina Jaya Hospital in year 2005. Ca cervix are chosen in this research because cancer disease is rank number I0 from top 10 disease in between cancer suitering. Ca cervix is the most cancer disease which end up in-patient together with chronic renal failure, cancer disease need higher amount to recovery. This research is using case study methode with form of quantitative survey. This research conducted in moth of March to May 2007 using secondary data fiom medical record of in-patient which Ca cervix diagnosed in year 2005. Unit cost calculated using Activity Based Costing (ABC) methode. Data analysis were conducted in invariant to overlook frequent distribution ang proportion each variables. Ca cervix cannot be grouping based on AR-DRG at Pertamina Jaya Hospital. Ca cervix grouping at Pertamina Jaya Hospital are : Ca cervix with Contributing and Complicating disease with hysterectomy, Ca cervix with Contributing disease with hysterectomy, Ca cervix without Contributing and Complicating disease with hysterectomy. Based on research is result that steps on Clinical Pathway for Ca cervix are contains 7 steps which are, registering, diagnosis, pre-operation, operation, post-operation, going home and out-patient treatment. Ca cervix costs of treatments following hysterectomy at Pcrtamina Jaya Hospital in year 2005 are 1 (I) Ca cervix with contributing and complicating disease with hysterectomy costs Rp l3_009.563,- , containing I2 days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3.956_498,- with total cost Rp l6.983_47l,- (2) Ca cervix with contributing disease with hysterectomy cost Rp 1 l.446.664,- containing 12 days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3925.73 5,- with total cost Rp l5.389.809,- (3) Ca cervix without Contributing and Complicating disease with hysterectomy cost Rp l0.048.274,- , containing ll days in-patent and 12 times out-patient visite costing in extra Rp 3.544.070,- with total cost Rp 13.609_754,-. In conclusion to the research resulted it is necessary to calculated in-patient cost based on Diagnosis Related Grozms as the based of in-patient fixed tariff.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Nur Hanifah
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang gambaran karakteristik wanita yang melakukan kunjungan deteksi dini kanker leher rahim pada Kecamatan Cilodong, khususnya Kelurahan Cilodong, Jatimulya, Kalibaru, Kalimulya, dan Sukamaju, Kota Depok Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian mixed method, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif dengan desain studi deskriptif. Variabel yang akan diteliti pada penelitian kuantitatif adalah usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat kanker keluarga, usia pertama kali berhubungan seksual, frekuensi menikah, usia pertama kali hamil, paritas, penggunaan kontrasepsi, riwayat merokok, dan riwayat merokok pasangan pada kunjungan deteksi dini kanker leher rahim. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa adanya perbedaan karakteristik pada variabel usia, pendidikan, pekerjaan, riwayat kanker keluarga, dan frekuensi menikah pada kelima kelurahan di Kecamatan Cilodong. Sedangkan hasil penelitian kualitatif adalah program safari IVA gratis setiap tahun, promosi dilakukan pada media sosial dan oleh kader, kader memberikan penyuluhan di posyandu, pengetahuan informan yang baik, faktor pendorong adalah gratis, khwatir akan kesehatan, malu, dan merasa sehat, serta ajakan dari Kader berpengaruh terhadap pelaksanaan deteksi dini. ......This thesis disscus about characteristic distribution of women who came to cervical early detection in Cilodong Distrcit, escecially Cilodong, Jatimulya, Kalibaru, Kalimulya, and Sukamaju Sub-district by the year 2018. This thesis is using mixed method, quantitative and qualitative with descriptive study design. Variables that are analyzed are age, education, occupation, family history of cancer, first age of sexual encounter, marriage frequancy, age of first pregnancy, parity, contraception use, smoking history, and partner’s smoking history in early detection visit. Quantitative analysis shows there are differences of characteristic distribution of age, education, occupation, family history of cancer, and marriage frequency in all five sub-district. Qualitative analysis results are there are free-charge IVA every year, promotion are done in social media and by Kader, Kader gives promotions in Posyandu, informants’ good knowledge, free-charge IVA, worried of their own health, and feel healthy are reinforce factor, also Kader influences to persuade women are important in cervical cancer ealy detection visit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Uswatun Hasanah
Abstrak :
Kanker leher rahim merupakan kanker nomer dua terbanyak diderita oleh perempuan di seluruh dunia dan penyebab kematian akibat kanker yang paling utama, khususnya bagi perempuan di negara-negara berkembang (WHO, 2002). Prevalensi kanker leher rahim di wilayah DKI Jakarta sebesar 1,2 dari 5.919 pada wanita yang melakukan skrining dan Provinsi Jawa Barat sebesar 0,7 dari 15.635 wanita. Sebelum terjadinya kanker leher rahim akan didahului dengan keadaan yang disebut lesi prakanker. Prevalansi lesi prakanker leher rahim tahun 2012 sebesar 4,5%. Salah satu faktor resiko lesi prakanker leher rahim yaitu usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun yang saat ini masih tinggi di masyarakat. Penelitian ini membahas hubungan usia pertama kali berhubungan seksual dengan kajadian lesi prakanker leher rahim pada wanita yang melakukan skrining dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di wilayah kerja Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa dengan sasaran penerima manfaat. Penelitian dilakukan dengan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 230 yang terdiri dari 46 kasus dan 184 kontrol. Analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil menunjukkkan bahwa usia pertama kali berhubungan seksual < 17 tahun meningkatkan resiko lesi prakanker leher rahim OR 4,092 (CI,1,769-9,464). Oleh karenanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang faktor resiko kanker leher rahim melalui edukasi, pendewasaan usia pernikahan serta deteksi dini melalui pemeriksaan rutin akan membantu mengurangi kasus lesi prakanker leher rahim.
Cervical cancer is second most common worldwide cancer afflict to women and leading cause of cancer deaths, particularly for women in developing countries (WHO, 2002). The prevalence of cervical cancer in women who has been screening in Jakarta around 1,2 from 5,919 and around 0.7 out of 15,635 in West Java. The diagnosis of cervical cancer will be preceded by a condition called pre-cancerous lesions. Prevalence of pre-cancerous cervical lesions in 2012 is 4.5%. One of the risk factors of pre-cancerous cervical lesions is age less than <17 years of first sexual intercourse which is still high in society. This study explained relationship between first-time sexual intercourse with the occurrence of cervical pre-cancer lesions in female beneficiaries doing early detection using Visual Acetic Acid Inspection (IVA) at Layanan Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa. The study was conducted with case control design of 230 total sample consisting of 46 cases and 184 control. Multivariate analysis used logistic regression. Results showed first age of intercourse less than <17 years increased risk of pre-cancerous cervical lesions OR 4,092 (CI, 1,769-9,464). According to this study increased knowledge and understanding of risk factors for cervical cancer through education, control of marriage age and early detection with periodically checkup will reduce cases of pre-cancerous cervical lesions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sujuliyani
Abstrak :
ABSTRAK
Kapang dari lingkungan laut (marine derived fungi) salahsatunya adalah Emericella nidulans diketahui menghasilkan senyawa aktif emestrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa target selain senyawa emestrin dari fraksi teraktif yang dihasilkan oleh ekstrak miselium kapang laut Emericella nidulans, mengetahui efek sitotoksik senyawa target tersebut terhadap sel kanker payudara (T47D) dan sel kanker leher rahim (HeLa). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan produkasi senyawa target. Produksi senyawa target dari kapang laut Emericella nidulans, dilakukan dengan tiga medium fermentasi yang berbeda yaitu Malt Ekstract Broth (MEB), Soluble Starch Soytone (SWS) dan Minimum Fungi Medium (MFM). Waktu yang digunakan untuk fermentasi produksi senyawa target adalah 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu. Senyawa target selain emestrin berhasil diisolasi dari ekstrak miselium Emericella nidulans. Senyawa target yang diisolasi memiliki perbedaan dengan emestrin berdasarkan nilai rf pada KLT, serapan UV dan 1H-NMR. Senyawa target memiliki aktitas sitotoksik yang kuat terhadap sel HeLa dan sel T47D dengan IC50 berturut-turut sebesar 21,2 dan 20,9 μg/ml. Hasil produksi senyawa target paling baik dihasilkan di medium Malt Ekstract Broth (MEB) pada minggu ke-3.
Abstract
Marine fungi Emericella nidulans has known as its emestrin active compound. In this present study, we focused on extracting coumpounds beside emestrin as the most targeted coumpound isolated from mycelium marine fungi Emericella nidulans in cervix cancer cell (HeLa) and breast cancer cell (T47D). Productions from the targeted compound were seeding in fermented media Malt Extract Broth (MEB), Soluble Starch Soytone (SWS) and Minimum Fungi Medium (MFM). The timing production of fermenting compound were 1,2,3, 4 and 5 weeks. The targeted compound beside emestrin has been successfully isolated from Emericella nidulans mycelium. The targeted compound was different with emestrin base on rf value on TLC, UV and 1H-NMR spectrum. The targeted compound showed has a cytoxic activity against HeLa and T47D cell with IC50 value of 21,5 μg/ml and 20,9 μg/ml respectively. The highest yield of the targeted compound was found in MEB after 3 week of fermentation.
2012
T31781
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>