Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vania Patricia
Abstrak :
Saat mendengar kata ‘karya seni’ yang hadir di kepala kita mungkin lukisan dari cat, patung, hasil fotografi yang dipajang di bingkai besar, musik, puisi, drama, dan yang lainnya. Karya seni tersebut selama ini dibuat oleh manusia dengan peralatan yang berbeda, dengan penggunaan alat yang berbeda maka hasil yang di dapat juga berbeda. Tetapi bagaimana dengan AI? Bagaimana jika AI menjadi alat yang dapat bekerja tanpa adanya ‘kemampuan khusus’ dari senimannya? Apakah karya yang lahir kemudian dapat dikategorikan sebagai suatu karya seni? Bagi Tolstoy, seni memiliki tujuannya tersendiri, yaitu untuk memberikan sensasi emosi yang menjangkiti pengamat karya tersebut dari seniman melalui karya yang mereka hadapi. Tetapi apakah dengan melalui satu syarat sederhana maka ia layak disebut sebagai seni? Pada tulisan ini penulis melakukan pendekatan filosofis dengan menganalisa karya seni AI dengan menggunakan pemikiran sejumlah filsuf seperti Tolstoy dan Baudelaire untuk kemudian dapat mengetahui di mana tempat karya yang dihasilkan oleh AI seharusnya berada dan menjelaskan urgensi kategorisasi atas seni AI. ......When we hear the 'artwork', what comes to our mind may be painting, sculpture, photography that is displayed in large frames, music, poetry, drama, and others. These works of art have been made by humans with different equipment, with the use of different tools, the results obtained are also different. But what about AI? What if AI became a tool that could work without the artist's 'special ability'? Can the work that was born later be categorized as a work of art? For Tolstoy, art has its own purpose, namely to provide an emotional sensation that infects the observer of the work from the artist through the work they encounter. But is it through one simple condition that it deserves to be called art? In this paper, the author takes a philosophical approach by analyzing AI artwork using the thoughts of a number of philosophers such as Tolstoy and Baudelaire to then be able to find out where the work produced by AI should be and explain the urgency of categorizing AI art.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adyani Saripudin
Abstrak :
Penggabungan organisasi antara PT. PJ dan PT. Rel telah melahirkan struktur organisasi baru. Dalarn stmktur bam ini terdapat 3 bagian: Perusahaan Induk, Anak Perusahaan dan Unit Bisnis Strategis (Pengembangan Properti, Manajemen Properti dan Manajemen Portofolio). Fungsi dari ketiga bagian tersebut berbeda- beda. Perusahaan Induk berfungsi sebagai Pusat Biaya (Cost Center) sedangkan Anak Perusahaan dan UBS berfungsi sebagai Penghasil Laba (Profit Cemer). Walaupun sama-sama berfungsi sebagai Penghasil Laba antara Anak Perusahaan dan UBS memiliki karakteristik yang berbeda. Anak Perusahaan merupakan perusahaan hasil akuisisi setelah penggabungan dan tentu saja sudah mandiri dilihat dari masa pendiriannya dan status finansialnya sehingga laba yang diperoleh pun sudah bisa dipastikan cukup besar. Sedangkan UBS merupakan jabatan baru, tidak ada jabatan ini dalam perusahaan yang ikut penggabungan UBS sebagai penghasil laba bagi PT. X akan menentukan laba-rugi yang diperoleh perusahaan. Karenabegitu penting posisi ini maka posisi ini tidak bisa dipegang oleh sembarang orang. Posisi ini harus dipegang oleh orang yang memiliki kualifikasi jabatan (nama jabatannya adalah General Manajer). Orang yang dapat memegang jabatan General Manager UBS ini harus rnemiliki kualilikasi: entrepreneur, profesional dalam bidang properti, memiliki keterampilan lobbi tinggi dan memiliki jaringan luas. Untuk menduduki jabatan ini ternyata tidak ada calon dari dalam organisasi yang memenuhi kualifikasi tersebut. Untuk itu, perlu dicari calon dari luar organisasi. Pertanyaannya adalah bagaimana cara mendapatkan calon GM UBS yang benar- benar memenuhi kualifikasi jabatan. Agar dapat memperoleh calon yang memenuhi kualiflkasi jabatan penulis mengusulkan dengan melakukan seleksi berdasarkan kompetensi. Langkah- langkahnya adalah: (1). Membuat model kompetensi: Mengumpulkan data, Menerjemahlkan Uraian Jabatan ke dalam kompetensi, Melakukan konfirmasi kompetensi; dan (2). Penerapan model kompetensi dalam seleksi: Memilih metode seleksi, Menentukan penilai yang terlibat dalam metode assessment center, Menilai kompetensi yang dimiliki calon dan Membuat keputusan mengnai kesesuaian antara calon dengan jabatan GM UBS.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Fadhilla
Abstrak :
Sudut pandang hewan dalam karya sastra bukan lagi dianggap sebagai representasi dari karakter manusia seperti yang biasa muncul dalam cerita dongeng atau fabel. Kemunculan suara-suara dari tokoh hewan dilihat sebagai upaya dalam menyampaikan kritik dengan menggunakan bahasa yang baru. Penggunaan bahasa baru ini dianggap sebagai perlawanan terhadap adanya dominasi yang menghambat penyampaian kritik secara langsung. Hewan tidak lagi dianggap sebagai imitasi dari manusia. Akan tetapi, suara-suara yang muncul melalui tokoh-tokoh hewan tersebut memiliki makna baru yang perlu dipahami lebih lanjut. Pemosisian hewan sebagai hewan dan manusia sebagai manusia dibahas Deleuze dan Guattari dalam konsep becoming-animal. Hal yang dikemukakan dalam konsep tersebut merupakan tindakan-tindakan atau siasat yang dimunculkan oleh karakter-karakter hewan dalam karya sastra untuk mencapai sebuah hasrat atau keinginan sebagai bentuk dari the politics of becoming-animal. Beranjak dari pandangan tersebut, artikel ini akan melihat bagaimana tokoh-tokoh hewan dan manusia ditampilkan untuk mencapai tujuan atau keinginan dalam novel O. Artikel ini akan membahas kategorisasi penokohan di dalam novel O untuk melihat hasrat atau keinginan yang ingin dicapai oleh tokoh-tokoh di dalam teks. Di dalam novel O, hasrat atau keinginan yang ingin dicapai oleh tokoh utama adalah menjadi manusia. O sebagai seekor monyet betina memiliki keinginan yang sangat besar untuk menjadi manusia. Kontradiksi antara manusia yang ingin menjadi hewan dan hewan yang ingin menjadi manusia menohok persoalan humanisme dan animalisme. Novel ini ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa untuk menjadi manusia, hewan perlu melakukan banyak pengorbanan. Akan tetapi, bagi seorang manusia, akan sangat mudah melakukan tindakan seperti hewan. Ketertkaitan antara being human dan becoming animal tidak terlepas dari kondisi masyarakat Indonesia saat ini. ......The viewpoint of animal in literary works is no longer considered as a representation of human character as it appears in fairy tales or fables. The appearance of voices from animal figures is seen as an attempt at conveying criticism using a new language. The use of this new language is regarded as a fight against dominance that impedes the direct delivery of criticism. Animals are no longer considered imitations of humans. However, the voices that emerge through the animal figures have a new meaning that needs to be understood further. The positioning of animals as animals and humans as humans is discussed by Deleuze and Guattari in the concept of becoming animal. The things proposed in the concept are actions or tactics raised by animal characters in literary works to achieve a desire as a form of the politics of becoming animal. Moving on from that view, this article will look at how animal and human figures are displayed to achieve the goals or desires in novel O. This article will discuss the categorization of characterizations in novel O to see the desires that wanted to be achieved by the characters inside the text. In novel O, the desire that the main character wants to achieve is to be human. O as a female monkey has a tremendous desire to become a human being. The contradiction between human beings who want to be animals and animals who want to be human, mention the issue of humanism and animalism. This novel wants to convey a message to the reader that to be human, animals need to make many sacrifices. However, for a human being, it would be very easy to do an animal like act. The relationship between being human and becoming animal is inseparable from the condition of Indonesian society today.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49804
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Rosihan
Abstrak :
ABSTRAK
Stereotip seringkali menjadi pemicu ketegangan antaretnis, khususnya di masyarakat yang majemuk seperti Bangsa Indonesia, karena masih banyak orang menilai stereotip hanya dipandang sebagai suatu yang langsung jadi (instant). Salah satu tempat yang mempunyai tingkat interaksi yang tinggi dan terjadinya pertukaran budaya yang berbeda diantara individu adalah sekolah. Oleh karenanya, menarik untuk melihat bagaimana proses pembentukan stereotip yang ada pada Etnis Komering sebagai etnis pribumi atas Etnis Jawa sebagai etnis pendatang, khususnya di SMA N 1 Martapura, Sumatera Selatan. Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk membahas dan mendeskripsikan mengenai proses pembentukan stereotip Etnis Komering (Etnis Pribumi) atas Etnis Jawa (Etnis Pendatang). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kategorisasi Diri (Self-Categorization Theory) berserta konsep stereotip, identitas, dan budaya. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi kasus (case study) sebagai strategy of inquiry, serta dengan menekankan wawancara mendalam sebagai teknik pengumpulan data penelitian. Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa pada siswa-siswi Etnis Komering di SMA N 1 Martapura terjadi proses pembentukan stereotip Etnis Jawa. Secara khusus, proses pembentukan stereotip Etnis Jawa dalam diri Etnis Komering mempertimbangkan tiga tema besar yaitu Interaksi, Perbedaan, dan Kepribadian, sedangkan informasi yang bersifat ekternal dianggap kurang mendukung dalam pembentukan stereotip Etnis Jawa.
Abstract
Stereotypes are often the trigger inter-ethnic tensions, especially between native and migrant ethnic groups in a pluralistic society such as the Indonesian nation, because many people considered stereotype is only viewed as instantly. One of the places that have a high level of interaction and exchange of different cultures among individuals is a school. Therefore, interesting to see how the formation of ethnic stereotypes that exist in Komering as the native ethnic about Javanese as migrant ethnic, particularly in SMA Negeri 1 Martapura, South Sumatra. Research in this thesis aims to discuss and describe the process of Komering Ethnic stereotype formation on Javanese. Theory used in this study was Self- Categorization Theory along with the concept of stereotypes, identity, and culture. The method in this study used a qualitative approach with a case study model as a strategy of inquiry, and by emphasizing in-depth interviews as a research data collection technique. In general, this study shows that a forming process of Javanese stereotypes among Komering students in SMA Negeri 1 Martapura occurred. In particular, the formation of Javanese stereotypes on Komering students considers three major themes, interaction, distinction, and personality, while the external information that is considered to be less supportive in the establishment of Javanese stereotypes.
2012
T31402
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dyandra Faza Qintara
Abstrak :
Bersamaan dengan perang informasi dan manipulasi media di bawah kontrol pemerintah semenjak operasi militer Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pemerintah Rusia memblokir akses masyarakat ke media sosial populer asal barat, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter. Akibatnya, aplikasi asal Rusia, Telegram, meraih popularitas di Rusia dan dimanfaatkan oleh para millitary bloggers pro-Rusia untuk menyebarkan kesadaran akan konflik yang tengah menjadi sorotan masyarakat. Penelitian ini berusaha menjelaskan motivasi yang mendasari penyebaran informasi di kanal Telegram @maryananaumova. Dengan menggunakan metode analisis konten, penulis menemukan pola konten berulang yang didominasi oleh tuduhan dan ujaran kebencian terhadap Ukraina, serta narasi pencitraan/image branding Rusia selama bulan April-Mei 2022. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa identitas nasional dan afiliasi politik Maryana memiliki pengaruh dalam membentuk narasi di kanal Telegram yang cenderung memprioritaskan harga diri kelompok pro-Rusia. ......Along with the cyber war and media manipulation under government control since the Russian military operation of Ukraine in February 2022, the Russian government has blocked public access to popular western social media, such as Instagram, Facebook and Twitter. As a result, a Russia-based social media called Telegram gained popularity and is used by pro-Russian military bloggers to spread awareness of the issue that was currently in focus among society. This research seeks to explain the motivation underlying the dissemination of information on @maryananaumova Telegram channel. By utilizing content analysis methods, the author identified recurring content patterns dominated by accusations and expressions of hatred towards Ukraine, as well as Russia’s image branding narrative throughout April-May 2023. The findings of this research demonstrate that Maryana's national identity and political affiliation exert influence in shaping the narrative on the Telegram channel, which tends to prioritize the dignity of pro-Russian groups.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Regina
Abstrak :
Masalah pemilahan sampah di Indonesia masih belum tuntas. Salah satu faktor yang diduga berperan dan belum banyak diteliti adalah peranan moral. Penelitian ini bertujuan  mengkaji peranan berbagai jenis fondasi moral, yaitu fondasi moral Care/Harm, Fairness/Cheating, Loyalty/Betrayal, Authority/Subversion, dan Sanctity/Degradation, terhadap perilaku memilah sampah. Berbagai penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa moral memiliki peranan besar dalam memprediksi perilaku pro-lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dan regresi. Partisipan penelitian ini meliputi mahasiswa yang berdomisili di Jabodetabek, terkhusus mahasiswa dari universitas yang memiliki fasilitas Tempat Sampah Terpilah (TST) di lingkungan kampusnya. Hasil dari penelitian ini menunjukan tidak adanya korelasi antara seluruh jenis fondasi moral dengan perilaku memilah sampah yang diukur secara self-report (p > 0.05). Namun, fondasi moral Care/Harm mampu memprediksi secara signifikan perilaku memilah sampah yang diukur melalui pengetahuan kategorisasi sampah (µR2 = 0.017; µF(1, 225) = 3.937; p < 0.05). Pengetahuan kategorisasi sampah diketahui juga memprediksi perilaku memilah sampah secara self-report (I² =0.146, t(230) = 2.236, p < 0.1). Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya pengetahuan kategorisasi sampah yang tepat dalam memprediksi perilaku memilah sampah. ......The waste sorting problem in Indonesia has not been resolved yet. One factor presumed to have a role and has not been widely studied is morals. This research was conducted to determine the role of Care/Harm, Fairness/Cheating, Loyalty/Betrayal, Authority/Subversion, and Sanctity/Degradation moral foundations towards waste sorting behavior. Previous studies had indicated that morals were a strong predictor of pro-environmental behavior. This study used correlational and regression methods. Participants in this study included students who lived in the Greater Jakarta area, especially students from universities that had Segregated Waste Bins facilities in their campus environment. The results of this study indicated that there was no correlation among all types of moral foundations and self-reported waste sorting behavior (p >.05). However, Care/Harm foundation was significantly predicting waste sorting behavior measured by knowledge of waste categorization (µR2 = 0.017; µF(1, 225) = 3.937; p <.05). Waste sorting behavior measured through knowledge of waste categorization also significantly predicted the self-reported waste sorting behavior (I² =0.146, t(230) = 2.236, p <.1). The implication of this research was the importance of knowledge of proper waste categorization in predicting waste sorting behavior.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library