Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Renny Risthya
"Penelitian ini mengangkat sebuah ungkapan yang dijadikan sebagai pengetahuan budaya oleh masyarakat. Konsep ngundhuh wohing pakarti bukan hanya mengacu pada hasil namun juga berkaitan dengan religiusitas, oleh karena itu menarik untuk diteliti. Untuk itu perlu adanya pembuktian dengan menggunakan analisis teks dalam teks yang berjudul Paramayoga, sehingga dapat memperkuat bahwa konsep karma merupakan cermin dalam segala tindakan masyarakat Jawa. Analisis teks difokuskan pada data yang berupa wacana, kemudian dipilah antara wohing (hasil) dan pakarti (tindakan). Untuk dapat memilah maka diperlukan pemaknaan secara semantis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 35 wacana yang menunjukkan adanya konsep karma (kausalitas). Pesan-pesan yang ditemukan pun terbagi menjadi 6 yaitu, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan pribadi, hubungan antar personal, hubungan dengan kekuasaan, hubungan dalam pekerjaan, hubungan dalam kompetisi, yang kesemuanya masih relevan untuk diterapkan pada masa kini.

This thesis discusses about Javanese expression that are still exist until now as one of the local genius. The Concept of Ngundhuh Wohing Pakarti is not merely refers to a simple cause and effect relation, but also refers to the spirituality of the people who believe in the concept. This thesis is a research that proven that the concept of karma do exist in Javanese people daily life, through their personal and also social action. A discourse analysis method is being used in revealing the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti in Paramayoga Manuscript. Furthermore, to classified the discourses into two parts that are reflect to the meaning of wohing (result/effect) and pakarti (action), a semantic explanation is a being used.
The result of this research reveals that there are 35 discourses that carry the concept of karma (causality). This research also discover 6 types of causality relation in Paramayoga Manuscript that are related to the concept of Ngundhuh Wohing Pakarti. There are: causality relation between man and God, causality relation beetwen ourselves, causality relation between other people, and also causality relation that are exist in a work society and a competition. All of that causality relation that are mentioned still can be found in our daily life, so the concept is still relevant until now.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evania Handayani Rahayu
"Lakon wayang yang bermotifkan kematian seringkali menyuguhkan pesan moral yang mendalam. Sebab-sebab kematian perlu diungkapkan untuk mendapatkan jawaban mengapa seorang tokoh mati dengan cara tertentu. Lakon ranjaban adalah salah satu motif kematian yang perlu dikaji bagaimana seorang tokoh mati dengan cara di ranjab. Abimanyu ranjab menyuguhkan permasalahan antara darma dan karma manusia sebagai implementasi dari peristiwa silam dan kini. Darma merupakan kewajiban manusia sebagai bakti kepada Tuhan untuk menjaga kedamaian dunia. Hasil dari usaha yang dilakukan menuju kedamaian dunia sering disertai pengurbanan (karma). Karma memayungi segala perbuatan serta sikap baik dan buruk setiap manusia. Pesan moral yang disuguhkan melalui lakon ini mengisyaratkan bahwa manusia seyogyanya berlaku jujur dan terbuka. Kebohongan dan ketertutupan terhadap sesuatu yang sakral dapat mengakibatkan penderitaan dan kematian. Pembahasan lakon Abimanyu Ranjab menggunakan pendekatan objektif, metode deskriptif kualitatif yang ditopang dengan studi kepustakaan dan kerangka konseptual teoritis etika Jawa dari Franz Magnis Suseno. Hasil pembahasan ini menunjukkan bahwa antara darma dan karma saling kait mengait satu dengan yang lain. Sumpah seseorang yang bersifat sakral dapat mengenai diri sendiri. Kebohongan dan ketertutupan terhadap urusan relasi pria dan wanita dalam menjalin rumah tangga mengakibatkan penderitaan dan kematian.

Wayang Show that use mortality as a theme usually gives a deep moral values. Causes of death should be explained to make audience understand the reason of a character's death. In Ranjaban Story, there is one cause of death that needs to be studied. It is about how a character died because of ranjab. Abimanyu Ranjab Story presents conflict between Darma and Karma of human as an implementation of present and past incident. Darma is human's responsibility from God to keep peace in the world. In order to reach the goal of keeping peace in the world, there must be sacrifices (karma) that followed. Karma is on top of everyone's good and bad deed. The moral value from this story implies that human should be truthful and open. Untruthfulness about sacred thing may cause sorrow and death. The study of Abimanyu Ranjab Story used an objective approach, descriptive qualitative method which supported by literature study and Javanese ethics theoretical conceptual framework from Franz Magnis Suseno. The result of this study showed that there are connection between Darma and Karma. Someone's sacred oath might be a boomerang to his/herself. Untruthfulness in a marriage life between man and woman might cause sorrow and death."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Eka Junianto
"Beberapa budaya memiliki konsep dan kepercayaan mengenai kehidupan dan kematian manusia, salah satunya adalah konsep reinkarnasi. Reinkarnasi merupakan kelahiran kembali atau siklus tidak terputus antara kehidupan dan kematian. Salah-satu penulis yang mengangkat tema reinkarnasi adalah Putu Fajar Arcana dalam kumpulan cerpen Samsara. Penelitian ini mengkaji hubungan antara konsep reinkarnasi yang tergambar pada cerpen “Requiem’, “Drupadi”, dan “Aku Cemas Menunggu Matahari” dalam kumpulan cerpen Samsara. Ketiga cerpen tersebut menarik untuk dikaji karena menggambarkan proses kompleks reinkarnasi yang dialami para tokoh dalam cerpen. Proses kompleks tersebut menarik untuk dibahas lebih dalam terhadap hubungannya dengan kepercayaan umat Hindu di Bali. Simbol-simbol umat Hindu dalam ketiga cerpen yang membedakannya dengan cerpen-cerpen lain dalam Samsara membuatnya semakin menarik untuk dikaji. Berdasarkan hal tersebut, dengan pendekatan kritis melalui penelitian ini, penulis berusaha menunjukkan kesesuaian dan penyimpangan konsep reinkarnasi dalam ketiga cerpen terhadap konsep umum reinkarnasi umat Hindu di Bali. Dari kajian yang dilakukan penulis, diperoleh kesimpulan bahwa penggambaran konsep reinkarnasi dalam ketiga cerpen tersebut memperlihatkan kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan kepercayaan Hindu. Kesesuaiannya terletak pada proses reinkarnasi para tokoh melalui karma, samsara, dan moksa dalam jiwa yang tetap sama. Ketidaksesuaian atau penyimpangan yang tergambar dalam ketiga cerpen adalah adanya tafsir baru penulis bahwa menjadi manusia belum tentu sebaik-baiknya wujud dalam bereinkarnasi.

Several cultures have their concepts and beliefs regarding the life and death of humans, one of which is the concept of reincarnation. Reincarnation is rebirth or an unbroken cycle between life and death. One of the writers who raised the theme of reincarnation is Putu Fajar Arcana in the short story collection Samsara. This study examines the relationship between the concept of reincarnation depicted in the short stories "Requiem", "Drupadi", and "Aku Cemas Menunggu Matahari" in the short story collection Samsara. The three short stories are interesting to study because they describe the complex process of reincarnation experienced by the characters in the short story. This complex process to be discussed in more depth in relation to the beliefs of Hindus in Bali. The symbols of Hindus in the three short stories that distinguish them from other short stories in Samsara make it even more interesting to study. Based on this, with a critical approach through this research, the author tries to show the suitability and deviation of the concept of reincarnation in the three short stories to the general concept of reincarnation of Hindus in Bali. From the study conducted by the author, it is concluded that the depiction of the concept of reincarnation in the three short stories shows conformity and incompatibility with Hindu beliefs. The suitability lies in the process of reincarnation of the characters through karma, samsara, and moksha in the soul that remains the same. The discrepancy or deviation depicted in the three short stories is the author's new interpretation that being human is not necessarily the best form of reincarnation."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nyonyah Ani Besan
"Buku ini berisi petunjuk teosofis agar pembaca memperoleh pencerahan mengenai kehidupan sehari-hari dan kematian"
Kediri: Boekhandel Tan Khoen Swie, 1922
BKL.1069-PW 174
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Rizky Agustine
"Manusia dalam menjalani kehidupannya harus senantiasa berhati-hati, karena pada dasarnya setiap perbuatan baik atau buruk akan menimbulkan balasan (karma) yang sesuai. Dalam budaya Jawa, istilah karma terdapat dalam proposisi ngundhuh wohing pakarti (NWP). Proposisi NWP tergambar pada kehidupan tokoh utama, Sarinem, dalam novel Ontran-Ontran Sarinem (OOS) karya Tulus Setiyadi. Penelitian ini mengkaji mengenai citra tokoh utama, Sarinem, dalam novel OOS dan proposisi NWP yang dikonstruksikan dalam novel OOS. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menggambarkan citra tokoh utama, Sarinem, dikonstruksi dalam novel OOS, 2) menggambarkan proposisi NWP dikonstruksi dalam novel OOS melalui citra tokoh. Hasil penelitian ini memberikan gambaran citra tokoh utama, Sarinem, yang durung njawani karena belum mampu mengendalikan dirinya yang masih melenceng dari etika perempuan Jawa sebagaimana mestinya, dan terdapat konstruksi proposisi NWP yang terdapat dalam novel OOS yang dibagi menjadi nafsu (hawa nepsu) dan egoisme (pamrih). Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa proposisi NWP merupakan gambaran karma yang diterima oleh manusia sesuai dengan perbuatan baik atau buruk yang dilakukannya. Istilah karma tersebut digunakan untuk dapat menjaga perbuatan manusia agar senantiasa menjaga keselarasan kosmos (memayu hayuning bawana) dengan selalu eling lan waspada agar dapat mencapai tujuan kehidupan di dunia yaitu keadaan slamet.

People should always be careful in their life, because everything that people do, no matter it’s good or bad, will return to them as they get what the deserve (karma) appropriately. In Javanese culture, word of karma in the proposition ngundhuh wohing pakarti (NWP). We can see the proposition of (NWP) in Sarinem, as the central character, in Ontran-Ontran Sarinem (OOS) novel by Tulus Setiyadi. This research examines about the image of the central character, Sarinem, in OOS novel and NWP proposition which is constructed in OOS novel. This research is aim for 1) describing image of the central character, Sarinem, constructed in the novel sarinem, 2) describing proposition of NWP constructed in OOS novel trough the characters. Result of this research is giving description of the central character, Sarinem that durung njawani because she hasn’t able to control herself from stray from the ethics of Javanese women as they should, and there are constructions of NWP proposition that we can found in OOS novel which consisting of desire (hawa nepsu) and selfishness (pamrih). This research give conclusion that NWP proposition is depiction that karma that people accept deserves of what they did, good or bad. The word of karma is used for keeping people’s behaviour, so that they can always keeping cosmic harmony (memayu hayuning bawana) by always eling lan waspada, so they can get their life goals in this world, to wit slamet condition."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arauni Mayanfauli
"ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat sebuah ungkapan yang dijadikan sebagai pengetahuan budaya oleh masyarakat Jawa, yaitu yitna yuwana lena kena. Konsep yitna yuwana lena kena berkaitan dengan nilai religiusitas, ungkapan ini menjelaskan bagaimana seseorang harus berhati-hati dalam bertindak karena akan mendapatkan keselamatan di dunia, sebaliknya jika tidak berhati-hati maka akan mendapatkan masalah dalam hidupnya. Terutama untuk seorang perempuan yang harus memiliki sifat keutamaan, seperti membawa diri dengan baik, harus dapat menahan hawa nafsu, deduga, prayoga, dan reringan, jangan mengedepankan sifat angkara. Oleh karena itu, konsep yitna yuwana lena kena dalam novel gogroke reroncen kembang garing penting untuk diteliti, untuk itu perlu adanya pembuktian dengan menggunakan analisis struktural berupa tokoh, penokohan, alur, latar, tema dan amanat melalui pendekatan objektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menunjukkan adanya konsep karma yang dialami oleh tokoh utama berdasarkan tindakan-tindakan yang dilakukannya.

ABSTRACT
This research raising a phrase that is used as a cultural knowledge by the people of Java, namely yitna yuwana lena kena. The concept of yitna yuwana lena kena is related to the value of religiosity, this phrase explains how people have to be careful in acting because it will get salvation in the world, otherwise if not careful it will get a problem in their life. Especially for a woman who must have good attitude, such as carrying herself well, must be able to withstand lust, deduga, prayoga, and reringan, do not have bad attitude like angkara. Therefore, the concept of yitna yuwana lena kena in novel gogroke reroncen kembang garing is important to investigate, that rsquo s why needs to be proven by using structural analysis, like characters, characterization, plot, background, theme and message through the objective approach. This research using qualitative methods to show the concept of karma that experienced by the main character based on the actions she did."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Widiantoro
"pendahuluan
Robert Spiller kiranya hanya mewakili pendapat umum, ketika ia mengawali bukunya Literary History of the United States (1963) dengan mengatakan: "The literature of this nation began when the first settler from abroad of sensitive mind paused in his adventure long enough to feel he was under different sky, breathing a new air, and that a New World was all before him with only strength and Providence for guides." Mungkin sekarang orang akan mengatakan, pernyataan yang mengisyaratkan bahwa sebelum kedatangan orang asing seakan tidak ada kesusastraan di Amerika tersebut, sebagai suatu ungkapan yang pantas untuk dipertimbangkan kebenarannya. Pemberian penghargaan kesusastraan Pulitzer kepada Scott N. Momaday, seorang penulis Indian, pada tahun 1969 atas novelnya yang berjudul House Made of Dawn, yang menggunakan banyak tradisi sastra Indian yang sudah ada sebelum kedatangan kaum kulit putih, membuktikan bahwa sengaja atau tidak sengaja penganggapsepian keberadaan sastra etnis Indian sebenarya kurang tepat.
Kenyataan bahwa sampai pada tahun 1953 ada pandangan bahwa kesusastraan Amerika baru mulai dengan adanya kesusastraan kaum kulit putih itu membuktikan, bahwa Kesusastraan Penduduk Asli Amerika (Native American Literary) memang tidak pernah dianggap keberadaannya. Dalam antologi seperti The Norton Anthology of American Literature (1979), yang disebut sebagai kurun Awal Kesusastraan Amerika (1620-1820) dimulai dengan tulisan John Wintrop; dan sama sekali tidak menyebut kesusastraan asli Amerika yang dihasilkan suku bangsa Indian. Dalam Anthology of American Literature (1980) yang disusun oleh George McMichael juga tidak dimuat kesusastraan suku bangsa Indian. Secara tidak langsung dalam penyusunan antologiantologi kesusastraan tersebut telah terjadi penganggapsepian fakta, atau paling tidak ada fakta yang terlupakan, yaitu fakta bahwa sebelum kedatangan bangsa kulit putih sebenarnya sudah ada kesusastraan di benua yang kemudian disebut dengan Amerika. Barangkali satu-satunya antologi kesusastraan Amerika yang memuat kesusastraan suku bangsa Indian barulah The Heath Anthology of American Literature (1990). Dibutuhkan rentang waktu yang begitu panjang bagi kesusastraan suku Indian untuk mendapat pengakuan sebagai bagian dari kesusasastraan Amerika?
"
Lengkap +
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library