Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dusy Sundusia
"ABSTRAK
Senyawaan karbonil merupakan salah satu zat pencemar yang dalam bentuk gas akan menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan alat pernafasan bagian atas serta menimbulkan efek pembiusan. Senyawaan ini berasal dari industri kimia, buangan kendaraan bermotor, pembakaran senyawa-senyawa organik atau hasil reaksi dengan gas hidrokarbon pencemar
lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa karbonil sebagai turunan 2,4_dinitrofenilhidrazon dengan kromatografi gas. Senyawa-senyawa karbonil yang digunakan adalah komponen pencemar yang terkandung di udara, yaitu n-butanal, benzaldehida, asetofenon dan akrolein.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa turunan karbonil -2,4 dinit dapat dinitrofenilhidrazon diidentifikasi, dan campurannya dapat dipisahkan dengan fasa diam OV-17 (2%) dalam waktu analisa yang relatif singkat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aisha Safa Putri Calista
"Latar Belakang: Intermittent fasting (IF) dan prolonged fasting (PF) merupakan bagian dari puasa yang meliputi pola makan waktu puasa dan waktu tidak puasa dalam sehari. Ada banyak manfaat terkait puasa dan salah satunya adalah IF dapat mengurangi stres oksidatif yang bermanfaat bagi otak. Karbonil, biomarker stres oksidatif yang irreversible dan universal telah dikaitkan dengan penuaan sel, jaringan, organ, dan penyakit terkait usia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh puasa terhadap kadar protein karbonil di otak. Metode: Penelitian ini menggunakan sampel jaringan otak yang diperoleh dari 15 ekor kelinci white New Zealand yang dikelompokkan ke dalam tiga perlakuan pemberian pakan yang berbeda yaitu 5 kelompok kontrol, 5 kelompok IF (dipuasakan 16 jam), dan 5 kelompok PF (dipuasakan 40 jam). Sampel diperlakukan sesuai perlakuan masing- masing selama tujuh hari berturut-turut. Kadar karbonil kemudian diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 390 nm. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS. Hasil Penelitian: Semua sampel terdistribusi normal (p>0,05), namun pengaruh puasa intermiten (IF) dan puasa berkepanjangan (PF) terhadap kadar karbonil otak pada kelinci White New Zealand tidak signifikan. Kadar karbonil sampel IF lebih rendah daripada PF dengan rata-rata dan standar kesalahan masing-masing 365,4 ± 24,2 dan 409,1 ± 44,7 nMol/mg protein. Kesimpulan: Meskipun tidak signifikan, perlakuan IF dan PF satu minggu yang dilakukan pada kelinci White New Zealand mampu menurunkan kadar karbonil pada otak. IF mampu menurunkan lebih banyak protein karbonil dibandingkan PF.

Introduction: Intermittent fasting (IF) and prolonged fasting (PF) is a part of fasting that includes eating pattern of fasting-time and non-fasting time in a day. There are many benefits related to fasting and one of them is that IF can reduce oxidative stress that benefits the brain. Carbonyl, an irreversible and universal marker of oxidative stress has been linked to cell, tissue, organ aging and age-related diseases hence this research is conducted to see whether there are any effects of fasting towards protein carbonyl level in the brain. Methods: This research uses brain tissue sample obtained from 15 white New Zealand rabbit that are grouped into three different feeding treatments: 5 control groups, 5 IF (16 h fasting time) groups, and 5 PF (40 h fasting time). They are treated accordingly for seven days straight. Level of carbonyl then is measured by spectrophotometer at 390 nm wavelength. The data was analyzed using IBM SPSS. Result: All samples are normally distributed (p>0.05), however the effect of IF and PF towards brain carbonyl level in white New Zealand rabbit are not significant. The carbonyl level of IF group samples are reduced more than PF group with mean and standard of error of 365.4 ± 24.2 and 409.1 ± 44.7 nMol/mg protein respectively. Conclusion: Although insignificant, one-week treatment of IF and PF done on White New Zealand rabbit are able to decrease carbonyl level in their brain, with IF being able to reduce more protein carbonyl than PF."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Asmaradhana Sahara
"Biaya penanganan penyakit neurodegeneratif sangat tinggi. Penyebab penyakit ini adalah penuaan yang dikaitkan dengan stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan kerusakan protein yang menghasilkan karbonil. Centella asiatica (CA) berpotensi sebagai antioksidan yang dapat menurunkan kejadian stres oksidatif, termasuk di otak. Penelitian eksperimental ini menggunakan 36 ekor tikus Rattus norvegicus yang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan CA usia 12, 24, serta 36 minggu. Kelompok perlakuan CA diberi ekstrak CA 300 mg/kgBB selama 30 hari. Kadar karbonil diukur menggunakan uji spektrofotometer. Kadar karbonil otak tikus 36 minggu lebih tinggi bermakna dibandingkan tikus 12 minggu (p=0,004) dan 24 minggu (p=0,016). Kadar karbonil otak tikus 24 minggu yang diberi ekstrak CA lebih tinggi bermakna dibandingkan tikus kontrol 24 minggu (p=0,026). Kadar karbonil otak tikus 12 dan 36 minggu yang diberi ekstrak CA tidak berbeda bermakna dibandingkan tikus kontrol 12 minggu (p=0,956) dan 36 minggu (p=0,602). Kadar karbonil otak tikus dipengaruhi oleh usia tikus, lebih tinggi secara bermakna pada kelompok usia 36 minggu dibandingkan dengan kelompok usia 12 dan 24 minggu. Ekstrak CA 300 mg/kgBB menyebabkan peningkatan kadar karbonil pada otak tikus usia 24 minggu, namun tidak pada usia 12 dan 36 minggu.

The cost of treating neurodegenerative diseases is very high. The cause of this disease is aging caused by oxidative stress. Oxidative stress causes the breakdown of proteins that produce carbonyls. Centella asiatica (CA) may be an antioxidant that can reduce oxidative stress, including in the brain. This experimental study used 36 Rattus norvegicus rats which were divided into six groups, namely the control group and the CA treatment group aged 12, 24, and 36 weeks. The brain carbonyl levels of 36 weeks rats were higher than those of 12 weeks (p=0.004) and 24 weeks (p=0.016) rats. Brain carbonyl levels of 24 weeks rats that were given CA extract were higher than those of 24 weeks control rats (p=0.026). Brain carbonyl levels of rats 12 and 36 weeks given CA extract were not significantly different from control rats at 12 weeks (p=0.956) and 36 weeks (p=0.602). Brain carbonyl levels were affected by the age of the rats, significantly higher in the 36 weeks age compared to the 12 and 24 weeks age. CA extract 300 mg/kgBW caused an increase in carbonyl levels in the brains of rats aged 24 weeks, but not at the age of 12 and 36 weeks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Raditya Danendra
"Latar belakang: Hipoksia hipobarik seringkali terjadi pada orang yang terbiasa berada di tempat berketinggian rendah dan tiba-tiba berpindah ke tempat yang tinggi, seperti penerbang pesawat militer dan pendaki gunung. Kondisi hipoksia menginduksi stress oksidatif. Salah satu molekul yang dapat terdampak oleh stress oksidatif adalah protein, menyebabkan peningkatan kadar karbonil melalui proses karbonilasi protein. Otot rangka adalah jaringan yang sangat rentan mengalami stress oksidatif pada kondisi hipoksia, terutama yang melibatkan karbonilasi protein, mengingat kandungan protein dan kebutuhan oksigen yang tinggi pada jaringan tersebut. Peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh induksi hipoksia hipobarik intermiten terhadap kadar karbonil pada hewan coba tikus.
Metode: Sebuah penelitian eksperimental in vivo dilakukan dengan mengkondisikan empat kelompok tikus pada keadaan hipoksia hipobarik di dalam hypobaric chamber sebanyak satu kali (I), dua kali (II), tiga kali (III), dan empat kali (IV). Satu kelompok berperan sebagai kontrol. Musculus gastrocnemius semua tikus diambil untuk diukur kadar karbonilnya. Karbonil dimodifikasi oleh 2,4-dinitrofenilhidrazin (DNPH) sebelum diukur kadarnya dengan spektrofotometri. One-Way ANOVA digunakan untuk analisis data.
Hasil: Rata-rata kadar karbonil pada kelompok kontrol, I, II, III, dan IV secara berturut-turut adalah 2.801±0.1198, 3.909±0.3172, 5.577±0.3132, 3.823±0.3038, dan 3.731±0.2703 nmol/ml. Rata-rata kadar karbonil masing-masing kelompok I, II, III, dan IV berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak memperoleh paparan hipoksia hipobarik intermiten).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar karbonil yang signifikan antara musculus gastrocnemius tikus Sprague-Dawley yang diberi perlakuan hipoksia hipobarik intermiten dan yang tidak diberi perlakuan hipoksia hipobarik intermiten.

Introduction: Hypobaric hypoxia often occurs in people who are used to low altitudes and suddenly move to high places, such as military airplane pilots and mountain climbers. Hypoxic conditions induce oxidative stress. Oxidative stress can affect proteins, causing increased carbonyl levels through protein carbonylation. Skeletal muscle is susceptible to oxidative stress under hypoxic conditions, especially those involving protein carbonylation, given the high protein content and oxygen demand. We are interested in examining the effect of intermittent hypobaric hypoxia induction on carbonyl levels in rats.
Method: An in vivo experimental study was carried out by conditioning four groups of rats in a hypobaric hypoxic state in a hypobaric chamber once (I), twice (II), three times (III), and four times (IV). One group acted as control. Carbonyl content of gastrocnemius muscle of all rats was measured. The carbonyl is modified by 2,4-dinitrophenylhydrazine (DNPH) before its concentration is measured by spectrophotometry. One-Way ANOVA was used for data analysis.
Result: The average carbonyl content in the control group, I, II, III, and IV were 2.801±0.1198, 3.909±0.3172, 5.577±0.3132, 3.823±0.3038, and 3.731±0.2703 nmol/ml, respectively. The average carbonyl levels of each group I, II, III, and IV were significantly different (p < 0.05) with the control group (the group that did not receive intermittent hypobaric hypoxia exposure).
Conclusion: There was a significant difference in carbonyl levels between the gastrocnemius muscle of Sprague-Dawley rats treated with intermittent hypobaric hypoxia and those not treated with intermittent hypobaric hypoxia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diyah Ayu Puspaningrum
"Senyawa 2-(p-dimetilaminobenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon merupakan senyawa karbonil α,β tidak jenuh yang termasuk dalam turunan 2,6-dibenzilidenasikloheksanon. Senyawa 2,6-dibenzilidenasikloheksanon telah terbukti mempunyai aktivitas anti inflamasi meskipun aktivitasnya masih rendah. Dalam rangka meningkatkan aktivitas anti inflamasi maka disintesis senyawa 2-(p-dimetilaminobenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon yang diharapkan mempunyai aktivitas lebih tinggi. Senyawa 2-(p-dimetilaminobenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon disintesis melalui dua tahap. Tahap pertama adalah mereaksikan benzaldehida dan sikloheksanon dalam suasana basa. Tahap kedua hasil sintesis dari tahap pertama direaksikan dengan p-dimetilaminobenzaldehida dalam suasana asam. Hasil yang diperoleh dimurnikan dengan cara rekristalisasi dan dikarakterisasi dengan pemeriksaan jarak lebur, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri inframerah dan spektrometri 1H-NMR. Sintesis 2-(p-dimetilaminobenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon menghasilkan rendemen sebanyak 41,75 %. Data spektrum inframerah dan 1H-NMR menunjukkan hasil sintesis adalah senyawa 2-(p-dimetilaminobenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon yang diharapkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33136
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Suci Wahyuni
"Senyawa 2-(4-hidroksibenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon
merupakan senyawa karbonil á,â tidak jenuh yang termasuk dalam turunan
2,6-dibenzilidenasikloheksanon. Beberapa senyawa dari turunan 2.6-
dibenzilidenasikloheksanon telah terbukti mempunyai aktivitas inhibitor
siklooksigenase meskipun aktivitasnya masih rendah. Senyawa 2-(4-
hidroksibenzilidena)-6-benzilidenasikloheksanon disintesis melalui dua tahap.
Langkah pertama adalah sintesis 2-benzilidenasikloheksanon dengan
mereaksikan benzaldehida dan sikloheksanon dalam suasana basa. Hasil
sintesis ini direaksikan dengan p-hidroksibenzaldehida dalam suasana asam.
Hasil yang diperoleh dimurnikan dengan cara rekristalisasi dan dikarakterisasi
dengan pemeriksaan titik lebur, kromatografi lapis tipis, spektrometri infra
merah dan spektrometri 1H-NMR. Sintesis 2-(4-hidroksibenzilidena)-6-
benzilidenasikloheksanon menghasilkan rendemen sebanyak 41,46 %. Data
spektrum infra merah dan 1H-NMR menunjukkan hasil sintesis adalah
senyawa 2-(4-hidroksibenzilidena)-6-benzilidena sikloheksanon yang
diharapkan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zizi Tamara
"Garcinia mangostana L. merupakan salah satu tanaman obat yang diketahui
mempunyai berbagai manfaat, diantaranya sebagai antibakteri, antidiare,
antiinflamasi, serta memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 50% kulit buah G.
mangostanaterhadap hati dan plasma tikus dari kerusakan oksidatif akibat pemberian
karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh lima ekor tikus putih jantan Sprague-Dawley
dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol; kelompok CCl4 dengan dosis
0,55 mg/g BB peroral; serta kelompok ekstrak dosis 900, 1080, dan 1296 mg/kg BB
peroral selama 8 hari sebelum pemberian CCl4. Karbon tetraklorida diberikan 48 jam
sebelum tikus dikorbankan. Parameter biokimia yang diukur adalah aktivitas
superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan senyawa karbonil di jaringan hati
dan plasma darah tikus. Hasil penelitian memperlihatkan aktivitas SOD hati
kelompok ekstrak (900 dan 1080 mg/kg BB) dan aktivitas SOD plasma kelompok
ekstrak (900 dan 1296 mg/kg BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) terhadap
kelompok CCl4. Aktivitas CAT hati kelompok ekstrak (900, 1080, dan 1296 mg/kg
BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok CCl4. Pemberian
ekstrak dosis 900 mg/kg BB memperlihatkan kadar senyawa karbonil hati lebih
rendah tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok CCl4. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dapat memberikan
pengaruh terhadap aktivitas antioksidan endogen sehingga mampu mencegah
terjadinya stres oksidatif di hati akibat pemberian CCl4.

Garcinia mangostana L. is a medicinal plant known many benefits, including its
potency as antibacterial, antidiarrheal, antiinflammatory, and high antioxidant
activity. This study aimed to test the antioxidant activity of 50% ethanolic extract of
G. mangostana rind against oxidative damage in liver and plasma of rats caused by
administration of carbon tetrachloride (CCl4). Twenty-five male Sprague-Dawley
rats were divided into 5 groups consist of control group; CCl4 group aregiven a dose
of 0.55 mg/g b.w orally; group that are given doses of extract 900, 1080, and 1296
mg/kg b.w orally for 8 days prior to CCl4 administration. Carbon tetrachloride
(CCl4)are given 48 hours before the rats were sacrificed. Parameters measured were
superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT) activity and carbonyl compounds in
liver tissue and blood plasma of rats. The results of this study showed that the
activity of liver SOD in extract groups (900 and 1080 mg/kg b.w) and activity of
plasma SOD in extract group (900 and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p
<0.05) compared to CCl4 group. Activity of the liver CAT in extractgroups (900,
1080, and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p <0.05) compared to CCl4
group. Extract administration on900 mg/kg b.w showed the levels of carbonyl
compounds in liver was lower not significant (p> 0.05) compared to the CCl4 group.
From this study it can be concluded that the 50% ethanolic extract of mangosteen
rind influence the activity of endogenous antioxidant and prevent oxidative stress in
the liver caused by CCl4 administration.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Bintang Riris
"[ABSTRAK
Pasak bumi (PB) (Eurycoma longifolia Jack), adalah tanaman herbal Indonesia yang
digunakan sebagai antimalaria. Penelitian terdahulu meliputi efek anti ageing dan anti
inflamasi, namun belum pernah diteliti tentang efek terhadap aktivitas enzim
antioksidan pada penggunaan ekstrak akar PB. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pengaruh ekstrak akar PB sebagai antimalaria dapat menurunkan
aktivitas spesifik antioksidan enzimatik. Penelitian ini menggunakan mencit yang
diinfeksi Plasmodium berghei, diterapi dengan ekstrak akar PB, klorokuin 10 mg/kg
BB (kontrol positif, KP), kontrol negatif (akuades, KN), kontrol normal (K0), PB 30
(TI), 60 (TII) dan 90 mg/kg BB (TIII). Parameter yang diukur adalah inhibisi
parasitemia, kadar karbonil, aktivitas spesifik SOD, katalase (CAT). Inhibisi
parasitemia hari ke 7 dari KP, TI, TII dan TIII adalah 69,81%, 39,37%, 41,72% dan
12,92%. Aktivitas spesifik enzim SOD dan CAT plasma tidak ada perbedaan
bermakna. Aktivitas spesifik SOD hati menunjukan perbedaan bermakna antara K0-
KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025), KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII
(p=0,002), KN-TIII (0,005). Aktivitas spesifik CAT hati menunjukkan perbedaan
bermakna antara KP-TI (p=0,009), KP-TII (p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0
(p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI (p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN
(p=0,047). Kadar karbonil plasma dan hati tidak menunjukkan perbedaan bermakna
antar kelompok. Korelasi positif bermakna (r=0,690, p=0,000) terjadi antara aktivitas
spesifik SOD dan CAT hati. Korelasi negatif bermakna terjadi antara aktivitas
spesifik SOD, CAT hati dan parasitemia (r= -0,637, p=0,000) (r=-0,557, p=0,002).
Kesimpulan: Potensi PB sebagai antimalaria diragukan karena herbal ini juga
memiliki efek antioksidan yang menguntungkan bagi parasit.

ABSTRACT
Pasak bumi (PB)(Eurycoma longifolia Jack), is an Indonesian herb used as
antimalarial. Previous studies had been done on its anti-ageing and anti-inflammation
properties, but its effect on antioxidant enzyme had not been researched. This study
aim to investigate the antimalarial influence of PB extract on the reduction of specific
antioxidant activity of the SOD and CAT enzyme. We used mice infected by
Plasmodium berghei treated with: PB 30, 60, and 90 mg/kg BW as (TI, TII, and
TIII), positive control (chloroquine 10 mg/kg BW) (KP), negative control (aquadest)
(KN), normal mice control (K0). The parameters were: growth inhibition, carbonyl
concentration, specific activity of SOD and CAT. Growth inhibition in 7 day groups
of KP, TI, TII, and TIII were 69,81%, 39,37%, 41,72%, and 12,92%. Specific activity
of plasma SOD and CAT were insignificant between groups. Liver SOD specific
activity showed significant different between K0-KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025),
KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII (p=0,002), KN-TIII (0,005). Specific
activity of liver CAT showed significant different between KP-TI (p=0,009), KP-TII
(p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0 (p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI
(p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN (p=0,047). Carbonyl concentrations show
insignificant between groups in plasma and liver. Positive correlation (r=0,690,
p=0,000) showed between liver SOD and CAT specific activity, negative correlation
showed between liver SOD (r= -0,637, p=0,000), CAT (r= -0,557, p=0,002) specific
activity and paracytemia. Therefore, The potential use of PB as an antimalarial was of
doubtful effectiveness due to its antioxidant effect which could be beneficial to the
parasite, Pasak bumi (PB)(Eurycoma longifolia Jack), is an Indonesian herb used as
antimalarial. Previous studies had been done on its anti-ageing and anti-inflammation
properties, but its effect on antioxidant enzyme had not been researched. This study
aim to investigate the antimalarial influence of PB extract on the reduction of specific
antioxidant activity of the SOD and CAT enzyme. We used mice infected by
Plasmodium berghei treated with: PB 30, 60, and 90 mg/kg BW as (TI, TII, and
TIII), positive control (chloroquine 10 mg/kg BW) (KP), negative control (aquadest)
(KN), normal mice control (K0). The parameters were: growth inhibition, carbonyl
concentration, specific activity of SOD and CAT. Growth inhibition in 7 day groups
of KP, TI, TII, and TIII were 69,81%, 39,37%, 41,72%, and 12,92%. Specific activity
of plasma SOD and CAT were insignificant between groups. Liver SOD specific
activity showed significant different between K0-KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025),
KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII (p=0,002), KN-TIII (0,005). Specific
activity of liver CAT showed significant different between KP-TI (p=0,009), KP-TII
(p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0 (p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI
(p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN (p=0,047). Carbonyl concentrations show
insignificant between groups in plasma and liver. Positive correlation (r=0,690,
p=0,000) showed between liver SOD and CAT specific activity, negative correlation
showed between liver SOD (r= -0,637, p=0,000), CAT (r= -0,557, p=0,002) specific
activity and paracytemia. Therefore, The potential use of PB as an antimalarial was of
doubtful effectiveness due to its antioxidant effect which could be beneficial to the
parasite]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusmawanto
"ABSTRAK
Pendahuluan: Radikal bebas menjadi masalah serius karena dapat menyebabkan berbagai penyakit lewat mekanisme perusakan DNA, protein, lipid, dan karbohidrat. Cengkeh Syzygium aromaticum dipercaya memiliki efek antioksidan yang kuat. Penelitian ini akan mencari tahu efek antioksidan ekstrak air cengkeh terhadap kerusakan hati dan plasma akibat CCl4 dan perbedaan akibat lama pemberian.Metode: Desain penelitian adalah eksperimental in vivo. Data didapat dengan mengukur konsentrasi senyawa karbonil pada hati dan plasma 24 tikus Wistar yang dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu Kontrol Normal tanpa perlakuan , Kontrol Positif CCl4 diikuti ?-tokoferol , Kontrol Negatif induksi CCl4 , Cengkeh 1 cengkeh selama 1 hari , CCl4 Cengkeh 1 CCl4 diikuti cengkeh selama 1 hari , serta CCl4 Cengkeh 3 CCl4 diikuti cengkeh selama 3 hari . Dosis cengkeh 200 mg/ kgBB.Hasil: Hasil uji hati didapat kadar karbonil Kontrol Negatif lebih rendah dibanding CCl4 Cengkeh 1 p=0.257 tetapi lebih tinggi dibanding CCl4 Cengkeh 3 p=0.91 . CCl4 Cengkeh 1 lebih tinggi dibanding Kontrol Normal p=0.005 dan CCl4 Cengkeh 3 p=0.008 . Hasil uji plasma didapat kadar karbonil Kontrol Negatif lebih rendah dibanding CCl4 Cengkeh 1 p=0,008 tetapi lebih tinggi dibanding CCl4 Cengkeh 3 p=0,085 .Kesimpulan:Cengkeh memiliki efek antioksidan yang mampu mengatasi kerusakan hati dan plasma akibat CCl4 dan waktu 3 hari merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menunjukkan efek.

ABSTRACT
Introduction Free radicals is a serious problem because it can cause various diseases through the mechanism of destruction of DNA, proteins, lipids, and carbohydrates. Cloves Syzygium aromaticum is believed to have strong antioxidant effect. The aim of this study was to find out the antioxidant effects of water extracts of cloves to damage the liver and plasm due to CCl4 and difference in duration of administration.Methode The study design was experimental research in vivo. Data obtained from measurement of carbonyl concentration in 24 Wistar rats liver and plasmwhich are divided into 6 groups Normal Control without treatment , Positive Control CCl4 followed by tocopherol , Negative Control induction CCl4 , Cloves 1 clove for 1 day , CCl4 Clove 1 CCl4 followed cloves for 1 day , and CCl4 Clove 3 CCl4 followed cloves for 3 days . Dose of cloves was 200 mg kgBB.Result The results of liver test obtained the carbonyl level in Negative Control is lower than CCl4 Cloves 1 p 0257 but higher than CCl4 Clove 3 p 0.91 .CCl4 Cloves 1 is higher than Normal Control p 0.005 and CCl4 Clove 3 p 0.008 . The test results obtained plasm carbonyl level in Negatif Control is lower than CCl4 Cloves 1 p 0.008 but higher than CCl4 Clove 3 p 0.085 .Conclusion Cloves have antioxidant effects that can overcome the liver and plasm damage caused by CCl4 and it considered that 3 days the time required to show an effect."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>