Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nerissa Nur Arviana
"Latar Belakang Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar yang terletak di bawah kartilago tiroid. Kanker tiroid merupakan keganasan yang muncul dari sel parenkim tiroid yang mana sel sel tumbuh secara tidak normal dari jaringan kelenjar tiroid juga berpotensi menyebar ke bagian tubuh lainnya. Berdasarkan World Health Organization (WHO), data kanker tiroid di dunia pada tahun 2020 secara keseluruhan mencapai 586.202 kasus. Sementara, di Indonesia sendiri, kasus kanker tiroid pada tahun 2020 mencapai 13.114 dengan angka kematian mencapai 2.224 yang mana lebih banyak terjadi pada perempuan dengan jumlah 9.053 kasus. Berdasarkan penelitian, prevalensi kanker tiroid pada anak adalah 0,2-5 % dibandingkan dengan sekitar 30% pada orang dewasa. Melihat permasalahan ini, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi kanker tiroid pada anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang belum ada datanya terutama berdasarkan karakteristik dan faktor risikonya. Metode Penelitian ini menggunakan metode observasional deksriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan berupa total sampling pada penderita kanker tiroid anak di RSCM periode 2016 hingga 2022.
Hasil Hasil penelitian ini mendapatkan prevalensi kanker tiroid pada anak di RSCM pada Tahun 2016 – 2022 sebsar 1,4%. Dengan karakteristik sosiodemografi, 95,7% berusia 11 hingga 18 tahun, 78,3% berjenis kelamin perempuan dan 21,7% berjenis kelamin laki- laki, serta 65,2% tinggal di perkotaan. Hasil lainnya menunjukkan 95,7% riwayat keluarga tidak ada dan 47,8% mempunyai BMI ideal. Hasil karakteristik klinis, 78,3% pasien dengan jenis kanker tiroid papilar, 87% pasien stadium1, 43,5% mengalami T2, 39,1% mengalami N1, dan 13% dengan M1. Terapi utamanya operasi sebanyak 86,9% dengan jenis total tiroidektomi sebesar 60%. Tidak terdapat perbedaan karakteristik antara jenis kanker tiroid papilar dan folikular.
Kesimpulan Penelitian ini memberikan angka prevalensi serta data deskriptif terkait persentase dan frekuensi masing-masing variabel yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya berupa analitik terkait prognosis dan mortalitas serta hubungan setiap variabel.
......Introduction The thyroid gland is one of the largest endocrine glands which is located under the thyroid cartilage. Thyroid cancer is a malignancy that arises from thyroid parenchyma cells in which the cells grow abnormally from the thyroid gland tissue which also has the potential to spread to other parts of the body. Based on the World Health Organization (WHO), data on thyroid cancer in the world in 2020 reached 586,202 cases. Meanwhile, in Indonesia alone, cases of thyroid cancer in 2020 reached 13,114 with a death rate of 2,224 which was more common in women with a total of 9,053 cases. Based on research, the prevalence of thyroid cancer in children is 0.2 – 5% compared to about 30% in adults. Seeing this problem, this study aims to determine the prevalence of thyroid cancer in children at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for which there is no data, mainly based on the characteristics and risk factor.
Method This study used a descriptive observational method with a cross sectional approach. The sample used was total sampling in children with thyroid cancer at RSCM for the period 2016 to 2022.
Results The results of this study found that the prevalence of thyroid cancer in children at RSCM in 2016 - 2022 was 1.4%. With sociodemographic characteristics, 95.7% were aged 11 to 18 years, 78.3% were female and 21.7% were male, and 65.2% lived in urban areas. Other results showed that 95.7% had no family history and 47.8% had an ideal BMI. Results of clinical characteristics, 78.3% of patients had papillary thyroid cancer, 87% of patients had stage 1, 43.5% had T2, 39.1% had N1, and 13% had M1. The main therapy was surgery for 86.9% with total thyroidectomy at 60%. There are no differences in characteristics between papillary and follicular types of thyroid cancer.
Conclusion This research provides prevalence figures as well as descriptive data regarding the percentage and frequency of each variable which can be used as a reference for further research in the form of analytics related to prognosis and mortality as well as the relationship between each variable."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumampouw, Marshal
"Latar Belakang: Peningkatan kasus kanker tiroid belakangan ini menimbulkan pertanyaan tentang overdiagnosis. ACR-TIRADS merupakan sistem stratifikasi yang dikembangkan untuk mengurangi overdiagnosis dalam mendeteksi kanker tiroid dengan menggunakan ultrasonografi. AI-TIRADS merupakan modifikasi baru dari ACR-TIRADS yang diklaim memiliki nilai diagnostik yang lebih baik, namun AI-TIRADS belum pernah diuji pada populasi Indonesia. Tujuan: Peneliti ingin mengetahui apakah AI-TIRADS memang benar lebih baik dibandingkan ACR-TIRADS dalam menentukan keganasan suatu nodul tiroid. Metode: Penelitian ini mengevaluasi 124 nodul tiroid yang terdiri atas 62 nodul jinak dan 62 nodul ganas berdasarkan ACR-TIRADS dan AI-TIRADS. Setiap penentuan keganasan didasarkan dari lima kategori yang dipakai oleh TIRADS (komposisi, ekogenisitas, bentuk, tepian dan fokus ekogenik). Hasil temuan kedua sistem stratifikasi risiko ini kemudian dibandingkan nilai diagnostiknya dengan pemeriksaan sitopatologi berdasarkan kriteria Bethesda. Hasil: AI-TIRADS secara umum menunjukkan nilai diagnostik yang lebih baik daripada ACR-TIRADS. Tingkat kesesuaian AI-TIRADS terhadap pemeriksaan sitopatologi lebih baik dibandingkan ACR-TIRADS (0,387 dan 0,242). Spesifisitas AI-TIRADS lebih baik (58,06% vs 41,94%; p< 0,00) dibandingkan ACR-TIRADS, namun sensitivitas AI-TIRADS sedikit lebih rendah dibandingkan ACR-TIRADS (80,65% vs 82,26%; p<0,00). AI-TIRADS juga memiliki nilai duga positif dan nilai duga negatif yang lebih baik dibandingkan ACR-TIRADS (AI-TIRADS: 65,79% dan 75% vs ACR-TIRADS: 58,62% dan 70,27%). Kesimpulan: AI-TIRADS memiliki nilai diagnostik yang lebih baik dan dapat mengurangi jumlah positif palsu, namun AI-TIRADS masih memiliki kesulitan dalam mendeteksi keganasan pada nodul tiroid yang padat kistik. Diperlukan pengembangan lebih lanjut dari AI-TIRADS untuk meningkatkan kemampuan diagnostik dalam menentukan keganasan nodul tiroid, khususnya pada nodul padat kistik.
......Background: The recent increase in thyroid cancer cases has raised questions about overdiagnosis. ACR-TIRADS is a risk stratification system developed to reduce overdiagnosis in thyroid cancer detection using ultrasound. AI-TIRADS is a recent modification of ACR-TIRADS claimed to have better diagnostic value, but it has not been tested in the Indonesian population. Objective: The author aimed to determine whether AI-TIRADS is indeed superior to ACR-TIRADS in assessing the malignancy of thyroid nodules. Methods: This study evaluated 124 thyroid nodules, consisting of 62 benign and 62 malignant nodules, based on ACR-TIRADS and AI- TIRADS. Malignancy determinations were based on five categories used by TIRADS (composition, echogenicity, shape, margins, and echogenic foci). The findings of both risk stratification systems were then compared with their diagnostic values in cytopathological examinations based on Bethesda criteria. Results: AI- TIRADS, in general, demonstrated superior diagnostic value compared to ACR- TIRADS. The concordance rate of AI-TIRADS with cytopathological examinations was better than that of ACR-TIRADS (0.387 and 0.242). AI-TIRADS exhibited better specificity (58.06% vs. 41.94%; p < 0.00) compared to ACR-TIRADS, although AI-TIRADS had slightly lower sensitivity (80.65% vs. 82.26%; p < 0.00) compared to ACR-TIRADS. AI-TIRADS also had better positive predictive values and negative predictive values (AI-TIRADS: 65.79% and 75% vs. ACR-TIRADS: 58.62% and 70.27%). Conclusion: AI-TIRADS has better diagnostic value and managed to reduces the number of false positives. However, AI-TIRADS still faces challenges in detecting malignancy in solid cystic thyroid nodules. Further development of AI-TIRADS is needed to enhance its diagnostic capabilities in determining the malignancy of thyroid nodules, especially in solid cystic nodules."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Asih Lestari
"Latar Belakang: Tipe pemhedahan pada kanker tiroid papiler masih menjadi kontroversi. Multisentrisitas adalah salah satu alasan yang mendukung dilakukannya tiroidektomi total. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui frekuensi multisentrisitas kanker tiroid papiler di RSUPN Cipto Mangunkusumo serta faktor-faktor prediktif yang dapat memperkirakan adanya lesi multisentrisitas pada seorang pasien kanker tiroid papiler.
Subyek dan Metode: Penelitian dilakukan secara cross-sectional retrospektif terhadap data pasien yang menjalani completion thyroidectomy di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Enam puluh dari 71 pasien dengan data yang lengkap dievaluasi usia, jenis kelamin. tipe pembedahan operasi pertama, interval operasi, komplikasi, dan hasil histopatologi lobus kontralateral. Basil Frekuensi multisentrisitas kanker tiroid papiler di RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan sebanyak 63,3%. Usia, jenis kelamin, serta subtipe histopatologi tumor tidak dapat dijadikan sebagai faktor-faktor prediktif terjadinya multisentrisitas (p > 0,05). Komplikasi yang terjadi herupa hipokalsemia (36,6%) dan suara serak (3,3%).
Kesimpulan: Frekuensi multisentrisitas kanker tiroid papiler di RSUPN Cipto Mangunkusumo cukup tinggi sehingga sebaiknya completion thyroidectomy dilakukan tanpa melihat kelompok risiko pasien. Completion thyroidectomy merupakan prosedur yang aman dengan heberapa komplikasi yang terjadi. Tidak ada variahel yang dapat dijadikan faktor prediktif terjadinya lesi multisentrisitas pada seorang pasien kanker tiroid papiler."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T58999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Nurdiantika Sari
"ABSTRAK
V600E adalah perubahan genetik yang paling banyak terjadi pada kanker tiroid, dan telah menjadi penanda diagnostik penting pada jenis histopatologi ganas, khususnya karsinoma papiler. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan dan memvalidasi teknik screnning BRAF V600E pada kanker tiroid menggunakan metode high resolution melting (HRM). Sebanyak 57 pasien dengan kelainan nodul tiroid dikumpulkan secara retrospektif di Rumah Sakit Kanker Dharmais yang dikoleksi dari tahun 2012-2014. Mutasi gen BRAF V600E dianalisis dari sampel fine needle aspiration biopsy (FNAB) menggunakan teknik HRM reagen MeltDoctor HRM Master Mix (Applied Biosystem) yang divalidasi dengan teknik Sanger Sequencing. Penelitian ini berhasil mengoptimalisasi metode HRM dengan membedakan melting curve sampel kontrol positif mutasi gen BRAF V600E dengan sampel normal. Berdasarkan hasil validasi dengan teknik Sanger Sequencing, diperoleh hasil gambaran elektroferogram pada gen BRAF ekson 15 yang mengalami mutasi titik pada basa nukleotida ke 1799 T>A (V600E). Hasil screening menunjukkan bahwa terdapat 13 sampel terdeteksi positif mutasi gen BRAF V600E pada jenis histopatologi ganas karsinoma tiroid papiler (12) dan karsinoma anaplastik (1). Tidak ditemukan satu pun mutasi gen BRAF V600E pada sampel dengan histopatologi jinak ataupun kontrol normal. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik HRM dapat digunakan untuk screening mutasi gen BRAF V600E pada kanker tiroid.

ABSTRACT
BRAF V600E gene mutation is the most common genetic alteration that found in thyroid cancer and has been an important diagnostic marker for malignant histopathology, specifically papillary carcinoma. The aim of this study is to develop and validate BRAF V600E gene mutation screening technique on thyroid cancer patients using high resolution melting (HRM) method. Retrospectively 57 patients with thyroid nodules abnormalities were collected in Dharmais Cancer Hospital collected in 2012-2014. Mutation in BRAF V600E gene were analyze from fine needles aspiration biopsy (FNAB) using MeltDoctor HRM Master Mix (Applied Biosystem) as the HRM reagen and validated using Sanger sequencing. This Study have optimalize HRM method by differentiating positive control BRAF V600E gene melting curve mutaion with normal sampel. Validation using Sanger sequencing depict electropherogram of BRAF gene on exon 15 point mutation on nucleotide 1799 T>A (V600E). Screening shows 13 samples detected positive on BRAF V600E gene mutation on malignant histopathology thyroid papillary carcinoma (12) and anaplastic carcinoma (1). No mutation found on benign histopathology samples and normal samples. The conclusion of this study is HRM technique can be use to screen mutation BRAF V600E on thyroid cancer.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams Wilkins, 2012
616.994 44 DIA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Rizky Soeratman
"Tujuan. Penelitian ini dibuat untuk mengetahui peranan mutasi BRAF V600E dan TERT dalam kejadian metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher pada pasien kanker tiroid papiler (KTP)
Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, melibatkan pasien KTP di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, DKI Jakarta. Data-data diperoleh secara retrospektif berdasarkan catatan rekam medis, kecuali untuk mutasi BRAF V600E dan Promoter TERT. Spesimen jaringan tumor pasien kanker tiroid papiler ditransfer ke Laboratorium Terpadu FKUI. DNA diekstrasi menggunakan QIAamp DNA FFPE Tissue Kit sebanyak 3-8 potongan dengan ketebalan FFPE 5-10 mikrometer. Multiplikasi gen BRAF dilakukan dengan KOD One Polymerase Chain Reaction (PCR) Master Mix (Toyobo KMM–201), sementara multiplikasi gen TERT dilakukan dengan PCR Master Mix (2X MyTaq HS Red Mix, primer forward, reverse, dan Nuclear-free water). Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 20. Hasil. Peneliti menginklusi 42 pasien KTP dengan 19 (45%) mengalami mutasi BRAF, 20 (48%) mengalami mutasi TERT, dan 20 (48%) mengalami metastasis KGB. Mutasi BRAF ditemukan berhubungan dengan kejadian metastasis KGB [p<0,001, OR = 25,333 (IK95% 4,924–130,340)], sementara mutasi TERT ditemukan tidak berhubungan. Pasien yang mengalami mutasi BRAF tanpa TERT memiliki risiko 18,000 (IK95% 2,012–161,051) lebih tinggi untuk mengalami metastasis KGB dibandingkan pasien tanpa kedua mutasi. Lebih lanjut, adanya mutasi TERT yang berbarengan dengan mutasi BRAF membuat risiko meningkat menjadi 60,000 (4,718–763,043) lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa kedua mutasi. Kesimpulan. Mutasi BRAF berhubungan dengan metastasis KGB pasien KTP, namun tidak dengan mutasi TERT. Namun, kehadiran mutasi TERT pada pasien KTP dengan mutasi BRAF meningkatkan risiko metastasis KGB.
......Objective. This study was designed to determine the role of BRAF V600E and TERT mutations in the incidence of neck lymph node (LN) metastasis in patients with papillary thyroid cancer (PTC). Methods. This was a cross-sectional study, involving KTP patients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, DKI Jakarta. Data were obtained retrospectively based on medical records, except for BRAF V600E and TERT promoter mutation. Tumor tissue specimens of PTC’s patients were transferred to the Laboratorium Terpadu FKUI. DNA was extracted using QIAamp DNA FFPE Tissue Kit for 3-8 pieces with FFPE thickness of 5-10 micrometers. BRAF gene multiplication was performed with KOD One Polymerase Chain Reaction (PCR) Master Mix (Toyobo KMM-201), while TERT gene multiplication was performed with PCR Master Mix (2X MyTaq HS Red Mix, primers forward, reverse, and Nuclear-free water). Data analysis was performed with SPSS version 20. Results. We included 42 PTC’s patients with 19 (45%) patients had BRAF mutation, 20 (48%) patients had TERT mutation, and 20 (48%) patients had LN metastasis. BRAF mutation was associated with the LN metastasis [p<0.001, OR = 25.333 (95% CI 4.924-130.340)], while TERT mutation was not. Patients with BRAF+ and TERT- had an 18,000 (IK95% 2,012-161,051) higher risk of LN metastasis than patients with BRAF- and TERT-. Furthermore, the presence of TERT mutation along with BRAF mutation increased the risk to 60,000 (4,718-763,043) higher than patients with BRAF- and TERT-. Conclusion. BRAF mutation was associated with LN metastasis in PTC’s patients, but not TERT mutations. However, the presence of TERT mutation in PTC’s patients with BRAF mutation increased the risk of LN metastasis.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover